Suku Pamona yang mendiami daerah Poso Sulawesi Tengah ini menggunakan Bahasa Pamona dalam komunikasinya. Bahasa ini merupakan rumpun dari bahasa Malayo-Polinesia dan turun ke bahasa Kaili-Pamona. Bahasa Pamona hanya memiliki ragam lisan saja, tidak memiliki ragam tulisan atau aksara. Tahun 1912 bahasa Pamona pernah diteliti, dan bahasa ini kemudian disebut dengan bahasa Bare'e. dari hasil penelitian tersebut, bahasa Pamona sekelompok dengan bahasa Napu, Besoa, dan Ledoni. Penuturan Bahasa Pamona dipakai oleh sebagian besar suku yang mendiami daerah Poso.
Selain itu dituturkan pula oleh masyarakat Wotu, Mangkutana dan Masamba di Sulawesi Selatan. Masyarakat Wotu, Mangkutana dan Masamba menggunakan Bahasa Pamona karena sejarahnya kala itu kerajaan Pamona pernah kalah perang melawan kerajaan Luwu Palopo. Suku Pamona kemudian banyak diperintahkan ke Luwu, sehingga sebagian ada yang menetap di Wotu, Maungkutana dan Masamba. Bahasa Pamona bisa dikatakan bahasa yang dituturkan terbanyak di Sulawesi Tengah setelah bahasa Kaili.
Bahasa Pamona memiliki berbagai dialek, di antaranya dialek Onda'e di Taripa dan sekitarnya, dialek Puumboto di Pendolo, Mayoa, Wotu, Mangkutana dan Masamba. Lalu ada dialek Pebato di kasiguncu, Tangkura, dan Sulewana. Ada lagi dialek Lage di wilayah Kecamatan Lage, dan dialek Taa serta Ampana di sekitar wilayah Ampana.
Masing-masing dialek bahasa Pamona mempunyai sedikit perbedaan baik dalam intonasi maupun kata-kata tertentu yang tidak dipunyai oleh subsuku yang lain. Bahasa Pamona juga mengenal strata dalam penuturan dengan tingkat kesopanan tertentu. Namun secara umum, masing-masing subsuku dapat mengerti satu sama lain ketika bercakap-cakap.
Struktur Bahasa Pamona cukup unik, setidaknya jika ditinjau dari ragam asal suku kata. Suatu kata asal tersebut dapat mempunyai banyak arti tatkala kata itu sendiri ditambahkan awalan, akhiran, sisipan ataupun imbuhan.
Contoh asal suku kata yang berubah arti setelah ditambah awalan, akhiran atau imbuhan dan membentuk beragam arti contoh: asal kata (dasar) ja'a = jahat;maja'a = rusak, jahat; kaja'a = kejahatan ; ja'andaya = kemarahan; kakaja'ati = sayang (untuk barang yang rusak)ja'anya =kerugiannya, sayangnya; ja'asa = alangkah jahatnya; ja'ati=di rusaki ja'a-ja'a=buruk; contoh lain : monco = benar; kamonconya=sesungguhnya, sebenarnya; monco-monco=sungguh-sungguh; moncoro = bersiaga; moncou= terayun;... dan banyak lagi.
Kemudian beberapa kata dasar yang jika digolongkan menjadi kata-jadian (seperti di atas, sebagian kata jadian tetapi sebagian tidak dapat digolongkan sebagai kata jadian) yang hanya bertokar tempat huruf, lantas membentuk lain arti contoh : soe = ayun; soa = kosong; sue = mencontoh, sia = sobek; sou/sau=turunkan (dari gendongan yang memakai tali/kain) sua=masuk sai= kais (ayam)seo (sobek2 karena lapuk)
Bahasa Pamona yang unik tersebut beberapa frasa suku katanya seperti hanya dipelintir, dan timbullah arti kata yang berbeda. Contoh : mekaju (mencari kayu bakar) mokuja (sedang berbuat apa?) makuja (bertanya mengenai gender bayi yang baru lahir)mokijo (bunyi teriakan riuh sebangsa monyet) mokeju (bersanggama).
Contoh lain: koyo (usung) kuya (jahe) kayu (usungan yang terbuat dari pelepah rumbia)koyu (simpul tali berkali-kali pada suatu rentang tali). contoh lainnya : Lio (wajah) lou (ayun badan kebawah) lau (ada dengan pengertian tempat dimaksud berada di tempat yang lebih rendah) lua (muntah) loe (jinjing) liu (lewat) dan sebagainya.
Dalam hal intonasi, kalimat pertanyaan tidak berbeda susunan kalimatnya dengan kalimat pernyataan. Hanya saja, dalam penulisan kedua kalimat tersebut dilukiskan melalui angka-angka untuk menggambarkan intonasi. Angka 4 adalah extra high Angka 3 adalah high Angka 2 adalah mid Angka 1 adalah low
Kalimat pernyataan dilukiskan dengan angka 2.3.1. Sedangkan kalimat pertanyaan dilukiskan dengan angka 3.2.1.
Karena penutur bahasa Pamona terbanyak di Sulawesi Tengah, maka masyarakat Poso khususnya Pamona sedari kecil harus dibiasakan menggunakan bahasa Pamona. Bahasa Pamona akan semakin berkurang penuturnya bila orang tua tak menurunkan bahasa Pamona kepada anak-anaknya.
Sumber : http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1287/bahasa-pamona-bare-e
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja