Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Sumatera Barat Sumatera Barat
Cerita Ampaian Santo
- 28 Desember 2018

Lagu ini digubah oleh Djamaris St. Kato, seorang pendendang dan peniup suling yang telah dikenal namanya oleh masyarakat Minang dimanapun mereka berada. Dan oleh Hamir Radjo Mangkuto dan Inspeksi Daerah Kebudayaan Sumatera Barat, lagu tersebut digubah lagi dalam bentuk lagu Minang Modern.

Sebagaimana biasa lagu Minang asli diambil dari satu tragedi saja sehingga melodinya sangat eentoonig. Begitu juga bilamana kita tinjau dari segi irama dan nada yang sangat terbatas.

Lagu Ampaian Santo yang sering kita dengar dari pendendang Djamaris melalui rekaman-remannya dan dari beberapa studio radio Republik Indonesia, tidak berbeda dari lagu-lagu Minang lainnya. Lagu ini akan menawan hati berisikan sindiran-sindiran serta tamsil tepat, sehingga mendengar merasa terpesona.

Pantun-pantun yang kita maksud dapat dilihat :

Lapeh nan dari Jambu aie
Handak menjelang Padang Lua
Jo apo hutang ko kadibaie
Santo disamai tak tajua.

Apo diharok pado banto
Antah buluah patalangan
Apo diharok tikang santo
Anto kok labiah panguntiangan
            
Bukittinggi tanahnyo tinggi
Lurah dalam bakalalaian
Untuang badan dimusim kini
Bansaik balabiah pado kawan
 
Aluih turiahnyo pandan Singkia
Dilipek lalu dilipekti
Lah runcing tunjuak ateh samia
Taga dek santo murah kini.

Lapeh nan dari Sawah Liek
Handak manjalang Sawah Rakan
O, hujan lambek lah lambek

Badan di tangah pasawangan.
Dendang ini diperdapat oleh Djamaris St. Kato di Simarasok, dimana ia mendengar seorang perempuan sedang berdendang di ladang santo (tembakau) dan di dekatnya duduk anaknya yang menangis meminta nasi.

Riwayat Hidup Djamaris St. Kayo

Pendendang rakyat ini dilahirkan  pada tahun 1923, di kampungnya Batagak Banuhampu dekat Sungai Puar. Kedua orang tuanya hanya sanggup menyerahkan Djamaris pada pendidikan sekolah mengaji dan surau.

Djamaris St. Kato dalam membaca Qur'an selalu dengan nada serta lagu yang sangat memilukan dengan tidak meninggalkan tasdik serta dengungnya. Apalagi suara Djamaris memang empuk menyebabkan siapa saja yang mendengar akan terpesona. Sehingga dalam waktu yang relatif pendek Djamaris dikenal sebagai seorang yang pandai  mengaji.

Sebuah tragdei bagi Djamaris adalah kepindahan seorang guru yang sangat disenanginya ke Tiku. Kepindahan guru yang sangat dicintainya ini menyebabkan kepatahan hatinya dalam memperdalam pengetahuannya dalam bidang agama.

Demikianlah pada suatu hari anak muda Djamaris duduk di sebuah lepau di kampungnya memeprhatikan orang yang sedang bersalung.

Dengan bermodal keberanian, Djamaris menurutkan kata hatinya berdendang bersama pendendang-pendendang lainnya. Jika dudlu suaranya yang empuk itu diperdengarkannya di surau dengan membacakan ayat-ayat Qur'an kini berpindah ke Lepau mendendangkan pantun-pantun yang selama ini terpendam di kalbunya. Siapa saja yang mendengar mulai tertarik dengan suara Djamaris yang spesifik itu. Sehingga orang-orang yang sedang menikmati kopi dan menghisap daun enau terpaksa berjam-jam terkau di Lepau itu.

Semenjak hari pertama penampilannya itu namanya mulai dikenal dari kampung ke kampung. Anak muda ini telah menjadi pendendang jemputan/panggilan bersama perkumpulannya disetiap perhelatan maupun keramaian. Dalam tempo dua tahun nama Djamaris telah dikenal oleh penggemar-penggemar salung.

Di tahun 1932, Djamaris diundang oleh Maatschappy plaat karmopon Odeon dengan maksud merekam suaranya dalam lagu Minang klasik dengan gaji Rp. 16 setiap bulannya. Dua tahun bekerja pada perusahaan ini ia kembali pulang ke kampung sebab ia merasakan bahwa tenaganya terlalu dikuras. Ia kembali merindukan kehidupan di kampung yang serba damai dan tenteram itu. Pada zaman Jepang Dajamaris kembali memperdengarkan suaranya pada studio radio di Bukit Tinggi. Sebelum itu ditahun 1940, ia sempat lagi merekam suaranya dengan 3 (tiga) buah lagi dengan penerimaan honorarium 3 sen setiap plaat. Sehabis masa kontrak ia kembali ke kampung halamannya. Dalam perang kemerdekaan Djamaris mengisi acara-acara pada studio radio RRI di Bukit Tinggi dengan honor yang hampir tidak ada.

Hingga sekarang suaranya masih bisa kita dengar.

 

 

Sumber : Bunga Rampai Cerita Rakyat Sumatera Barat

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline