Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Sumatera Utara Sumatera Utara
Asal Mula Nama Simalungun
- 17 Juli 2012
Simalungun adalah nama salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Sumatra Utara. Dulu, sebelum bernama Simalungun, daerah ini dikenal dengan nama Kampung Nagur. Namun karena sebuah peristiwa, daerah tersebut kemudian dinamai Simalungun. Peristiwa apakah yang menyebabkan perubahan nama itu? Simak kisahnya dalam cerita Asal Mula Nama Simalungun berikut ini!

* * *

Dahulu, di wilayah Kampung Nagur, Sumatra Utara, terdapat sebuah kerajaan kecil bernama Kerajaan Tanah Djawo. Kerajaan suku Batak yang bermarga Sinaga ini dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. Dalam menjalankan tugas pemerintahan, sang Raja didampingi oleh sejumlah hulubalang yang tangguh dan setia sehingga kerajaan ini aman dan tenteram.

Sementara itu, di luar wilayah Nagur, terdapat pula dua kerajaan suku Batak yang berlainan marga, yaitu Kerajaan Silou dari marga Purba Tambak dan Kerajaan Raya dari marga Saragih Garingging. Meskipun berlainan marga, kedua kerajaan ini menjalin hubungan persahabatan dengan Kerajaan Nagur. Rakyat mereka pun senantiasa hidup rukun dan makmur. Kemakmuran ketiga kerajaan kecil itu ternyata menarik perhatian kerajaan-kerajaan lain untuk menguasainya.

Suatu hari, tersiar kabar bahwa Kerajaan Majapahit dari tanah Jawa akan datang menyerang Kerajaan Tanah Djawo. Mendengar kabar tersebut, Raja Tanah Djawo segera meminta bantuan kepada Kerajaan Silou dan Kerajaan Raya. Kedua kerajaan itu pun menyatakan kesediaan untuk membantu Kerajaan Tanah Djawo dalam menangkal serangan dari Kerajaan Majapahit.

Bantuan yang diberikan oleh Kerajaan Silou dan Kerajaan Raya ternyata sanggup menangkal bahkan mengusir pasukan Majapahit dari wilayah Nagur. Hal yang sama terjadi ketika Kerajaan Silou mendapat serangan dari Kerajaan Aceh. Kedua kerajaan ini, Kerajaan Tanah Djawo dan Kerajaan Raya, membantu Kerajaan Silou hingga akhirnya selamat dari ancaman bahaya.

Suatu ketika, ribuan tentara yang tidak diketahui asalnya datang menyerang ketiga kerajaan tersebut secara bergantian. Pertama-tama, mereka Kerajaan Tanah Djawo, lalu Kerajaan Silou, dan terakhir Kerajaan Raya. Meskipun sudah saling membantu, ketiga kerajaan tersebut akhirnya takluk juga. Serangan itu membuat masing-masing raja terpaksa menyelamatkan diri. Hal yang sama terjadi pula para rakyat yang lari tunggang-langgang menghindari sergapan musuh. Mereka meninggalkan wilayah itu secara berkelompok. Selama masa pelarian, mereka harus berpindah-pindah tempat untuk menghindari kejaran musuh.

Nasib para pengungsi tersebut sangat menderita. Mereka dilanda kelaparan dan terserang berbagai macam penyakit. Untuk bertahan hidup, setiap kelompok pengungsi mencari tempat tinggal masing-masing yang dirasa aman. Sekelompok pengungsi dari Kampung Nagur kemudian menemukan tanah Sahili Misir yang kini dikenal pulau Samosir, yaitu sebuah pulau yang terletak di tengah-tengah Danau Toba. Di sanalah mereka menetap dan membuka perladangan untuk bercocok tanam.

Setelah sekian lama menetap di pulau itu, hidup mereka pun mulai tertata. Bahkan, mereka telah memiliki anak cucu. Suatu ketika, mereka merasa rindu untuk kembali ke kampung halaman di Kampung Nagur. Mereka akhirnya mengadakan musyawarah.

"Siapa di antara kalian yang ingin kembali ke Kampung Nagur?" tanya seorang sesepuh selaku pemimpin musyawarah.

Mendengar pertanyaan itu, sebagian dari peserta enggan untuk kembali ke kampung halaman mereka.

"Maaf, Bapak-bapak. Kenapa kalian tidak mau ikut bersama kami? Apakah kalian tidak rindu pada kampung halaman?" tanya sesepuh itu kepada mereka.

"Maaf, Tuan Sesepuh. Sebenarnya kami pun sangat rindu pada kampung halaman. Tapi, kami sudah merasa betah dan nyaman tinggal di pulau ini. Tempat ini sudah seperti kampung halaman sendiri. Lagi pula, siapa yang akan menjaga hewan ternak dan ladang-ladang jika semuanya ikut kembali ke kampung halaman?" jawab salah seorang peserta musyawarah.

"Benar Tuan Sesepuh, anak dan cucu kami pun merasa senang tinggal di pulau ini," imbuh seorang peserta musyawarah lainnya.

"Baiklah, kalau begitu. Bagi yang ingin tetap tinggal di sini, ku harap kalian tetap merawat baik-baik tempat ini. Bagi yang ingin pulang ke kampung halaman harap segera mempersiapkan segala sesuatunya," ujar sesepuh itu.

Para warga yang berkeinginan kembali ke kampung halaman segera mengadakan persiapan seperlunya. Mereka akhirnya berangkat menuju Kampung Nagur. Setelah berhari-hari menempuh perjalanan, mereka akhirnya tiba di Kampung Nagur. Saat tiba kampung halaman, beberapa warga terlihat menangis. Mereka teringat pada peristiwa yang menimpa kampung mereka dahulu. Rumah-rumah mereka telah tiada. Hanya tumbuhan semak-belukar dan pepohonan yang terlihat tumbuh dengan subur.

"Sima-sima nalungun," kata mereka.

Sejak itulah Kampung Nagur berubah nama menjadi Sima-sima Nalungun, yang berarti daerah sunyi sepi. Lama-kelamaan, orang-orang menyebutnya Simalungun. Hingga saat ini, kata Simalungun tetap dipakai untuk menyebut nama sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatra Utara.

* * *

Demikian cerita Asal Mula Nama Simalungun dari daerah Simalungun, Provinsi Sumatra Utara. Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah bahwa kerjasama dan saling membantu termasuk sifat terpuji yang patut diteladani. Sifat ini ditunjukkan oleh ketiga kerajaan tersebut di atas. Meskipun berbeda marga, mereka senantiasa saling membantu manakala salah satu di antaranya tertimpa musibah. Selain itu, cerita di atas juga mengajarkan kepada kita tentang cinta terhadap kampung halaman. Kita tidak boleh melupakan siapa diri kita dan darimana kita berasal.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline