Sarung adalah pakaian tradisional yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia yang sekarang sudah menjadi atribut yang sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sebabkan oleh cara pemakaian dan kegunaannya yang sangat luas. Misalnya, sebagai bawahan untuk sholat, untuk menahan dinginnya malam saat meronda, dan bahkan sebagai atribut saat menghadiri acara resmi.
Salah satu suku yang memiliki ciri khas dalam pemakaian sarung adalah suku Tengger, penduduk sekitar Gunung Bromo. Bila kita bertemu dengan mereka, biasanya mereka akan terlihat memakai sarung. Salah satunya adalah Pak Subi. Pak Subi adalah seorang penyewa kuda di Bukit Teletubbies. Menurut informasi dari Pak Subi, sarung dapat menjadi simbol status, mode atau gaya, dan juga sebagai alat pembantu dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah cara-cara pemakaiannya.
Bagi perempuan, sarung yang disimpul di belakang menandakan bahwa mereka masih gadis dan belum berpacaran. Sedangkan bila sarung disimpul di pundak kanan, menandakan bahwa mereka masih gadis namun sudah punya pacar. Lain halnya bila sarung disimpul di depan, ini menandakan bahwa perempuan itu sudah menikah. Terakhir, sarung disimpul di pundak sebelah kiri berarti perempuan itu sudah menjadi janda.
Bagi laki-laki, sarung tidak dipakai untuk menandakan status, melainkan untuk formalitas, bergaya, ataupun sebagai atribut tambahan saat bekerja. Cara memakai sarung yang paling umum adalah sengkletan, yaitu dengan diselempangkan. Cara ini bertujuan untuk bergaya atau sebagai formalitas. Cara lain yang juga bertujuan sebagai formalitas adalah sempetan, yaitu dengan melipat sarung sebatas pinggang seperti masyarakat Indonesia pada umumnya. Selain cara-cara tersebut, simpul lampin juga merupakan cara menyimpul yang sering dipakai. Cara menggunakannya adalah dengan disimpul di bagian depan dan dipakai seperti halnya jubah. Cara ini bertujuan untuk memberi kehangatan pada bagian punggung. Selain disimpul lampin, cara memakai sarung sebagai penghangat beragam. Ada yang dipakai secara melingkar di leher (simpul wolu), ada juga yang menggunakannya seperti kerudung (kudungan), dan juga sebagai penutup wajah (sarung kudung) yang juga bertujuan untuk menangkal debu saat berkendara di atas motor. Gabungan dari kudungan dan sarung kudung disebut kekodong, yaitu menutupi kepala sehingga tinggal terlihat matanya saja. Tujuan lain bagi mereka untuk memakai sarung adalah sebagai atribut tambahan saat bekerja. Bisa dengan mengikatkan sarung di pinggang (sembong) atau bisa juga sebagai alat untuk membawa barang, yaitu dengan memasukkan barang-barang yang akan dibawa dan memakai sarung tersebut sebagai wadahnya. Sembong sendiri biasa digunakan oleh para laki-laki yang berkerja di ladang.
#OSKMITB2018
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang