Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Tempat Wisata Jawa Barat Sunda
Bukit Sembir

Bukit Sembir: Keindahan Yang Tak Seseram Namanya

Ada dua ekspresi yang bakalan ditunjukkan oleh sebagian besar warga Kota Salatiga ketika mendengar kata "Sembir": bergidik ngeri atau tertawa lepas. Wajar memang. Sembir yang merupakan akronim dari kata "Semoga Gembira" sejatinya adalah nama sebuah kawasan red light yang berada di kampung halaman saya. Namun tahukah anda, di balik "keseraman" namanya, Sembir ternyata menyimpan pesona alam yang luar biasa?

Siang itu sehabis menyaksikan Pawai Budaya UKSW yang lewat di jalanan dekat rumah, saya dan dua kawan sedari SMA - Ancha dan Betty memutuskan untuk mengunjungi sebuah bukit di kawasan Sembir yang beberapa waktu belakangan ini tengah santer dibicarakan di Instagram. Beberapa akun menyebutkan bahwa bukit hijau itu bernama Bukit Sembir.

Di antara kami bertiga, Ancha sudah pernah mengunjungi bukit tersebut. Katanya sih bagus, dan mudah untuk ditemukan. Ancha pun kami dapuk sebagai penunjuk jalan. Kami bertiga - bersama motor masing-masing, kemudian bergerak menuju ke arah bukit itu. Saya dan Betty mengekor di belakang Ancha dengan setia.

Sebagaimana namanya, cara paling gampang untuk menuju ke Bukit Sembir adalah melewati pusat hiburan dewasa yang ada disana. Berbagai pub, kafe dan tempat karaoke bisa kami jumpai di sepanjang jalan yang naik turun di kawasan tersebut. Wanita-wanita baik muda maupun tua dengan pakaian serba minim, tampak tengah bersantai atau berdandan sembari menunggu pelanggan yang hendak mampir ke tempat mereka.

Seusai melewati jalanan yang penuh "godaan", tak lama kami bertiga mulai memasuki jalan penghubung antar desa yang membelah perkebunan karet. Pohon-pohon karet itu ditanam berjajar dengan rapi dan rapat mengikuti kontur tanah disana yang berbukit-bukit. Saya mulai berpikir, jangan-jangan bukit yang kami tuju adalah salah satu dari banyak bukit tersebut.

Benar saja, setelah mendadak menjumpai tanah lapang dengan bangunan sederhana serupa gardu besar, Ancha langsung membelokkan arah motornya ke arah kanan. Arah memasuki tanah lapang yang kemudian membawa kami menyusuri jalan tanah menuju ke atas salah satu bukit. Tanah lapang itu di beberapa bagian ditanami oleh tanaman jagung yang masih belum berbuah. Ketika melihat ada jalan menanjak yang curam, saya langsung berhenti. Serius mau lewat sini? Untungnya bukan, Ancha menunjukkan jalan menanjak lain yang lebih landai dan lebih aman dilewati. Tidak sampai 5 menit, kami semua sudah berada di puncak bukit. Bukit yang ternyata adalah Bukit Sembir - sang primadona instagram itu. At first glance, Bukit Sembir terlihat biasa saja. Ratusan atau bahkan ribuan tanaman ketela terlihat menghiasi sisi-sisi bukit, entah siapa yang menanamnya. Di atas bukit, terdapat sebuah batu berukuran lumayan besar yang sering dijadikan latar foto-foto. Yang membuat saya jatuh hati adalah pemandangan di sekeliling bukit itu sendiri. Bukit Sembir dikelilingi oleh beberapa bukit lain yang jauh lebih tinggi dan lebih hijau darinya. Siang itu, gumpalan-gumpalan awan putih besar tampak menggelayut dekat dengan kepala kami bertiga. Ah, cantik! Tunggu-tunggu, bagian terbaik dari berada di puncak adalah kami bisa melihat rupa Kota Salatiga di ujung depan, beserta Kecamatan Beringin, Kabupaten Semarang di ujung belakang. Saya girang! Hanya ada kami bertiga saat itu, sehingga kami bisa puas menikmati pemandangan dan berfoto sesuka hati. Sesekali mulut kami mengaduh menahan rasa panas yang timbul dari teriknya matahari. Saya pun berandai-andai bersama Ancha dan Betty. Seumpama saya jadi orang Pemerintah Kota Salatiga, pasti saya sudah mengubah Bukit Sembir menjadi tempat wisata unggulan. Sedihnya, meski belum begitu banyak dikenal orang tapi beberapa pengunjung yang datang sebelum kami tampaknya tak mengenal rasa menjaga lingkungan. Sampah-sampah baik berupa plastik bungkus makanan, kertas, bungkus rokok sampai botol minuman tersebar di puncak bukit. Bahkan, kami menemukan kulit beberapa buah durian disana! Ya kali habis pesta durian terus nyampah begitu saja.

At last, setidaknya sekarang saya tahu dimana tempat asyik dan dekat buat menikmati pemandangan Kota Salatiga dari atas. Bukit Sembir is the answer! Tenang saja, walau ketika hendak kesana harus melewati jalanan yang penuh-err-godaan, tapi aman kok. Serius, keindahan yang ditawarkan benar-benar tidak seseram namanya. Oh kalau pergi kesana dan memutuskan membawa bekal makanan-minuman, jangan lupa sampahnya dibawa pulang lagi ya. Onegaishimasu!

Narasumber : http://studentofbutterfly.blogspot.co.id/2015/04/bukit-sembir-keindahan-yang-tak-seseram.html?m=1

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline