Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Legenda Sulawesi Utara Sulawesi Utara
Burung Moopo - Sulawesi Utara - Sulawesi Utara
- 3 April 2018

Pada zaman dahulu di daerah Minahasa, Sulawesi Utara, hiduplah seorang kakek dan cucunya yang pincang bernama Nondo. Setiap hari sang kakek pergi ke hutan berburu binatang dan mencari kayu bakar. Hasilnya dijual ke pasar untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka berdua. Kedua orangtua Nondo sudah lama meninggal dunia.

Setiap kali kakeknya pergi ke hutan, Nondo selalu bersedih karena tidak diizinkan ikut. Kakeknya khawatir Nondo tidak akan kuat berjalan jauh. Kakek juga selalu berpesan pada Nondo agar dia mengunci pintu rumah sehingga tidak bisa dimasuki binatang buas.

Nondo akan menyambut kakek dengan gembira tiap kali kakek kembali ke rumah.

“Hore! kakek pulang,” kata Nondo.

“Lihat, Nak, Kakek membawa dua ekor burung puyuh dan ikan sepat dari sungai,” kata Kakek sambil menurunkan karung bawaannya.

“Ayo, kita bikin ikan bakar, Kek!” seru Nondo.

Sambil membakar ikan, Kakek bercerita tentang isi hutan kepada Nondo.

“Nondo, apakah kamu tahu apa yang kakek temukan di hutan hari ini?” tanya kakek.

Nondo menggeleng.

“Kakek melihat burung kakaktua yang sedang bertengger di pohon. Burung itu berbulu putih dan jambulnya berwarna kuning. Kakek juga melihat tupai-tupai yang sedang memakan biji-bijian dan tiba-tiba seekor ular besar mengganggu mereka,” kakek bercerita sambil mengeluarkan suara aneka binatang tersebut.

Nondo mendengarkan cerita kakek dengan gembira. Bahkan, sebelum tidur Nondo selalu berkhayal bertemu hewan-hewan tersebut dan ikut menirukan suara hewan-hewan persis seperti yang kakeknya ceritakan.

Suatu pagi, seperti biasa kakek akan pergi ke hutan. Nondo bertekad mengikuti kakeknya.

“Kek, izinkan Nondo ikut pergi ke hutan….” kata Nondo.

“Tidak, Nak! Kakek khawatir kamu  susah berjalan,” ujar kakek.

“Huhuhu…. Aku ingin melihat binatang-binatang di hutan,” Nondo mulai menangis.

Kakek sangat menyayangi Nondo, mendengar cucunya menangis hatinya luluh.

“Baiklah, Nondo boleh ikut. Tapi, Kamu harus selalu berjalan di belakangku!” Tegas kakek.

Nondo mengangguk bahagia. Akhirnya, dia akan melihat aneka binatang yang selalu diceritakan oleh kakeknya.

Setibanya di hutan, Nondo berjalan mengikuti kakeknya. Sesekali kakek menengok ke belakang untuk melihat keadaan Nondo. Kakek khawatir Nondo terjatuh karena tersandung ranting kayu atau terpeleset karena tanah basah.

Binatang-binatang di hutan sangat menakjubkan. Kelinci, kupu-kupu, tupai, belalang, dan lain-lain. Nondo baru pertama kali melihat binatang-binatang tersebut, dia pun menghentikan langkahnya ketika melihat burung-burung yang sedang bertengger di pohon mahoni. Nando asyik bermain bersama burung-burung itu.

Setelah puas bermain dengan burung-burung dan binatang lainnya, Nondo baru menyadari bahwa dia telah kehilangan jejak kakeknya.

“Kakek! Kakek, di mana?” teriak Nondo panik.

Hari semakin sore dan hutan semakin gelap. Nondo menangis keras.

“Huhuhu….” isak Nondo.

Nondo menangis ketakutan ketika melihat binatang buas. Dia juga takut dengan suara burung hantu dan burung Kuow yang menyeramkan. Nondo menyesal karena dia tidak patuh mendengarkan perintah kakek untuk selalu berjalan di belakangnya.

Sementara itu, Kakek juga kebingungan mencari cucu kesayangannya.

“Nondo!” teriak kakek.

Kakek terus memanggil nama Nondo. Beliau bahkan kembali menyusuri jalan yang telah dilaluinya bersama Nondo. Namun, Nondo tak nampak batang hidungnya.

Kakek memutuskan untuk menunggu Nondo di rumah. Hingga beberapa hari lamanya, Nondo tidak juga pulang ke rumah. Kakek bersedih kehilangan cucunya.

Suatu hari, terdengar suara aneh di pohon dekat rumah kakek.

Moopoo… moopoo….

Kakek merasa akrab dengan nada suara itu. Dia pun keluar dari rumah dan melihat ke atas pohon.

Moopoo… moopoo….

Suara itu berasal dari seekor burung yang sedang bertengger.

“Aku belum pernah melihat burung aneh itu,” ucap kakek penuh rasa heran.

Burung itu terbang ke cabang pohon yang lebih dekat dengan kakek.

Moopoo… moopoo… moopoo….

Kakek terkejut karena menyadari bahwa burung itu memanggil namanya, yaitu “opoku” atau kakekku.

Kakek memerhatikan burung itu, matanya memancarkan kesedihan. Kakinya terlihat pincang. Sang Kakek pun berurai air mata. Beliau mengetahui burung itu adalah jelmaan dari cucu yang dicintainya, Nondo.

Burung Moopoo banyak dijumpai di daerah Minahasa, Sulawesi Utara.



 

Sumber: http://indonesianfolktales.com/id/book/legenda-burung-moopo/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline