×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Nusa Tenggara Barat

Batu Tongkok

Tanggal 24 Dec 2018 oleh Admin Budaya .

Tersebutlah kisah seorang raja yang memiliki sepasang putera kembar. Raja tersebut menguasai daerah kerajaan yang cukup luas, dengan keadaan rakyat yang aman, damai dan makmur. Karena keadaan itulah maka raja sangat dicintai oleh rakyatnya.

Akan halnya putera raja yang kembar tadi memilki kebiasaan yang unik yakni bila makan maka lauknya harus menggunakan gula merah, dank arena rasa saying raja terhadap kedua puteranya maka persediaan kerajaan akan gula merah tetap menjadi perhatian. Hal ini mengingat kelangsungan hidup dari kedua putera raja sangat bergantung dengan adanya gula merah. Karena jika tanpa gula merah kedua putera raja tidak mau makan.

Salah satu upaya dari kerajaan untuk meningkatkan pembuatan gula merah adalah dengan menganjurkan kepada rakyatnya untuk menanam pohon aren yang nantinya dapat dijadikan bahan pembuat gula merah.   Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, pohon aren seluruh masyarakat tumbuh subur. Hal ini membuat hati sang raja bergembira.

"Bila keadaan terus begini maka rakyatku akan makmur dan puteraku tentunya akan dapat tetap hidup selamanya," gumam sang raja dalam hati.

Namun menjelang usia putera raja menginjak sepuluh tahun, cobaan menerpa kerajaan dan seluruh rakyatnya. Pohon aren musnah ditimpa penyakit yang tidak diketahui obatnya. Dengan perasaan cemas raja mencoba bertanya kepada para menteri tentang kenyataan itu. Mereka berembug mencari jalan keluarnya. Seluruh pakar dimintai pandapatnya. Bermacam-macam cara ditawarkan dalam mengatasi persoalan itu. Semua cara telah dilakukan namun selalu gagal.

Pada suatu hari bertanyalah sang raja kepada menteri tentang perseediaan gula yang masih tersisa. Sang menteri memberitahukan bahwa persediaan gula merah hanya cukup sampai dengan tiga bulan ke depan. Dalam keadaan yang sangat mendesak tersebut diambil keputusan untuk mencari gula merah ke kerajaan lain atau kalu perlu ke pulau-pulau lain. "Siapkan bekal sebanyak-banyaknya berangkatlah, dan dapatkan gula merah sebanyak-banyaknya," perintah sang raja kepada para menteri dan hulu balangnya.

Dimulailah pelayaran mencari gula merah itu melalui pelabuhan Labuhan Jontal. Sasaran dari utusan raja tadi adalah bagian barat dari kerajaan tersebut. Belum sampai di daerah tujuan, tepatnya di sekitar Pulau Bungin perahu rombongan raja membawa banyak uang dan barang berharga lainnya. Dengan segenap usaha yang ada para utusan raja mencoba bertahan dari serangan para perompak laut yang ganas namun usaha mereka sia-sia karena para perompak tersebut sangat tangguh. Namun demikian masih ada utusan raja yang tersisa dan berhasil menyelamatkan diri dengan berenang ke pantai dan kembali lagi menghadap raja. 

Raja sangat murka mendengar cerita dari utusannya yang selamat tadi dan dengan segera mengambil keputusan bahwa dia sendiri yang berangkat mencari gula merah demi sang anak apapun yang akan dijalani. Dengan meminta izin kepada permaisuri terlebih dahulu maka berangkatlah sang raja beserta para pengawalnya untuk mencari gula merah. 

Sepeninggal sang raja, tinggallah permaisuri beserta kedua puteranya. Satu bulan sudah berlalu hati sang permaisuri selalu berharap harap cemas diiringi doa semoga sang raja selamat di dalam perjalanan dan dapat segera kembali. Akan tetapi hampir empat bulan sudah berlalu kabar berita tak kunjung tiba. Hati permaisuri diliputi kecemasan. Hampir setiap hari permaisuri menangis dan menangis mengingat nasib sang raja. Menjelang satu tahun kepergian sang raja sang permaisuri hanya dapat merenung seorang diri di suatu tempat di atas bukit. Tempat tersebut sering dikunjunginya beserta sang raja dalam mengisi waktu luangnya. Permaisuri tak ingin lagi kembali ke istana. Kedua puteranya sudah tidak dihiraukan lagi. Siang dan malam dia hanya merenung dan menangis seorang diri. 

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, tubuh sang permaisuri telah ditumbuhi lumut dan membatu. Kedua puteranya kini telah terpisah yang satunya pergi ke arah barat melalui darat menyusul sang raja dan perjalanannya terhenti di suatu tempat yang namanya Taliwang, sedangkan puteranya yang lain tetap bersama ibunya dan berubah menjadi seekor kera.

Akan halnya putera raja yang tetap menjadi manusia dapat tetap hidup dan mencoba makan dengan lauk yang bukan dari gula merah. Bahkan sang putera raja berhasil mempersunting seorang puteri setempat untuk dijadikan istri. Dengan perasaan bagga dia kembali menemui ibu dan saudaranya sambil memboyong istrinya, namun sesampainya di wilayah kerajaannya dia dan istrinya terperanjuat oleh kehadiran seekor kera besar yang tak lain adalah saudaranya sendiri. Disangkanya kera tersebut akan menyerangnya keudian dibacoknya kera tersebut dengan pedangnya namun tidak mempan. 

Karena kenyataan itu maka putera raja bersama istrinya berlari untuk menyelamatkan diri dari serangan sang kera yang sebenarnya sang kera tidak bermaksud menyerang tetapi hanya ingin memeluk saudaranya yang telah lama berpisah. Putera raja bersama istrinya terus berlari ke arah selatan dan bersembunyi di sebuah gua di pinggir pantai sampai keduanya membantu di dalam gua tersebut. Sekarang gua tersebut dikenal nama Liang Dewa, sedangkan letak kerajaannya adalah daerah atau wilayah Muer kecamatan Plampang. Dan Batu sang permaisuri sekarang ini masih dapat dilihat dan oleh masyarakat setempat disebut Batu Tongkok.

 

 

sumber:

  1. Situs Sumbawa Kabupaten (https://sumbawakab.go.id/cerita-rakyat/9/batu-tongkok.html)

DISKUSI


TERBARU


ASAL USUL DESA...

Oleh Edyprianto | 17 Apr 2025.
Sejarah

Asal-usul Desa Mertani dimulai dari keberadaan Joko Tingkir atau Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya yang menetap di Desa Pringgoboyo, Maduran, Lamong...

Rumah Adat Karo...

Oleh hallowulandari | 14 Apr 2025.
Rumah Tradisional

Garista adalah Rumah Adat Karo di Kota medan yang dikenal sebagai Siwaluh Jabu. Rumah adat ini dipindahkan dari lokasi asalnya di Tanah Karo. Rumah A...

Kearifan Lokal...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Setiap Kabupaten yang ada di Bali memiliki corak kebudayaan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Salah satunya Desa Adat Tenga...

Mengenal Sejara...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Pura Lempuyang merupakan salah satu tempat persembahyangan umat hindu Bali tertua dan paling suci di Bali. Terletak di lereng Gunung Lempuyang, di Ka...

Resep Layur Bum...

Oleh Masterup1993 | 24 Jan 2025.
Makanan

Ikan layur yang terkenal sering diolah dengan bumbu kuning. Rasa ikan layur yang dimasak dengan bumbu kuning memberikan nuansa oriental yang kuat...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...