Biduk Bebandung merupakan kapal kerajaan yang digunakan oleh para raja-raja Kesultanan Bulungan untuk melakukan ritual adat, pesta adat dan acara-acara besar lainnya. Biduk Bebandung sendiri berasal dari kata biduk yang artinya adalah perahu; dan bebandung yang berarti kembar, sehingga Biduk Bebandung memiliki makna dua buah perahu kembar atau lebih, yang diapit atau digandeng menjadi satu. Biasanya Biduk Bebandung ini mengitari Sungai Kayan, sambil memberikan beberapa jenis sesajen agar acara-acara yang sedang dilaksanakan oleh Kesultanan Bulungan tidak mengalamai masalah atau kendala.

Kapal ini didominasi warna kuning dengan garis tepi berwarna merah yang melambangkan kesejahteraan dan keberanian Kesultanan Bulungan. Adapun ornamen, dekorasi maupun hiasan Biduk Bebandung terdiri dari kain berwarna kuning, merah dan hijau disebut sebagai sapu air, yang berfungsi sebagai penutup sekeliling dari gandengan Biduk Bebandung. Bagian atas Biduk Bebandung terdapat empat buah tiang sebagai penyangga berbentuk persegi empat, berkelambu dan memiliki langit-langit sebagai atap pelindung para tamu yang duduk di Biduk Bebandung agar terlindungi dari terik panas matahari dan hujan.

Bagian tengah Biduk Bebandung sendiri dipasang satu buah tiang penyangga tinggi sebagai tempat mengikat panji atau petaka (simbol kerajaan/sultan), dan di bawahnya diikat ular-ularan yang terbuat dari tali panjang dan ditarik ke arah depan dan belakang Biduk Bebandung, serta dilapisi dengan kain berwarna kuning dan merah. Bagian pinggir kiri dan kanan Biduk Bebandung dipasang panji-panji hiasan berwarna kuning dengan bentuk segitiga panjang dengan pinggiran panji berwarna merah.

Sumber : Buku Pentapan WBTB 2018