Dahulu kala, di sebelah negeri di tepi sebuah sungai di daerah Barito Selatan tinggallah dua orang Datu atau Kepala Suku Yang berdiam di hilir yang disebut Datu Hilir dan yang di hulu disebut Datu Hulu. Mereka berdua berjanji, jikalau salah seorang di antara mereka melahirkan anak laki-laki dan yang seorang lagi melahirkan anak wanita, mereka akan mengawinkannya.
Setelah beberapa lama kemudian, sampailah saatnya bagi kedua keluarga itu untuk melahirkan. Tetapi malang telah menimpa, bahwa salah seorang Datu tersebut telah beranak seorang wanita yang rupanya persis seperti buah labu sedangkan Datu yang seorang lagi beranak seorang laki-laki, singkatnya seorang pria.
"Mungkinkah kita berdua mengawinkan anak yang macamnya begini? Anakmu buah labu sedangkan anakku terhitung manusia." kata mereka berdua. Karena hal ini memang tidak mungkin, lalu buah labu yang telah tua itu dibuang ke sungai.
Alkisah pada suatu ketika anak laki-laki tadi pergi menjala ikan, sementara ia sedang asyik menjala, tiba-tiba terdengar olehnya suara dari dalam air. "Siapakah engkau yang menjala di tepian sungai?", kata suara itu, siapakah anda yang berada di tangga turun ke air?. "Menjala dari tangga yang turun ke air, "katanya" tidaklah baik," katanya lebih lanjut. Sebaiknya anda menjala di tepian induk dimana terdapat pusaran air batang gading!"
"Suara apakah gerangan yang tiba-tiba datang dari dalam air seperti ini?", kata laki-laki itu. Lalu katanya, Saya tidak akan pulang kalau belum berhasil. Pantang pulang membawa tempat yang kosong melompong yang nantinya hanya dihamburkan saja seperti langit terbuka." Begitulah tekad si laki-laki, ia tidak mau kembali dan tetap berusaha untuk memperoleh hasil.
Jalannya terus ditebarkannya. Kemudian datang lagi suara itu. Siapakah engkau yang menjala di tepian sungai? Siapakah anda yang berada ditangga turun ke air? Tidaklah baik menjala dari tangga yang turun ke air. Menjala di tepian induk, dipusaran air batang gading !
Suara itu terus dijawab oleh anak laki-laki, katanya, "Saya tidak akan balik belakang. Saya tidak pulang, karena saya tidak lupa jalanan kembali. Ikan upah-upih (sejenis ikan kecil-kecil) belum ada yang saya masukkan ke bakul ini. Ikan kadintungan (ikan kecil-kecil) pun belum ada yang ku peroleh untuk membuka katup tutup bakulku!"
Ia pun terus menjala. Sesudah sekian lamanya menjala akhirnya diperolehnya sebuah labu putih. Labu itu dibawanya pulang dan diletakkannya ditempat yang biasa. Pada malam harinya, terdengarlah suara dari dalam labu putih "Jukang kamala tampak kabesau (sim salabim) dahulu aku menjadi tawo (labu), sekarang aku menjadi seorang putri!" Kemudian ia pun memasak nasi, menyiapkan lauk pauk dan sesudah semuanya disiapkan lalu ia pun pergi tidur bersama-sama laki-laki itu. Tetapi apabila laki-laki itu hampir bangun, ia pun berkata. "Sim salabim, tadi aku putri sekarang aku tawo!."
Begitulah terus-menerus dilakukannya, sehingga pada suatu ketika tertangkap basah oleh pria tadi. "Terlalu dia ini, mempermainkan saya!, katanya. Lalu dikejutkannya putri itu dan serentak tetap menjadi putri.
Singkat cerita, mereka berdua menyiapkan perkawinan membangun rumah tangga.
sumber:
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...