|
|
|
|
Dongeng Asal Mula Selat Bali Tanggal 21 Sep 2015 oleh Bangindsoft . Revisi 4 oleh Bangindsoft pada 13 Oct 2024. |
Menurut cerita rakyat, dahulu kala di kerajaan Daha (sekarang di Provinsi Bali) hidup seorang Brahmana bernama Sidi Mantra. Ia adalah seseorang yang terkenal sakti mandraguna. Batara Guru memberinya harta benda dan seorang istri cantik jelita. Setelah bertahun-tahun hidup berumah tangga, akhirnya mereka mendapat seorang anak laki-laki. Mereka memberinya nama Manik Angkeran.
Manik Angkeran kemudian tumbuh menjadi seorang pemuda gagah berani. Tapi sayang, dia memiliki sebuah sifat buruk senang menghabiskan uang di meja judi. Di meja perjudian, dia sering mengalami kekalahan sehingga terpaksa mempertaruhkan harta kekayaan orang tuanya, bahkan berhutang pada orang lain. Hingga pada suatu titik, ia berhutang banyak hingga tak dapat membayar hutang-hutangnya. Manik Angkeran kemudian meminta bantuan ayahnya untuk berbuat sesuatu.
Sang Ayah, Sidi Mantra lalu berpuasa dan berdoa memohon pertolongan Sang Dewa. Setelah sekian lama berdoa, tiba-tiba dia mendengar suara gaib, “Hai, Sidi Mantra, di kawah Gunung Agung ada harta karun yang dijaga seekor naga bernama Naga Besukih. Pergilah ke sana lalu mintalah supaya dia mau memberi sedikit hartanya.”
Setelah mendengar suara gaib tersebut, Sidi Mantra lantas pergi ke Gunung Agung dengan melewati berbagai rintangan menghadang. Setelah bersusah payah akhirnya ia tiba di tepi kawah Gunung Agung. Dia lalu duduk bersila. Sambil membunyikan genta dia membaca mantra dan memanggil-manggil nama Naga Besukih. Karena dipanggil, akhirnya sang Naga keluar. Setelah mendengarkan maksud kedatangan Sidi Mantra, Naga Besukih menggeliat. Saat menggeliat dari sisiknya keluarlah emas & intan. Naga Besukih menyuruh Sidi Mantra untuk mengambilnya. Setelah mengucapkan terima kasih, Sidi Mantra mohon diri. Semua harta benda yang didapatnya diberikan kepada Manik Angkeran dengan harapan dia tak akan berjudi lagi. Tapi kenyataan berkata lain, di tangan Manik Angkeran, harta pemberian ayahandanya kembali habis di meja taruhan. Manik Angkeran sekali lagi minta bantuan ayahnya. Namun kali ini Sidi Mantra menolak untuk membantu anakya.
Manik Angkeran kemudian mencari akal untuk membayar hutang-hutangnya. Manik Angkeran mendengar dari temannya bahwa harta itu didapat dari kawah Gunung Agung. Manik Angkeran tahu untuk sampai ke sana dia harus membaca mantra tetapi dia tidak pernah belajar mengenai doa & mantra. Ia kemudian mencuri genta milik ayahnya sewaktu ayahnya tengah tidur. Dia lalu pergi ke Gunung Agung dengan membawa genta tersebut.
Setelah sampai di kawah Gunung Agung, Manik Angkeran membunyikan gentanya. Mendengar suara genta tersebut, segera saja Naga Besukih keluar dari persembunyiannya. Bukan main takutnya Manik Angkeran setelah ia melihat Naga Besukih. Dengan perasaan takut, Manik Angkeran menyampaikan maksud kedatangannya ke Gunung Agung. Setelah Naga mendengar maksud kedatangan Manik Angkeran, dia berkata, “Akan kuberikan harta yang kau minta, tetapi kamu harus berjanji untuk mengubah kelakuanmu. Jangan berjudi lagi. Ingatlah akan hukum karma.”
Manik Angkeran pun mengiyakan permintaan Naga Besukih karena terpesona melihat emas, intan, dan permata di hadapannya. Tiba-tiba saja timbul niat jahat dalam hatinya. Karena ingin mendapat harta lebih banyak, dengan secepat kilat dipotongnya ekor Naga Besukih ketika Naga beputar kembali ke sarangnya. Naga Besukih merasa kaget dan kesakitan ekornya dipotong oleh Manik Angkeran. Naga Besukih segera berusaha mengejar Manik Angkeran. Manik Angkeran segera melarikan diri tidak terkejar oleh Naga. Tetapi karena kesaktian Naga Besukih, Manik Angkeran terbakar menjadi abu sewaktu jejaknya dijilat sang Naga.
Berita kematian Manik Angkeran terdengar oleh ayahnya, Sidi Mantra. Tentu saja sebagai orang tua,Sidi Mantra sangat sedih. Segera dia mengunjungi Naga Besukih untuk meminta maaf serta memohon agar anaknya dihidupkan kembali. Naga Besukih menyanggupinya dengan syarat ekornya dapat kembali seperti sediakala. Dengan kesaktiannya, Sidi Mantra dapat memulihkan ekor Naga. Setelah Manik Angkeran dihidupkan, dia minta maaf dan berjanji akan menjadi orang baik. Sidi Mantra tahu bahwa anaknya sudah bertobat tetapi dia juga mengerti bahwa mereka tidak lagi dapat hidup bersama.
“Anakku, sekarang kamu telah menyadari kesalahanmu. Kamu bisa memulai hidup baru tetapi tidak bisa engkau tinggal bersama kami lagi. Engkau harus tinggal di tempat lain.” kata Sidi Mantra. Keanehan pun terjadi. Dalam sekejap mata Manik Angkeran lenyap entah kemana. Di bekas tempat Manik Angkeran berdiri muncul sebuah sumber air yang makin lama makin besar sehingga menjadi sebuah laut. Dengan tongkatnya, Sidi Mantra membuat garis yang memisahkan dirinya dengan anaknya. Menurut cerita rakyat, saat ini tempat itu dikenal sebagai selat Bali yang memisahkan pulau Bali dengan pulau Jawa.
Sumber: caritasato
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |