|
|
|
|
Asal Usul Ngata Toro Tanggal 24 Dec 2018 oleh Aze . |
Ngata Toro, sebuah perkampungan yang bersinggungan langsung dengan kawasan Taman Nasional Lore Lindu di Sulawesi Tengah. Ngata artinya desa, sedang Toro adalah nama desanya. Masyarakat Toro lebih senang memakai istilah Ngata ketimbang desa. Serupa dengan Nagari bagi masyarakat Minangkabau, di Sumatera Barat.
Ngata Toro, masuk dalam administrasi Kecamatan Kulawi di Kabupaten Sigi. Berjarak sekitar 3 jam dari Palu, ibu kota provinsi Sulawesi Tengah. Topografi Ngata Toro berbentuk lembah dan dikelilingi hutan. Sebagian rumah penduduk halamannya ditanami padi organik.
Asal usul Ngata Toro penuh dengan cerita mistik. Mereka sebelumnya berasal dari Malino, sebuah wilayah yang terletak di bagian timur, berbatasan dengan Ngata Katu, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso. Wilayah ini juga sekarang masuk dalam administrasi Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu.
Kejadiannya sekitar satu setengah abad yang lalu. Ketika itu terjadi perang suku. Konon, peristiwa itu dipicu oleh perampasan gasing emas. Ceritanya, anak-anak Malino yang sedang bermain gasing tiba-tiba didatangi oleh seorang anak yang memiliki gasing emas. Dalam permainan itu, anak-anak Malino selalu kalah. Kekalahan itu dilaporkan ke orang tua mereka.
Orang tua ketika itu heran dengan gasing emas yang diceritakan anak-anak mereka. Karena penasaran, esok harinya mereka meminta anak-anak meladeni permainan gasing emas itu, dan para orang tua mengintip dari jauh. Ternyata memang benar anak itu mempunyai gasing emas. Akhirnya, para orang tua muncul mencuri gasing emas dan membunuh sang anak
Kabar pembunuhan sang anak itu cepat menyebar. Dan yang dibunuh itu ternyata anak Bunian, sang mahluk halus. Tidak berapa lama, para Bunian melakukan pembalasan kepada orang-orang Malino. Para Bunian mendatangi kampung dan membunuh siapa saja yang mereka jumpai. Dari pembantaian itu, yang tersisanya tinggal tujuh kepala keluarga Malino dan berhasil melarikan diri.
Kabar pembunuhan sang anak itu cepat menyebar. Dan yang dibunuh itu ternyata anak Bunian, sang mahluk halus. Tidak berapa lama, para Bunian melakukan pembalasan kepada orang-orang Malino. Para Bunian mendatangi kampung dan membunuh siapa saja yang mereka jumpai. Dari pembantaian itu, yang tersisanya tinggal tujuh kepala keluarga Malino dan berhasil melarikan diri.
Selanjutnya, Magau Kulawi memberikan mereka tempat tinggal di lokasi perburuannya. Tempat tinggal ini kemudian dinamakan Toro, yang artinya sisa. Namun ketujuh kepala keluarga yang tersisa ini kemudian memberikan ganti rugi tujuh butir emas burung pipit kepada Magau Kulawi. Sehingga wilayah Toro bukanlah pemberian dari raja Kulawi, tetapi dibeli.
Sekarang Ngata Toro telah berkembang menjadi tujuh dusun. Namun tidak hanya orang-orang Toro saja yang hidup di lembah ini. Masyarakat Ngata Toro membuka diri bagi etnis pendatang lainnya. Etnis yang hidup di Ngata Toro seperti Rampi, Toraja, Minahasa, Behoa, Bali, Kaili, Poso, dan Mori.
sumbe r: http://www.mongabay.co.id/2014/10/06/ngata-toro-desa-adat-yang-berani-beri-denda-kepada-taman-nasional/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |