Permainan Tradisional
Permainan Tradisional
Permainan Jawa Barat Sumedang
Bebeletokan
- 12 Februari 2015

 

Apa diantara sobat ada yang suka bermain perang-perangan sewaktu masih kecil ?? kalau saya pribadi, ya, saya sangat suka main perang-perangan sewaktu masih kecil, kebetulan waktu itu mainan berupa pistol-pistolan plastik masih jarang masuk ke desa-desa seperti tempat saya tinggal, sebagai alternatif untuk main perang-perangan, anak-anak di desa tempat saya tinggal menggunakan senapan bambu sebagai penggnti pistol-pistolan, senapan bambu tersebut bernama bebeletokan.
 
Senapan bambu, apa itu senapan bambu ?? ya senapan yang terbuat dari bambu pastinya *halah, namun tentu bentuknya tidak menyerupai senapan asli, disebut senapan karena bisa menembakkan peluru berupa butiran kertas, dan ketika pelurunya keluar dari moncong bambu akan terdengar suara tembakan, jadi persis seperti senapan betulan, dalam artian bisa menembakkan peluru dan berbunyi ketika pelurunya ditembakkan. Ya, senapan bambu ini adalah mainan tradisional yang berukuran kira-kira 20-30 cm-an dan menggunakan peluru dari kertas koran yang sudah dibasahi dan dibentuk bulat-bulat , permainan ini merata banyak dimainkan di daerah Sunda dengan nama bebeletokan.
 
Untuk membuat senapan bambu atau bebeletokan ini cukup mudah dan sederhana, kita hanya harus membuat bambu senapan dan bambu pendorong peluru, bambu yang dipergunakan untuk membuat bagian senapan adalah bambu yang sudah tua tapi berukuran kecil dan mempunyai diameter atau garis tengah yang kecil pula, upayakan bambu yang dipilih telah mempunyai dinding bambu yang cukup tebal supaya kuat menahan tekanan, bambu yang pertama ini adalah bambu senapan untuk menempatkan dan menembakkan peluru dari kertas koran . Setelah itu kita membuat bambu yang kedua yaitu bambu pendorong peluru, bambu yang kedua ini dibuat dari sepotong bambu dengan sambungan sebatang bambu yang cukup kuat ditengahnya, batang bambu di bambu yang kedua harus seukuran dengan lubang di bambu yang pertama, batang bambu ini berfungsi untuk mendorong peluru kertas ke dalam bambu yang pertama. Panjang batang bambu ini dikurangi panjangnya kira-kira 2cm-an dari bambu yang pertama, tujuannya agar peluru kertas yang didorong tidak jatuh keluar dari moncong senapan dan berhenti hanya sampai di ujung moncong senapan.
Cara memainkannya pun sangat sederhana, untuk dapat melontarkan peluru pertama-tama dibuat dulu dua peluru kertas, peluru kertas dibuat dari kertas koran yang dibasahi dan dibentuk bulat seukuran dengan lubang senapan bambu, tujuan kertas korannya dibasahi yaitu agar lebih padat dan dapat mengisi seluruh lingkaran lubang senapan. Peluru kertas yang pertama didorong dulu oleh batang bambu sampai ke ujung senapan, setelah itu baru masukan peluru kertas yang kedua dipangkal senapan, jadi sebelum mulai menembak ada dua peluru satu diujung dan satu dipangkal senapan, karena kedua peluru ini terbuat dari kertas basah yang mengisi seluruh lingkaran lubang senapan, maka otomatis udara didalam senapan atau ditengah kedua peluru akan tertahan dan tak bisa keluar, udara yang tertahan ditengah senapan ini akan menghasilkan tekanan ketika salah satu peluru didorong.

Setelah ujung dan pangkal senapan terisi peluru kertas, dorong dengan cepat peluru dipangkal senapan menggunakan batang bambu pendorong peluru, maka peluru yang ada diujung senapan akan langsung terlontar keluar dan mengeluarkan suara "tok" atau "bletok" seolah-olah seperti senapan yang menembakkan pelurunya, dari suaranya tersebutlah orang Sunda menamakannya bebeletokan. Setelah itu, otomatis peluru yang tadinya ada di pangkal senapan berubah posisi jadi di ujung senapan, selanjutnya kita tinggal buat peluru kertas lagi dan masukkan di pangkal senapan, dorong hingga peluru diujung senapan terlontar keluar, dan begitu seterusnya.
 
Peluru di ujung senapan bisa terlontar dan seolah-olah ditembakkan karena didalam senapan atau ditengah kedua peluru ada udara yang tertahan dan tak bisa keluar, dan tentunya ini akan menghasilkan tekanan ketika salah satu peluru didorong seperti yang telah disebutkan diatas, dengan kata lain dorongan cepat dari batang bambu pada peluru kertas di pangkal senapan mengakibatkan pemampatan ruang dalam lubang bambu karena disisi lain ujung bambu yang satunya juga tersumbat peluru kertas, ini menyebabkan tekanan di dalam bambu naik sementara ruang dalam bambu semakin kecil, tekanan ini akan memaksa peluru kertas yang berada di ujung senapan terlontar keluar dengan cepat disertai bunyi "bletok". Semakin panjang bambu semakin jauh juga peluru kertas bisa terlontar karena semakin panjang bambu maka semakin besar juga tenaga dorong yang dapat dilakukan oleh tangan pemain bebeletokan ini.
 

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline