Carita Pantun merupakan salah satu seni pertunjukan yang ada di dalam kebudayaan sunda sejak abad ke-15. Carita pantun dibawakan oleh seorang juru pantun dengan cara dinyanyikan (ditembangkeun) sambil memainkan kecapi untuk mengiringi carita pantun tersebut. Biasanya, carita pantun dipertunjukkan sebagai bagian dari ritual dan memiliki nilai-nilai yang sakral. Namun, pada perkembangan selanjutnya, carita pantun juga dapat dipertunjukkan di dalam acara-acara sebagai sebuah hiburan.

Umumnya, cerita yang digunakan pada carita pantun memiliki inti yang sama, yaitu menceritakan raja pajajaran yang ingin memperluas kekuasaan kerajaannya, ataupun perjalanan untuk mencari jodoh. Begitu juga dengan rangkaian carita pantun pun tidak jauh berbeda. Diawali dengan Rajah Pamuka yang diiisi dengan pembacaan doa-doa dan juga meminta keselamatan kepada roh leluhur agar pertunjukkan berjalan dengan lancar. Setelah itu, juru pantun akan menceriterakan prolog dan memaparkan kerajaan dan asal-usul tokoh utama. Kemudian, cerita dimulai sampai pada akhir cerita, yang ditutup dengan Rajah Pamunah yang berisikan rasa terimakasih kepada leluhur atas kelancaran selama pegelaran carita pantun berlangsung.

Beberapa contoh judul carita pantun diantaranya adalah Lutung Kasarung, Ciung Wanara, Mundinglaya, Nyi Pohaci Sanghiang Sri dan sebagainya. Tokoh yang diperankan dalam carita pantun merupakan sebuah manifestasi jiwa Sunda kuno yang menampakkan jiwa dan kepercayaan masyarakat Sunda. Carita pantun sangat menggambarkan bagaimana kayanya kepercayaan nenek moyang masyarakat Sunda yang hidup di alam agraris.

#OSKMITB2018