×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Pemaparan

Provinsi

Sumatera Barat

Asal Daerah

Batu Balang,Kabupaten Lima Puluh Kota

BAO KA AIA

Tanggal 09 Aug 2018 oleh OSKM18_16918012_KASIH PRADONDON.

Indonesia adalah suatu negara luas yang sangat kaya,baik dari segi kekayaan alam,manusia dan budayanya. Negara ini terbentang dari Sabang sampai Merauke, dimana dari setiap daerah memiliki budaya,bahasa dan suku yang berbeda-beda. Salah satu suku besar di Indonsia adalah Minang Kabau. Suku ini dianut  oleh penduduk Sumatera Barat. Pada zaman dahulu Sumtera Barat terdiri dari daerah yang disebut dengan  Luhak nan tigo  yaitu Luhak Tanah Data atau Luhak nan Tuo, Luhak Agam atau Luhak nan Tangah, dan Luhak Limopuluah atau Luhak nan Bungsu. Daerah-daerah ini juga mempunyai budaya yang berbeda-beda pula. Salah satuya Luhak Limopuluah, Di daerah ini penduduknya masih menjunjung tinggi adat yang kental, salah satunya menyangkut masalah khitan/sunatan, di Luhak Limopuluah khitan disebut  Bao ka aia atau Sunaik. Bao yang artinya "Bawa" dan Ka aia yang artinya "ke air" Proses khitan di Luhak Limopuluah ini unik dan berbeda dari daerah lainnya, yang mana khitan di daerah ini masih melibatkan ritual yang turun temurun. Biasanya Bao ka aia ini dilangsungkan dalam bentuk syukuran atau orang minang biasa menyebutnya Baralek. Baralek ini bisa dilaksanakan dengan konsep sederhana atau dilaksanakan dengan konsep  mewah, tergantung dana yang dimiliki oleh keluarga anak yang akan di khitan.

Di daerah Batu Balang,Luhak Limopuluah Baralek bao ka aia ini dilangsungkan melalui beberapa proses,yang mana diawali dengan perundingan yang disebut Adok adok antar anggota keluarga pihak ibu dengan para pemuka adat,Adok adok ini biasanya dipimpin oleh Datuak dan Niniak Mamak.Dalam Adok adok tersebut yang akan di bahas adalah masalah tanggal pelaksaan Baralek,tamu undangan,makanan yang akan disajikan,hiburan,utusan yang akan menyebarkan undangan,utusan yang akan menghimbau masyarakat dan keuangan. Setelah Adok adok dilaksanakan,proses selanjutnya adalah membangun tempat yang akan dijadikan untuk proses masak memasak atau proses ini biasa dikenal dengan Managakkan Tungku. Tungku ini biasanya di dirikan oleh anggota keluarga ibu, di hari yang sama utusan yang sudah di tunjuk langsung melaksanakan tugasnya,utusan-utusan ini juga berasal dari keluarga ibu,biasanyanya yang menjadi utusan ini adalah Mamak dan Bundo Kanduang.Untuk menghimbau masyarakat ke rumah masing-masing proses ini bernama Mangatokan Urang. Adapun dalam proses ini utusan yang sudah ditunjuk membawa Carano yang berisikan daun gambir ( gambia ), daun sirih ( siriah ), dan soda. Setelah proses Managakkan tungku dan Mangatoan Urang sekesai,proses selanjutnya adalah Baralek. Sehari sebelum Baralek dilangsugkan semua masyarakat mengadakan gotong royong dan kerja sama untuk masak masakan yang akan disajikan kepada semua tamu undangan dan masyarakat yang dihimbau. Malam sebelum hari H, si anak di jemput oleh keluarga bapak yang biasa di sebut Induak Bako/Bako. Kemudian si anak akan menginap di rumah Bako semalaman. Sampai hari H datang,anak yang akan di khitan akan di arak sekeliling kampung oleh Bakonya dengan menunggangi kuda. Arak arakan ini di iringi dengan musik tradisional Minang Kabau atau disebut Gamaik. Dalam arak arakan tersebut keluarga bako membawa hantaran seperti,kue,nasi ketan kuning,pisang,kado dan hantaran lainnya. Semua hantaran tersebut di bawa menggunakan dulang atau disebut Talam. Talam ini di pikul  di atas kepala oleh Bako. Setelah arak arakan selesai, Datuak dan Niniak mamak dari pihak ayah akan berunding dengan Datuak dan niniak mamak pihak ibu bahwasanya si anak telah diantarkan dengan selamat ke rumah kembali. Setelah perudingan itu selesai, si anak akan dibawa ke sungai atau Batang Aia, di sana anak di biarkan mandi sepuasnya bersama teman-temannya,setelah anak merasa puas,anak akan di pikul diatas pundak oleh keluarga Bako dalam keadaan tidak memakai pakaian sehelaipun,tetapi menggunakan mukenah yang berwarna putih. Setelah sampai di rumah,anak sudah bisa di khitan.Pada malam hari,ditampilkanlah musik tradisional minangkabau seperti Saluang. Saluang ini dapat dinikmati oleh khalayak ramai. Bao ka aia ini biasanya dilangsugkan ketika anak laki laki sudah berumur 8-11 tahun.

Proses khitan di Minangkabau masih kental sampai saat sekarang ini karena masyarakat Minangkkabau sangat menjunjung tinggi adat dan agama sebagaimana dalam semboyannya "ADAT BASANDI SYARA' ,SYARA' BASANDI KITABULLAH". Semua prosesnyapun juga harus terstruktur dan tidak boleh ada yang terlewatkan. Namun di beberapa daerah budaya tersebut sudah mulai memudar karena kebiasaan masyarakat yang sangat terbuka dengan budaya masyarakat luar. Oleh karena itu kita sebagai pemuda harapan bangsa wajib meleatarikan dan menjaga budaya negara kita, karna kita satu Indonesia.

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...