Candi Selogriyo
Setiap daerah pasti memiliki kebudayaannya sendiri – sendiri. Salah satu daerah yang saya jadikan contoh adalah Windusari. Windusari adalah salah satu daerah yang terletak di daerah kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Salah satu kebudayaan yang harus kita lestarikan yang berasal dari Windsari adalah Candi Selogriyo. Candi ini terletak di lokasi terpencil dari pemukiman penduduk, dan tersembunyi diantara bukit Giyanti , Condong dan Malang. Candi Selogriyo terletak di Dusun Campurejo, Desa Kembangkuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-9 M, pada masa Kerajaan Mataram Kuno.
Lokasi candi Selogriyo memang terpencil. Medannya pun masih sulit. Untuk sampai ke lokasi ini hanya ada dua alternatif, jalan kaki atau naik kendaraan beroda dua sejauh 2 km. Oleh karena itu, candi ini masih sepi akan pengunjung. Candi ini cukup unik. Ada sebuah bilik (garbagraha) yang sudah kosong di dalamnya. Diperkirakan di tempat ini dahulu ada lingga dan yoni sebagai bentuk lain dari Syiwa Mahadewa. Di empat sisi dinding candi terdapat lima relung tempat arca-arca perwujudan dewa. Namun di relung ini kini tinggal arca tanpa kepala. Arca-arca itu adalah Durga Mahesasura, Ganesya, Agastya, Nandiswara, dan Mahakala. Puncaknya berbentuk buah yang disebut Amalaka. Sayangnya, arca-arca ini telah rusak. Semua arca ini tidak memiliki kepala karena rusak. Pahatan-pahatan tulisan menghiasi hampir semua sisi candi. Sangat disayangkan, candi yang unik ini dirusak oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab.
Nama Selogriyo diberikan oleh penduduk desa. Selogriyo itu berarti rumah dari batu. Menurut cerita penduduk, candi ini dibangun oleh prajurit dari Kediri yang melarikan diri sampai ke tempat ini. Candi ini, konon, dipakai sebagi tempat bersemedi sekaligus tempat pemujaan.Candi Selogriyo yang terletak di kecamatan Windusari ini memang kecil namun menyimpan sejuta pesona. Pemandangan alam menjadi daya tariknya. Sayangnya, candi ini belum dikelola dengan baik. Akses jalan masih dibiarkan begitu saja. Jika kompleks candi ini dikelola dengan baik, akan menjadi sebuah tujuan wisata yang unik. So guys, selama kita masih muda, kita harus memperkenalkan kebudayaan kita ke manca negara, dan kita juga harus menjaga serta melestarikannya, jangan sampai kebudayaan kita direbut oleh negara lain. Jangan sampai Indonesia yang memiliki banyak kebudayaan hilang satu – persatu karena ketidakmampuan kita dalam menjaganya. Kebudayaan kita mencerminkan kepribadian kita.
#OSKMITB2018
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.