|
|
|
|
Cerita Gunung Telawe Tanggal 28 Dec 2018 oleh Admin Budaya . |
Dalam sebuah kerajaan, memerintah seorang raja yang bernama Raja Rangga Kalo. Raja Rangga Kalo ini mempunyai seorang hamba sahaya yang sangat dekat hubungannya dengan Raja. Sahaya ini tingal di sebuah desa yang disebut Pasung. Dialah sahaya yang bertindak sebagai kepala rumah tangga kerajaan. Diceritarakan pula bahwa sahaya ini baru saja melangsungkan pernikahannya dengan seorang pria. Mereka kini dalam masa menjalani bulan madu mereka. Tetapi untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak pada waktu sahya ini sedang hamil atau sedang mengidam suaminya meningaldunia. Namun begitu, si jabang bayi terus juga tumbuh dengan suburnya. Perut ibunya dari sehari ke sehari makin bertambah besar juga.
Pada suatu hari, tatkala genaplah sudah bilangannya, sahya ini pun melahirkan seorang bayi laki-laki. Tetapi sungguh mengherankan, walaupun bayi ini lahir dengan sehat, tetapi badannya wahai.... bukannya berbadan seperti manusia pada umumnya, tetapi bentuk badannya seperti periuk. Bulat dengan mulut satu di atas, tetapi dapat menangis seperti manusia biasa. Karena bentuk badannya yang sedemikian itu, maka langsung saja orang menamakannya si Periuk. Takkan mungkin ada nama lain yang lebih tepat dari itu. Jadi namanya diambil dari keistimewaan bentuk basannya.
Setelah ibu si Periuk ini sehat seperti sediakala, kembali pula ia mengabdikan dirinya pada Raja Rangga Kalo. Pada suatu hari, datanglah ia ke istana. Begitu sampai di istana, langsung ia ditegur oleh Raja Rangga Kalo.
"Hai, baru sekarang kamu kelihatan kembali. Apa khabar? Apa kamu sudah melahirkan? Coba ceritakan terlebih dahulu."
"Ampun Tuanku," sembah sahaya tadi. "Memang benar hamba telah melahirkan seorang anak. Tetapi malang bagi hamba, anak yang hamba lahirkan tadi bukannya berbentuk manusia. Badannya seperti demikian," titah raja, "mulai sekarang kamu ini bernama Ibu Periuk saja."
"Apa boleh buat, Tuanku. Itulah nama yang paling tepat buat hmba yang malang ini."
"Sekrang begini, Ibu Periuk. "Saya sekarang merencanakan untuk menyelenggarakan suatu pesta yang besar. Semua kerajaan yang menjadi tetangga kita, akan kita undang. Satupun tidak boleh ada yang ketinggal.Begitu pula seluruh pemuka-pemuka masyarakat, kit undang semuanya.Oleh karena itu maka saya harap supaya sebagian besar dari waktumu, kamu pergunakan untuk membantu terlaksananya pesta itu. Jangan sekali-kali kamu terlalu banyak meninggalkan kerajaan. Mengerti kamu, hai Ibu Periuk?"
"Hamba mengerti, Tuanku. Dan titah Tuanku akan hamba junjung tinggi. Hanya saja, hamba mohon diizinkan untuk pulang sebentar-bentar untuk melihat si Periuk yang hamba tinggalkan di rumah."
"Baik, itu pulalah yang saya inginkan."
Diceriterakan pula bahwa Ibu Periuk ini, memang sejak mudanya sampai sekarang, adalah orang yang paling dipercaya oleh Raja Ranga Kalo. Itu pula sebabnya, mengapa tatkala Raja akan melaksanakan pesta besar ini. Ibu Periuk perlu diberitahu terlebih dahulu. Begitulah maka pada suatu hari ibu Periuk pulang melihat anaknya yang ia tinggalkan di Pasung. Setelah selesai ia memberikan anaknya makan, maka diceriterakannya kepada anaknya, bahwa Raja dalam waktu beberapa hari ini akan mengadakan suatu pesta besar.
"Baginda akan mengundang semua raja-raja di sekitar kerajaan Rangga Kalo, berikut semua pemuka-pemuka masyarakat, serta pembesar=pembesar negeri lainnya.Oleh karena itu, maka kamu harus tinggal di rumah, jangan sekali-kali kamu pergi kemana-mana. Aku malu, dan kamu juga harus malu melihat keadaan dirimu yang tidak sebagaimana mestinya ini."
"Baik, ibu," kata si Periuk. "Aku tidak akan pergi kemana-mana. Aku akan terus tinggal di rumah, menantikan ibu kembali dari kerajaan."
"Ya, demikian itulah yang paling baik, anakku," kata Ibu Periuk.
Selesai berkata demikian, pergilah Ibu Periuk seketika menuju ke kerajaan Rangga Kalo. Benar juga. Sesampainya di sana, didapatinya orang-orang sudah sama bersiap-siap. Semua keperluan untuk menyelenggarakan pesta, sudah disediakan orang: Kerbau, sapi, kambing sudah disembelih semuanya. Para juru masak, juga sudah pada hadir di tempat itu. Begitu si Periuk ditingalkan oleh ibunya, begitu timbul keinginannya untuk melihat-lihat bagaimana keadaan pesta Raja.
"Ah, betapa hebatnya dan betapa pula ramainya pesta besar Raja itu," pikirnya.
Segeralah ia berputar seperti gasing, "seng...."dia lemparkan diri ke arah orang-orang yang sedang sibuk memasukkan daging ke dalam periuk-periuk untuk dimasak. Setelah terisi semuanya, melaporlah salah seorang kepada penanggung jawab.
"Semua periuk sudah terisi, tak satu pun yang kosong," katnya.
"Periksalah baik-baik. Barangkali ada yang masih belum terisi. Daging ini masih banyak yang belum masuk. Nah, dipojok itu ada periuk belum terisi," kata penanggung jawab itu sambil menunjuk ke arah si Periuk diam sambil menonton orang-orang yang sedang sibuk bekerja.
Maka diisilah si Periuk dengan daging sampai penuh. Setelah penuh, ditinggalkan pula orang si Periuk, lalu orang-orang itu pergi mencari periuk lain untuk diisi. Maka ketika orang -orang sudah tidak memperhatikan dirinya lagi, berpusinglah kemabli si Periuk. Dan dalam waktu singkat, "seng......,ia melemparkan dirinya kembali ke rumahnya, sambil membawa daging yang dimasukkan orang tadi. Sesampainya di rumah, ia memuntahkan kembali daging yang banyak tadi di dalam rumahnya. Bukan main banyaknya daging sapi di rumah Periuk sekarang. Tak lama kemudian, datanglah Ibu Periuk mengantarkan makanan untuk anaknya.
"Periuk! Periuk!" seru ibunya dari luar rumah.
"Saya!" sahut si Periuk dari dalam rumah. Maka masuklah Ibu Periuk ke dalam rumahnya. Alangkah terkejutnya ibu itu, ketika melihat banyaknya daging di dalam rumahnya. Seketika itu juga, bertanyalah ia kepada Periuk.
"Dari mana daging sebanyak ini?"
Menjawab si Periuk, "Saya mendapatkannya dari orang yang sedang sibuk bekerja di dapur kerajaan, ibu."
"Bagaimana pula cara kamu memperoleh daging sebanyak ini, Periuk?" Kamu mengambilnya secara sembunyi-sembunyi? Jangan, tidak boleh demikia, anakku. Nanti kau kedapatan orang. Dan itu sangat berbahaya."
"Bukan," kata si Periuk, lalu melanjutkan lebih kanjut, "orang-orang dengan sengaja mengisi saya dengan daging ini, tatkala saya sedang asyik menonton di tempat itu. BUkankah ini namanya rezeki ibu?"
"Ya, ibu. Masukkanlah semuanya kedalam mulutku ini." kata si Periuk.
Memang demikianlah caranya kalau si Periuk akan diberi makan oleh ibunya. Makan tinggal dimasukkan saja ke dlam mulutnya. Sesudah itu selesailah pekerjaan ibunya. Setelah selesai itbu Periuk memberi Periuk makan, bergegas pula ia kembali ke kerajaan. Ia harus menyambung pekerjaan yang ditinggalkannya tadi. Tetapi sebelum berangkat, ibunya sekali lagi memperingatkan si Periuk, supaya hari esoknya jangan pergi keman-mana, karena pada hari itu tamu-tamu akan datang semuanya. Raja-raja dari sekitar kerajaan, Raja Rangga Kalo, berikut para bangsawan dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya. Setelah itu, dengan setengah berlari ia segera kembali ke tempat kerjanya.
Pada hari yang telah ditetapkan ini, dari pagi tamu-tamu sudah mulai berfdatangan ke tempat penyelenggaraan pesta besar. Masing-masing dengan tanda kebesarannya.Putra raja-raja , putri-putri kerajaan, semuanya lengkap hadir. Mereka datang dengan memakai pakaian yang berkilauan dan gemerlapan ditimpa sinar sang surya pagi. Sudah menjadi kebiasaan pada waktu itu, kalau ada peristiwa semacam ini, semua kekayaan dikeluarkan orang untuk dipakai. Pada saat seperti inilah akan tampak siapa yang masih terbilang kaya dan masih banyak menyimpan pusaka-pusaka lama. Para tamu sudah barang tentu memakai pakaian selengkap mungkin, yang satu tak mau kalah dari yang lainnya.
Isi kerajaan Rangga Kalo juga sibuk menyambut kedatangan tamu-tamu mereka. Tamu lelaki disambut oleh orang laki-laki, yang wanita disambut oleh penyambut wanita. Tempat duduk juga sudah diatur tertib dan rapih. Para raja-raja disatukan tempatnya dengan raja-raja, para bangsawan disatukan dengan bangsawan-bangsawan lainnya,para putri raja juga dikumpulkan bersama-sama dengan putri-putri raja lainna. Bagaimana dengan si Periuk yang sedang tinggal di rumahnya? Tatkala tamu-tamu sedang ramai-ramainya datang. Ia segera berpusing seperti gasing kembali. Kemudian ia lemparkan dirinya, brrr..... ia melompat berpusing terus, sampai di dalam taman Raja Rangga Kalo. Di situ ia diam, tanpa seorangpun yang mengetahuinya.
Sekarang orang sedang sibuk-sibuknya menghidangkan makanan dan minuman kepada para tamu. Makanan yang enak-enak, disertai dengan minuman yang segar-segar silih berganti dihidangkan orang. Tengah hari, udara bukan main panasnya. Tidak mengherankan, jikalau putra raja gelisah semuanya menghadapi udara panas yang hampir-hampir tak tertahankan itu. Maka bertanyalah seorang diantara putri itu kepada Patih yang senantiasa berjaga-jaga di tempat itu.
"Hai paman Patih. Apakah tidak ada disekitar sini tempat kita melepaskan lelah, sambil mandi-mandi, atau sekurang-kurangnya mengurangi rasa panas seperti ini?"
"Ampun Tuan Putri," sembah Patih. "Tempat seperti yang dimaksudkan oleh Tuan Putri memang ada. Tetapi apakah tidak sebaiknya kita laporkan dahulu kepada Baginda Raja. Kebetulan kunci taman pun ada di dalam."
"Baik kalau demikian. Pergilah Patih menyampaikan keiinginan kami ini pada Baginda Raja."
Patih segera pergi menghadap Baginda Raja Rangga Kalo. "Ampun Tuanku! Hamba datang adalah sebagai utusan dari tamu-tamu Putri. Semua tamu putri, sangat berkeinginan untuk mandi-mandi di dalam taman. Apakah Tuanku memperkenankan hal ini?"
"Kalau demikian yang dikehendaki oleh tuan-tuan Putri, bawalah mereka untuk bersenang-senang di dalam taman," sabda Baginda.
"Baiklah Tuanku! Hamba akan membawa mereka ke dalam taman sekarang juga."
Setelah Patih membukakan pintu taman, Putri-putri pada berlari masuk. Semua ingin secepatnya mandi dalam taman itu. Mereka dahulu- mendahului membuka pakaian masing-masing. Setelah siap semuanya, mereka pun segera terjun ke dalam telaga. Mereka mandi sambil bermain-main dengan asyiknya di dalam telaga yang airnya sejuk dan jernih sekali. Karena asyiknya, mereka sudah tidak menghiraukan apa-apa lagi. Dengan tidak diduga sama sekali, hujanpun turun dengan derasnya. Bukan main lebatnya, bagaikan ditumpahkan dari langit layaknya. Putri-putri yang sedang mandi menjadi bingung. Bagaimana halnya dengan pakaian mereka? Pasti akan basah semua,kalau tidak segera ditaruh ditempat yang terlindung. Tetapi disekitar taman itu, tak ada terdapat ruangan untuk dijadikan tempat penitipan pakaian mereka. Akhirnya salah seorang diantara mereka, melihat tidak jauh dari telaga itu sebuah periuk yang masih kosong. Dengan tidak berpikir panjang mereka pun menyruh salah seorang yang paling kecil di dalam periuk itu. Maka dimasukkanlah semua pakaian dan perhiasan. Putri-putri itu kedalam periuk itu. Setelah selesai semuanya, putri-putri itupun terjun dan mandi lagi didalam taman itu. Sedikitpun tak ada yang mengira akan terjadi hal-hal yang akan menyulitkan mereka semua.
Demikianlah, maka setelah si Periuk penuh dengan pakaian dan perhiasan Putri-putri itu, ia pun segera berpusing seperti gasing kembali. dan "werrr......." ia melompat pulang ke rumahnya kembali dengan membawa semua isinya. Sesampainya di rumah, ia segera memuntahkan isinya yang berupa pakaian dan perhiasan putri-putri. Aduhai! Betapa terang benderang rumah Periuk, karena cahaya dari emas, intan berlian yang berkilauan. Periuk un memandangnya dengan penuh perasaan takjub. Tak lama kemudian, datanglah Ibu Periuk membawakan anaknya makanan. Tatkala membuka pintu rumahnya, betapa terkejutnya ia ketika melihat perhiasan yang indah-indah dan mahal harganya bertumpuk di dalan rumahnya. Tadi di kerajaan ia pun mendengar orang ribut-ribu, bahwa pakaian dan perhiasan Putri-putri yang sedang mandi, hilang semua. Peristiwa itu sungguh menggemparkan, sehingga Raja turun tangan dan menyediakan lagi seperangkat pakaian untuk tiap-tiap Putri. Sekarang ia menemukan pakaian dan perhiasan itu di dalam rumahnya sendiri. Ibu Periuk segera menanyakan hal itu pada si Periuk.
"Hal Periuk! Apa yang telah kamu perbuat lagi, sehingga semua perhiasan Putri yang hilang di dalam taman berada disini semuanya? Ketahuilah Periuk, kalau sampai Raja tahu akan hal ini, kita akan mendapat hukuman yang berat."
"Ibu," kata Periuk menjelakan. "Saya kira kita tak akan mendapat hukuman, karena barang-barang ini saya dapat dengan tidak mencuri dan tidak pula dengan meminta-minta. Begini ini. Tatkala pesta sedang berjalan dengan ramainya, saya berada di taman-taman seorang diri, tanpa ada orang yang mengetahui. Kemudian datanglah seorang diri, tanpa ada orang yang mengetahui. Kemudian datanglah para Putri itu ke dalam taman. Rupanya mereka akan mandi, karena udara memang agak panas. Setelah beberapa lama mereka mandi, hujanpun turun dengan derasnya. Karena tidak ada tempat untuk menaruh pakaian mereka dan pakaian mereka supaya jangan basah, lalu salah seorang di antara mereka menaruh semua pakaian mereka di dalam tubuh saya yang seperti periuk ini. Begitu ia selesai, lalu ia turun kembali mandi. Sedang asyiknya mereka mandi, saya pun pulang membawa ini semuanya."
"Kalau demikian sudahlah. Ini ibu n=bawakan makanan sekedarnya. Nah, makanlah dan ibu akan segera kembali ke istana. Pekerjaan masih terlalu banyak di sana," kata Ibu Periuk selanjutnya.
"Masukkan saja ke dalam mulutku semuanya," kata Periuk.
Setelah selesai Ibu Periuk memberi anaknya makan, dengan segera ia kembali ke istana. Pesta besar Raja Rangga Kalo pun berkhirlah.Tamu-tamu sudah pulang semuanya. Tak seorang pun yang tinggal. Kemudian Raja Rangga Kalo mengumpulkan semua pembesar-pembesar kerajaan, ditambah lagi dengan segenap ahli nujum yang ada di dalam kerajaan. Untuk mendengarkan keinginan Raja. Setelah semuanya berkumpul, mulailah Raja Rangga Kalo bersabda.
"Hai segenap pembesar kerajaan atau pun semua ahli nujum! Dengan telah selesainya kita menyelenggarakan pesta ini, maka sekarang ada sebuah permintaanku kepada semua yang hadir. Saya sadar, bahwa keinginan saya ini sangat sulit kalau tidak dapat dikatakan mustahil. Tetapi tidak apa. Asal saya sudah mengeluarkannya saja. Begini, kepada siapa saja yang baik ia berwujud hewan atau pun manusia, yang dapat mencarikan bibit pohon beringin yang berakar dari kawat, berbatang besi, daunnya dari uang, berbuah perunggu, mempunyai pucuk keris, betapa bahagia hatiku. Dan kepada yang menemukan bibit pohon tersebut akan kuhadiahkan Putri Tunggalku Ismayawati . Dan kata-kata ini, baiklah kalian anggap sebagai suatu sayembara." Semua yang hadir menundukkan kepala. Memang benar keinginan Raja kali ini sangat sulit untuk diujudkan. Dimana mau mencari bibit pohon semacam itu?
Kebetulan sekali pada waktu Raja sedang bersabda tadi, Ibu Periuk dapat mendengarkannya dengan sejalas-jelasnya. Ketika hari sudah hampir malam, Ibu Periuk pun segera minta diri untuk pulang ke Pasung. Tak lama kemudian ia tiba di rumahnya. Ia segera memberi anaknya makan. Setelah sehari-hari ditinggalkan dirumah sendiri. Setelah selesai Periuk makan, ia lalu bertanya kepada ibunya, apakah ibunya mempunyai sebuah cerita tentang pengalaman selama berlangsungnya pesta dalam istana. Ibunya lalu menceriterakan bahwa Raja telah mengumumkan suatu sayembara yang boleh diikuti oleh siapa saja. Barang siapa yang dapat mengusahakan sebuah bibit pohon beringin yang berakar dari kawat, berbatang besi, daunnya dari uang, berbuahkan perunggu, mempunyai pucuk dari keris, sebagai hadiahnya orang itu akan dikawinkan dengan putri tunggal Baginda Putri Ismayawati.
"Saya sangat senang mendengar cerita itu, ibu," kata Periuk. "Sekarang, apakah ibu masih mempunyai beras ketan?"
"Beras ketan ada sedikit," kata ibunya kemudian.
"Baik kalau demikian. Tolong ibu sangankan beras ketan itu semuanya, lalu dicampur dengan gula merah dan kelapa secukupnya. Tolonglah, ibi," kata Periuk.
"Wah! Besok saja ibu buatkan, Periuk! Sekarang ibu sangat lelah. Ibu hendak istirahat dahulu malam ini."
"Ah, ibu tolonglah supaya malam ini juga beras ketan itu sudah selesai."
"Tunggu sebentar kalau begitu, " kata ibunya.
Dengan agak malas, ibunya pergi ke dapur untuk mengerjakan apa yang dipinta oleh Periuk. Malam sudah agak larut. Namun demikian, dengan penuh kesabaran Ibu Periuk mengerjakan jajan beras ketan yang disangan itu. Sementara itu, Periuk menunggui ibunya sambil bercerita. Dengan tidak terasa pekerjaan ibunya akhirnya selesai juga.
"Nah, Periuk, sekarang ibu selesai sudah mengerjakan jajan ini. Selanjutnya kamu akan apakan?"
"Masukkan saja semuanya ke dalam mulutku ibu," kata Periuk. Dan seketika itu juga dimasukkanlah jajan beras ketan itu ke dalam mulut Periuk.Kemudian ibunya masuk ke kamar untuk tidur. Di kala orang sedang nyenyak tidur, tak seorang pun yang masih jaga, ketika itu bangunlah Periuk dari tempat tidurnya. Ia meninjau suasana sebentar. Benar juga. Memang sudah sepi. Maka ia pun berpusinglah seperti gasing, dan wer.... ia melelmparkan dirinya.ia sampai pada suatu hutan yang sangat lebat, hutan yang tak pernah menusia lain dapat mencapainya. Di dalam hutan tersebut, kalau tidak membawa kompas pasti kita akan tersesat karena kehilangan arah. Setalh Periuk sampai di tengah hutan tersebut, ia pun menyiapkan segala sesuatu yang perlu, maka ia pun berseru.
"Hai, segala penghuni hutan ini! Baik manusia, jin atau dedemit. Saya datang ke tempat ini, karena saya ada mempunyai seuatu maksud. Maksud saya hanya satu saja. Kalau dapat tolonglah hai segenap penghuni hutan yang berada di utara atau selatan, di timur atau di barat." Lalu disebarkannyaberas ketan yang dibawanya ke segenap penjuru. Kemudian ia mengheningkan cipta beberapa saat lamanya.
Tak lama kemudian, datanglah atau muncullah di tempat itu seorang yang sudah sangat tua. Rambut panjang sampai pinggang dan sudah putih semuanya, berdiri dengan memegang tongkat, berpakaian putih semua dari atas sampai ke bawah. Setelah menatap si Periuk sebentar, berkatalah orang tua itu.
"Hai Periuk! Apa yang menjadi tujuanmu sampai kamu berani datang ke tengah hutan belantara ini?"
Dengan nada agak gemetar, Periuk punberkata,
"O, Nenek! Saya sengaja datang ke tempat ini untuk memohon pertolongan pada nenek, agar dicarikan bibit pohon beringin, yang akarnya dari kawat, batangnya dari besi daunnya semua berupa uang, juga berbuah dari perunggu, sudah itu pucuknya dari keris. Nah itulah maksud kedatangan saya di tempat ini. Tolonglah."
"Eh...... yang kamu inginkanitu sangat sulit untuk mendapatkannya," kata nenek itu. Walau demikian, cobalah kamu tengok besok pagi-pagi pada pagar pekaranganmu dekat pintu masuk. Kalau ada bibit tanaman di mana yang lain sekali rupanya dari yang kebanyakan di tempat itu, coba kamu ambil dan tanam. Barangkali itulah bibit pohon yang kamu inginkan itu."
Setelah selesai berkata demikian, hilanglah ia dengan tiba-tiba. Si Periuk juga segera bersiap-siap untuk pulang. Ia berpusing kembali, lalu melompat, dan senggggg..... ia kembali ke rumahnya. Samapi disana, ia segera tidur seperti orang yang tidak pernah pergi kemana-mana. Keesokan harinya, pagi-pagi benar. Ibunya telah bangun. Dan sebagaimana biasa yang dikerjakan oleh ibunya setiap hari, ia pertama-tama membersihkan halaman rumahnya dahulu. Melihat ibunya sudah berada di halaman, Periuk pun berkata kepada ibunya.
"Ibu! Coba ibu perhatikan di dekat pintu masuk. Kalau ada tanaman yang agak janggal kelihatannya, pada pagar batas halaman itu, barangkali itulah bi bit tanaman yang Raja kehendaki menurut cerita ibu semalam."
"Apakah bibit pohon beringin itu yang kamu maksudkan, Periuk?" tanya ibunya dengan nada agak kurang percaya.
"Ya! Barangkali itulah," jawabnya singkat.
Ibunya lalu memperhatikan dengan amat teliti bibit tanaman yang lain dari yang kebanyakan. Makin diperhatikannya, makin nampak keistimewaan bibit tanaman itu. Ia segera mau mencabut bibit itu Baru dipegang terasa agak keras.
"Betul," pikirnya. "Barangkali inilah dia bibit pohon beringin itu." Kemudian ia menanyakan kepada anaknya, apakah ini pohon yang dimaksudkan.
"Betul," jawab Periuk. "Segeralah antarkan kepada Raja." Ibunya lalu mencabut bibit pohon itu dan segera dilarikannya ke istana. sesampainya di istana, ia segera ditegur oleh Raja.
"Hai Ibu Periuk! Pagi-pagi benar kamu sudah berada disini. Dan apakah yang kamu bawa itu?"
"Ampun Tuanku. Hamba sepagi ini sudah berada di sini ialah karena-hamba disuruh oleh sahaya Tuanku, anak hamba si Periuk, untuk mengantarkan bibit pohon beringin ini. Barangkali inilah yang Tuanku maksudkan sesuai dengan sabda Tuanku kemarin sore itu."
Bibit pohon itu lalau diberikan kepada Raja. Kemudian raja memanggil semua pembesar negeri bersama para patih kerajaan untuk menentukan apakah bibit pohon ini sesuai dengan apa yang dimaksudkan baginda kemarin. Tetapi jelas keleihatan pada wajah baginda, betapa puasnya baginda memendang bibit pohon itu. Setelah semua yang diundang itu hadir, maka semua yang hadir melihat bibit pohon beringin yang sengaja ditaruh baginda di depan tempat pertemuan. Kemudian raja bersabdalah,
"Hai, semua pembesar negeri, cobalah kalian perhatikan bibit pohon ini. Apakah cocolk dengan apa yang kusabdakan kemarin sore itu?"
Hampir serempak yang hadir menjawab,
"Benar!"
Bibit pohon yang mereka lihat di depan mereka itulah bibit pohon beringin ajaib yang dikehendaki baginda kemarin sore itu. Orang banyak lalu diperintahkan membuat lubang untuk tempat menananm bibit pohon beringin itu. Dalam waktu sekejap saja, lubang itu sudah siap. Dengan beramai-ramai karena memang bibit itu berat, ditanamlah pohon beringin itu dan dan dipekarangan istana. Dan.... bibit beringin ajaib itu.... tumbuh dengan ajaib pula. Begitu selesai ditanam, pohon itu segera tumbuh dan bertambah besar dengan seketika. Pada waktu itu juga, ia sudah menjadi sebatang pohon beringin yang besar. Seperti pohon yang sudah ditanam bertahun-tahun lamanya. Setelah acara penanaman pohon itu selesai, Raja lalu memerintahkan kepada patih untuk pergi menjemput Periuk ke rumahnya. Sampai di rumah si Periuk, patih memerintahkan kepada si Periuk untuk segera bersiap-siap ke istana, karena ia dipanggil oleh Raja.
"Oh, maafkan patih! Saya tak dapat memenuhi panggilan baginda Raja. Patih lihat sendiri, bagaimana keadaan tubuh saya yang seperti ini."
"Ah, tidak bisa," jawab patih, "Kamu harus datang ke istana bersama-sama kami sekarang juga." Karena agak lama Periuk belum juga tiba, Raja lalu memerintahkan kembali beberapa orang patih lagi,untuk pergi menyusul si Periuk. sampai-sampai patih Rata diperintahkanRaja untuk turut serta menyusul si Periuk. Dengan cara dipaksa-[aksa dan dengan sangat terpaksa, akhirnya si Periuk dapat juga dibawa ke istana pada waktunitu.
Pada saat itu juga, Raja mengumumkan, bahwa Raja akan mendudukkan Putri Ismayawati dengan si Periuk. Kabar itu akhirnya sampai juga ke telinga sang Putri. Betapa kecewanya tatkala Putri mendengar berita itu, tak dapat dilukiskan di sini. Sang Putri lebih rela mengakhiri hidupnya pada waktu itu juga, daripada akan bersuamikan Periuk. Tetapi berkat kata-kata manis yang lemah lembut dari para inang pengasuh di istana, akhirnya Putri Ismayawati lemah juga hatinya dan bersedia dinikahkan dengan si Periuk, demi menjunjung titah ayahanda Raja. Persiapan untuk menikahkan Putri Ismayawati dengan si Periuk segera disiapkan orang. Sampai pada suatu hari yang baik,si Periuk dinikahkan dengan Putri Ismayawati.
Kemudian Raja menganugerahkan kepada si Periuk sebuah rumah yang mungil, tempat ia dan putri Ismayawati menjalankan bukan madunya. Untuk memeriahkan hari pernikahan Putri Raja, diadakanlah balapan kuda. Banyak kuda dari segenap negeri datang ke kerajaan Raja Rangga Kalo. Dan Raja Rangga Kalo terkenal mempunyai seekor kuda yang selama ini belum pernah terkalahkan. Pada malam pertama Putri Ismayawati dan si Periuk tinggal di rumah mungil mereka, si Periuk disuruh tidur di bawah saja.orang yang sedang menyelenggarakan balapan kuda. Kudanya, yaitu kuda Raja, akhir
"Kamu sebenarnya tidak pantas sama sekali untuk mendapatkan aku sebagai jodohmu," kata Putri.
Si Periuk menerima saja segalanya dengan seikhlas-ikhlasnya. Karena memang ia sendiri menginsyafi keadaan dirinya yang seperti itu. Namun..... dikala malam telah larut, ia keluar dari dalam periuk. Ia menjelma menjadi seorang yang sangat tampan. Ia keluar dari kamar, lalu lalu memakai pakaian raja dan pergi ke tempat orang yang sedang menyelenggarakan balapan kuda. Kudanya, yaitu kuda Raja, akhirnya bertanding dengan taruhan sebesar Rp. 1.000.000,-. Kuda raja akhirnya dinyatakan sebagai pemenang. Setelah selesai, si Periuk kembali lagi ke tempat asalnya dan masuk kembali ke dalam periuk rumahnya. Sang putri yang sedang enak-enaknya tidur, tidak tahu apa-apa. Malam kedua juga demikian. Setelah malam larut, keluarlah si Pdriuk dari dalam tempatnya. Ia segera keluar seperti yang dilakukannya pada malam pertama kemarin. Tetapi sekarang Putri Ismayawati agak curiga. Karena mendengar suara krasak- krusak akhirnya sang Putri bangun. Ia melihat suatu keanehan di dalam rumahnya.
"Apa yang telah terjadi?" demikian pikir sang Putri.
"Baiklah, besok malam akan saya intip, supaya jelas apa yang telah terjadi dengan si Periuk ini. Aku akan pura-pura tidur dan pada saat yang tepat aku akan mengambil tindakan.
Pada malam ketiga.... pada waktu akan masuk tidur Putri Ismayawati berpesan kepada suaminya si Periuk, supaya jangan membikin keributan di dalam kamar tidur. Ia bermaksud untuk tidur sepulas-pulasnya, karena sudah dari beberapa malam yang lalu tidur sang Putri agak terganggu."
"Baik Putri," kata si Periuk dengan sangat merendah.
Setelah larut malam, sang Putri berpura-pura tidur dengan pulasnya. Si Periuk pun keluar dari tempatnya. Bukan main teekejutnya sang Putri, melihat yang keluar itu seorang pemuda gagah lagi tampan tak kurang suatu apapun.
"Beginilah kelakuan si Periuk ini," kata Putri Ismayawati di dalam hati.
Si Periuk segera keluar, setelah ia melihat situasi di sekelilingnya aman. Pada waktu si Periuk alias pemuda tampan ini sedang berada di luar, san Putri bangun dari tempat tidurnya. Ia pergi memeriksa di mana si Periuk diperintahkan untuk tidur. Di sana ia menjumpai sebuah periuk. Barangkali inilah yang dipergunakan oleh si Periuk sebagai topengnya," pikir sang Putri. Dengan tidak berpikr panjang lagi, Putri Ismayawati lalu mengambil periuk itu. Lalu diangkatnya tinggi-tinggi, kemudian barrr......... periuk itu dibantingnya. Hancur berantakan periuk itu sudah. Setelah si Periuk selesai dengan segala aksinya di luar ia pun segera kembali ke rumahnya. Betapa terkejutnya ia tatkala melihat periuk rumahnya sudah pecah. Sedang ia termangu-mangu memikirkan apa yang telah terjadi, tiba-tiba..... datnaglah putri Ismayawati memeluknya dengan erat sekali. Sang Putri sambil menangis lalu berkata.
"Hentikan semua sandiwara ini hai Periuk."
Berita yang menggemparkan ini segera disampaikan kepada Raja. Betapa gembiranya Raja Rangga Kalo menerima kabar ini tak dapat dilukiskan. Raja lalu memerintahkan untuk mengadakan pesta besar untuk rakyat umum selama 40 hari 40 malam sebagai rasa syukur bahwa Putri tunggalnya, Putri Ismayawati, telah mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Setelah pesta selesai, lalu Raja menobatkan menantunya, untuk menggantikannya menjadi Raja. Dan periuk yang dibanting oleh Putri Ismayawwti itu, lama-kelamaan menjelma menjadi sebuah gundukan tanah, yang lama kelamaan menjadi sebuah gunung. Karena isi perut dari gunung itu terdiri dari bekas pecahan periuk melulu, maka gunung tersebut sampai sekarang diberi nama" GUNUNG TELAWE"
Tempat gunung ini ialah di desa Marong Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah di suatu dusun yang bernama Peras. Disebelah selatan gunung Telawe' terdapat sebuah muara sungai yang diberi nama Muara Jebak, dimana banyak sekali terdapat buaya. Dan di sebelah baratnya namanya Perak Selau, di pinggir Sungai Pasung.
sumber:
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |