Malang terbagi menjadi dua wilayah yaitu kabupaten dan kota madya. Malang terletak di dataran tinggi yang berada di provinsi Jawa Timur. Ia dikelilingi berbagai pegunungan sehingga membuat udara disana sangat sejuk dan cocok dijadikan destinasi wisata turis lokal. Kini banyak investor yang membangun bisnisnya di kota ini, mulai dari tempat wisata hingga kuliner. Inilah yang semakin membuat para wisatawan tertarik berkunjung ke kota ini.

            Bagi orang orang yang baru pertama kali berkunjung di kota apel alias kota Malang. Mungkin mereka akan sangat kebingungan dengan bahasa yang didengarnya. Karena memang bahasa yang digunakan hanya ada di kota Malang dan tentu saja yang memahaminya hanya penduduk asli Malang.

            Bahasa apakah itu? Tak lain adalah “basa walikan” atau bahasa kebalikan. Bukan hanya sekedar membalik sebuah kata, karena tidak semua kata dapat dibalik secara langsung. Terkadang harus diberi imbuhan atau bahkan dimodifikasi. Tentu saja kata kata yang digunakan menggunakan bahasa jawa.

            Berdasarkan hasil wawancara yang saya dapatkan, ternyata bahasa khas malang ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Tujuan diciptakan bahasa ini adalah sebagai alat komunikasi yang digunakan sesama pejuang agar pembicaraan mereka tidak diketahui oleh musuh alias Belanda. Sebagai contoh basa walikan adalah “kera ngalam” jika dibalik menjadi arek malang atau anak malang.

            Dulu bahasa ini dianggap sebagai bahasa alay, arek arek malang sendiri masih belum berani menggunakan bahasa ini selain di kota Malang. Saat ini, basa walikan sudah mulai dikenalkan kepada kaum generasi mudanya. Iklan iklan yang terpasang di billboard sudah menggunakan bahasa ini, kemudian dekorasi taman kota juga telah dipenuhi dengan bahasa ini. Sehingga dekorasi tersebut kini menjadi spot foto favorit para wisatawan. Selayaknya seorang wisatawan yang sedang berlibur, mereka akan membagikan foto tersebut di akun media sosial mereka. Hal itulah yang semakin mempopulerkan bahasa tersebut.

            Tak hanya sebuah spot foto saja, kini banyak masyarakat yang bukan penduduk Malang mulai mempelajari bahasa tersebut. Tak jarang saat ini saya sering menjumpai komentar komentar warganet di media sosial yang menggunakan bahasa tersebut.

#OSKMITB2018