Tari saman (saman dance) yang dimiliki masyarakat Gayo Lues merupakan warisan dari nenek moyang masyarakat Gayo Lues yang telah dinobatkan oleh UNESCO di Bali pada tanggal 24 November 2011 sebagai tari warisan turun temurun. Pada tanggal 26 Desember 2014 tahun lalu tercatat sebagai tari saman terbanyak dengan personil 5005 peserta yang diadakan di stadion DISPORA Blangkejeren. Secara historis, tarian ini muncul karena kepentingan penyebaran agama Islam di Aceh umumnya, dan di tanah Gayo khususnya. Tari saman ini dikenalkan oleh seorang ulama bernama Syeikh Saman.
Sebelum menjelaskan mengenai bagaimana tradisi bejamu saman di Gayo Lues, tarian saman ini memiliki beberapa varian menurut cara dan tempat persembahan dari tari saman, yaitu:
1. Saman Jejunten, yaitu saman yang dilakukan pemuda pada malam hari, dianggap sebagai latihan dan susunan atau posisi dilakukan secara sembarangan. Merupakan salah satu kesempatan untuk mengarang atau membuat lagu baru oleh pemain saman dan gerakan selalu didiskusikan sehingga lahir lagu (gerak) baru.
2. Saman Jalu atau festival, yaitu saman yang dilakukan dalam bentuk kompetisi di atas pentas serta di beri penilaian oleh dewan juri. Biasanya dilakukan untuk memeriahkan peristiwa besar, misalnya Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, atau peristiwa penting lainnya.
3. Saman Hiburan, yaitu Saman yang dilakukan hanya untuk hiburan. Tari saman ini biasanya dipersembahkan untuk menghibur para tamu pada acara-acara tertentu. Syairnya biasanya berisi sanjungan dan pujian terhadap tamu yang hadir.
4. Saman Njik, yaitu saman yang dilakukan dilakukan pada saat merontok (jamu njik) padi. Dilakukan pada saat istirahat merontok padi dalam posisi duduk diatas pematang sawah. Pada saat inilah kesempatan bagi para pemuda untuk menyampaikan isi hatinya kepada pemudi-pemudi yang menonton.
5. Saman Kumah Sara, yaitu saman yang dilaksanakan pada acara pesta pernikahan pada suku Gayo yang selalu dilakukan pada malam hari (Kumah Sara).
6. Jamu Saman, yaitu saman yang dilakukan dengan mengundang pemuda kampung lain untuk menari saman semalam suntuk. Tradisi Bejamu saman ini terbagi lagi pada 3 (tiga) varian, mulai dari serlo saingi (sehari semalam), roa lo roa ingi (dua hari dua malam), dan tulu lo tulu ingi (tiga hari tiga malam). Ketiga varian tersebut tidak menjadikan saman tersebut berkualitas atau tidaknya, hanya saja varian tersebut membedakan lamanya saudara (jamu) yang datang dari daerah lain tersebut sebagai tamu.
Dari beberapa varian saman diatas, sepertinya jamu saman tersebut memiliki keunikan tersendiri. Karena dalam jamu saman tersebut terdapat istilah berserinen (bersaudara). Dalam tradisi bejamu saman ini., serinen yang diundang dari daerah lain seakan telah menjadi saudara kandung (serinen sunguh) bagi tuan rumah atau penerima tamu.
Sekilas, tradisi bejamu saman yang masih membudaya di masayrakat Gayo Lues saat ini tampaknya memiliki visi yang serupa dengan peristiwa hijrahnya Rasul saw dari Mekah ke Madinah/Yastrib, tepatnya tahun 13 Kenabian Muhammad saw. Kedatangan penduduk Mekkah yang di kenal dengan sebutan kaum Muhajirin di sambut hangat dan dengan penuh rasa persaudaraan oleh penduduk Madinah yang dikenal dengan sebutan kaum Anshar. Demikian halnya dengan tradisi bejamu saman yang ada dan masih membudaya di masyarakat Gayo Lues saat ini, serinen yang datang dari daerah lain disambut hangat dan dengan penuh rasa persudaraan yang dibangun atas dasar aqidah islamiyah.
Dalam persaudaraan antara Muhajirin dan Anshar tersebut memiliki banyak nilai kebaikan, yaitu tolong menolong (ta’awun), dan peletak dasar persaudaraan sesama muslim. Firman Allah swt:
”…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
(Q.S Al Maidah:2)
Dalam bejamu (menerima tamu) saman yang datang dari suatu daerah/desa lain, ke daerah/desa lain dikenal dengan istilah beserinen (bersaudara). Dalam beserinen tersebut, saudara yang datang dari tempat lain seakan telah menjadi saudara kandung bagi yang menyambut, karena itu selama acara saman tersebut berlangsung serinen tersebut harus dimuliakan yang dikarenakan serinen tersebut berstatus tamu yang dianggap telah menjadi saudara kandung harus dan dicintai sebagaimana mencintai diri sendiri. Seperti yang pernah disabdakannya:
Ø£ØØ¨ ÙÙÙØ§Ø³ ÙÙ...ا ÙØØ¨ ÙÙÙØ³Ù
Artinya: “cintailah manusia sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri” (H.R. Bukhari).
Juga dalam sabdanya yang lain:
ÙØ§ÙؤÙ...ÙÙØ§ Ø£ØØ¯ÙÙ... ØØªÙ ÙØØ¨ ÙØ£Ø®ÙÙ ÙÙ...ا ÙØØ¨ ÙÙÙØ³Ù
Artinya: “Tidaklah beriman diatara kamu hingga dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri. (H.R. Bukhari Muslim).
Penulis melihat, ada beberapa makna filosfis dari tari saman, diantaranya adalah pertama; kekompakan gerakan antara penari saman tersebut hendaknya dijadikan amtsal (perumpamaan) dalam kehidupan bersamayarakat. Ungkapan Adat “kunul sara duk, ratib sara anguk” sepertinya menjadi kata yang tepat dalam menggambarkan kekompakan dalam kehidupan bermasyarakat. Kedua; pendidikan, syair yang terdapat dalam tarian saman dapat menjadi media pendidikan bagi generasi muda dalam melatih kreatifitas dalam bersajak serta latihan untuk memahami maksud ungkapan yang mengandung makna sindiran (ironi).
Dengan demikian, jelaslah bahwa tradisi bejamu saman yang sejak awal dilakukan oleh nenek moyang suku Gayo Lues dahulu, memiliki kesadaran akan pentingya persaudaraan yang di bangun atas dasar persaudaraan serta pentingnya hubungan sesama manusia (habulum minannas) selain kewajiban kepada Allah swt (hablum minalllah).
Semoga, tradisi bejamu saman tersebut tetap membudaya di masyarakat Gayo Lues, karena selain menjadi identitas masayrakat Gayo Lues, juga banyak terdapat banyak kebaikan, yaitu tolong menolong (al-ta’awun), kelestarian mempertahankan budaya Gayo, dan menyambung tali silaturrahmi sesama saudara seakidah.
Wallahua’lam
Sumber: http://www.insetgalus.com/berita?id=Tradisi_Bejamu_Saman_Masyarakat_Gayo_Lues
#SBJ
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati
Bangunan GKJ Pakem merupakan bagian dari kompleks sanatorium Pakem, yang didirikan sebagai respon terhadap lonjakan kasus tuberculosis di Hindia-Belanda pada awal abad ke-20, saat obat dan vaksin untuk penyakit ini belum ditemukan. Sanatorium dibangun untuk mengkarantina penderita tuberculosis guna mencegah penularan. Keberadaan sanatorium di Indonesia dimulai pada tahun 1900-an, dengan pandangan bahwa tuberculosis adalah penyakit yang jarang terjadi di negara tropis. Kompleks Sanatorium Pakem dibangun sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan kapasitas di rumah sakit zending di berbagai kota seperti Solo, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya. Lokasi di Pakem, 19 kilometer ke utara Yogyakarta, dipilih karena jauh dari keramaian dan memiliki udara yang dianggap mendukung pemulihan pasien. Pembangunan sanatorium dimulai pada Oktober 1935 dan dirancang oleh kantor arsitektur Sindoetomo, termasuk pemasangan listrik dan pipa air. Sanatorium diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono VIII pada 23...
Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 Masukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap
Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...
Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.