Peneliti sejarah banyak menemukan kemungkinan asal-usul penamaan Bangka, diantaranya adalah :
Berasal dari legenda dan bahasa sansakerta "VANCA", VANCA=WANGKA=TIMAH
Sejauh ini para pengamat dan peneliti cenderung mempercayai bahwa penamaan Pulau Bangka berasal dari kata Wangka (Vanca), bahasa sansakerta yang berarti timah (timah hitam maupun timah putih -unsur kimia yang berumus kimia Pb ataupun Sn).
Nama Wangka untuk pertamakali muncul bersama dengan nama Swarnabhumi dalam buku sastera India _Milindrapantha, _dan dalam Kitab Suci Budha dalam bahasa Pali (Niddesa) yang ditulis pada abad ke 1 SM; penyebutan ini terulang lagi dalam Mahaniddessa yang ditulis pada abad 3 M.
Teori ini dikuatkan dengan pendapat George Coedes bahwa sejak dini Pulau Bangka sudah dikunjungi pelayar-pelayar India yang datang karena tertarik pada keterdapatan timah, yang disebutnya Vanca. Dan hingga saat ini penghasilan terbesar Pulau Bangka adalah pertambangan timahnya.
Berasal dari kata "BANGKAI" atau "WANGKANG"
Ibnu Khordadbeh, dalam tulisannya (th 844-848) menyebut Pulau Bangka dengan nama Mayit; terbaca dari penggalan kalimat dari tulisan init antara lain: "Jarak antara Jaba dan Mayit pendek". Maksudnya "Pulau Bangka tidak jauh dari Jawa". Dengan demikian sebutan Pulau Mayit digunakan oleh pedagang Arab untuk menyebut Pulau Bangka. Rasanya inilah yang menjadi penyebab mengapa dalam sejarah Dinasti Ming (1368-1643) Pulau Bangka disebut Ma-yi-dong atau Ma-yi-tung yang letaknya di sebelah barat Pulau Gao-lan, yakni Pulau Belitung.
Secara keseluruhan, nampaknya ini mengacu pada legenda yang umum dikenal di masyarakat Bangka, yakni kata Bangka berasal dari bangkai. Tapi sekiranya Bangka memang berasal dari kata bangkai, maka yang kemungkinan yang dimaksud dengan bangkai disini adalah bangkai kapal, yang mengacu pada kata Waka atau Wangkang, jung kapal Tiongkok yang banyak pecah dan tenggelam di sekitar pulau ini. Khususnya di pantai timur Bangka yang masa lampau merupakan hamparan batu karang. Dan inilah yang mengantarkan pulau itu bernama Bangka yang berasal dari kata Wangkang.
Disebut "BAWANG"
Ditilik dari sejarah perkembangan penamaan daerah di wilayah Sumatera Selatan hingga Lampung yang menggunakan kata "bawang", yang bermetamorfosis menjadi "bwang" dan diberi imbuhan akhiran -ka untuk kemudahan pengucapan, yang berlanjut dengan B(wang)-ka = B(w)ang-ka = BANGKA.
Sumber : Museum Timah, Bangka.
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang