Pendapat yang sangat menarik dari Ki Umar Jogja yang menjelaskan latar belakang sejarah lahirnya ilmu Kulhu Sungsang. Agar semakin jelas dan migunani sebagai kawruh, kita tampilkan saja komentar beliau di artikel utama blog. Kepada Ki Umar Jogja, mohon maaf saya telah dahului Anda dengan tanpa ijin langsung menempel di artikel utama di sini. Kita mengucapkan terima kasih atas kesediaan dan kerelaannya memaparkan kepada kita semua. Jadi semakin jelaslah sekarang, blog ini memang bukan milik pribadi tapi milik semua pembaca yang ikut nguri-uri budaya mistik nusantara yang kaya ini. Matur nuwun. (wongalus)
Ajian Kulhu Sungsang merupakan warisan dari Wali Allah yang ketika itu mengalahkan panglima jin dipulau Jawa. Yang keilmuannya diambil dari Ayat 1 Surat Al-Ikhlas, kemudian dilanjutkan dengan doa dalam bahasa Jawa. Jadi Ajian Kulhu Sungsang bisa dikategorikan sebagai hizb, hanya saja formatnya dalam bahasa Jawa.
Alkisah riwayat ilmu Kulhu Sungsang ini lahir ketika jaman wali songo. Saat itu pengaruh hal-hal yang bersifat ghaib sangat kental dikehidupan masyarakat Jawa (kejadiannya tepatnya didaerah Jawa Timur – menurut penelitian saya). Makhluk halus sangat diagung-agungkan, hingga seolah-olah manusia dibawah kendali para JIN. Akhirnya terjadilah berbagai macam bentuk pemujaan yang dilakukan masyarakat kepada makhluk halus, karena begitu takutnya dengan pengaruh ghaib ini.
Kemudian muncullah salah satu tokoh dari Wali Songo. Ada yang meriwayatkan beliau adalah Sunan Ampel, tapi ada juga yang mengkisahkan beliau adalah Sunan Bonang (putra Sunan Ampel). Yang bermaksud menghentikan semua ulah para makhluk halus tersebut. Singkat cerita lalu terjadilah peperangan antara Sunan dengan Panglima JIN yang menguasai tanah Jawa. Dan dimenangkan oleh sang Sunan. Ilmu yg digunakan oleh Sunan adalah berlandaskan ilmu Tauhid (mengesakan Tuhan – Surat Al Ikhlas). Kemudian dibuatlah semacam perjanjian yang intinya adalah bila ada anak turun Sunan yang membaca potongan Qulhu (yang kemudian dikenal sbg macam-macam ajian KULHU) maka para Jin dan kawan-kawannya di tanah Jawa harus segera menghentikan seluruh aktivitasnya mengganggu orang tersebut. Maka sejak saat itulah ilmu Kulhu Sungsang dikenal sebagai ilmu yg efektif untuk mengusir Jin, khususnya di tanah Jawa ini.“Kulhu Sungsang, Rajah Iman, Kudungku malaikat Jibril, Tekenku Nabi Muhammad Rasuulullah Shollallahu ngalaihi wasallam.”
“Kulhu Sungsang” merupakan bacaan niat sebagai penekanan Sugesti diri sebelum membaca keseluruhan ajian Kulhu Sungsang ini. Seperti halnya dalam ajian-ajian lain, misalnya diawali membaca “Sun Amatek Aji…” atau “Niat Ingsun matek ajiku…” dan sejenisnya.
Disini makna dari “kulhu sungsang” adalah ilmu gaib yang mengakibatkan segala bentuk kejahatan magis seperti santet, semakin terhijab (tertutup) dan terjungkir sasarannya dari orang yang hendak dituju. Artinya ilmu Kulhu Sungsang sejatinya bukan untuk mengembalikan santet agar berbalik menghantam kepada orang yang menyantet. Tidak seperti yang telah dipahami masyarakat selama ini. Jika ingin bermaksud mengembalikan santet, maka ada ilmu tersendiri yaitu KULHU BALIK atau lebih dikenal dengan sebutan Aji TanggulBalik.
“Rajah Iman”: Rajah bisa diartikan tulisan-tulisan yang dijadikan sebagai piranti / prasarana / media dalam ilmu-ilmu gaib. Jadi “rajah iman” bermakna: yang dijadikan sebagai piranti gaib dari sang pemilik ilmu Kulhu Sungsang adalah IMAN. Keimanan kepada siapa? Tentunya kepada Gusti Allah SWT. Karena pada hakekatnya “tiada daya dan kekuatan kecuali pada Allah”. Tapi daya dan kekuatan itu telah dijadikan kodrat bagi makhluk-NYA. Dan seperti kita ketahui, makhluk-makhlukNYA (malaikat, jin, manusia, bahkan alam semesta) mewujudkan daya dan kekuatan dari Tuhan itu dalam bentuk yang berbeda-beda.
Daya-daya siapa sajakah yang dihadirkan dalam ilmu Kulhu Sungsang ini? Maka diterangkan dalam rapal mantera berikutnya, dengan bacaan: “kudungku Malaikat Jibril”.“Kudung” atau bahasa lainnya “kerudung” adalah sesuatu yang digunakan untuk menyelimuti bagian badan (biasanya dipakai dikepala). Disini penggunaan kata “kudung” lebih berarti menyelimuti seluruh badan sang pemilik ilmu Kulhu Sungsang. Jadi bukan menyelimuti sebagian badan atau kepala saja, tapi seluruhnya. Hal ini sesuai dengan budaya bahasa mantera di Jawa. Tengoklah seperti dalam Ajian WEWE PUTIH yang berbunyi: “…kudungono mego mendhong cat tan katon…” Ajian Wewe Putih adalah ajian yang membuat badan pemiliknya jadi samar / tidak kelihatan oleh musuh. Kata “kudungono” dalam rapal mantera itu berarti menyelimuti seluruh tubuh. Tidak hanya kepala saja yang tak kelihatan (menghilang) tapi seluruh tubuhnya. Itu artinya penggunaan kata “kudung” dalam mantera Jawa bermakna menyelimuti seluruh tubuh. Kudung dapat berupa kain, daun, plastik atau jenis benda materi lainnya, tapi juga bisa berupa nonmateri, seperti energi gaib, cahaya, sinar atau aura yang menyelimuti tubuh.
Disini daya malaikat Jibril dihadirkan sebagai “kudung” atau kerudung. Berangkat dari kisah Nabi Muhammad SAW suatu ketika pernah terkena sihir dari Labid bin Al-A’sham dari Bani Zuraiq, sekutu Yahudi. Kemudian malaikat Jibril hadir dan membacakan doa mantera (merukyah) untuk melepas ikatan sihir tersebut. Dan akhirnya Nabi pun selamat dari sihir itu. Jadi seolah-olah Nabi senantiasa mendapat pengawalan gaib dari malaikat Jibril dalam dirinya (tentu dengan ijin Allah SWT).
Dengan menyakini sepenuhnya bahwa daya Malaikat Jibril juga akan menyatu menyelimuti (meng-kerudungi) pembaca ajian KULHU ini, maka diri si pembaca atau pemilik ilmu Kulhu Sungsang ini juga akan terlindungi / selamat dari sihir, santet, tenung dsb, sebagaimana Nabi pernah selamat dari sihir dengan bantuan dari malaikat Jibril.Kemudian Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir dihadirkan sebagai daya “teken” (tongkat). “tekenku Nabi Muhammad… dst” Teken (tongkat) biasanya dipakai oleh orang yang lanjut usia / lemah badannya, untuk menopang badannya agar tidak ambruk demi kelangsungan hidupnya. Teken (tongkat) biasanya juga dipakai oleh para jawara, orang sakti sebagai senjata atau pusaka. Teken (tongkat) biasanya juga dipakai oleh para pejabat / raja (tongkat Komando) sebagai penambah aura kewibawaan / meninggikan derajat atau sebagai anugerah kehormatan dari Pangeran / Raja. Teken (tongkat) biasanya juga dipakai oleh orang buta, sebagai penuntun jalan.
Rapal “Tekenku Nabi Muhammad” bukan berarti Diri badan Nabi dijadikan sebagai tongkat (teken), tetapi ajaran yg dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang dijadikan sebagai tongkat penuntun jalan (pedoman hidup) yang dapat meninggikan dejarat orang yang mengimaninya sebagai salah satu anugerah dari Gusti Pangeran (Tuhan Yang Maha Kuasa) sekaligus sebagai senjata melawan musuh (orang jahat/kafir), untuk menopang kelangsungan hidup. Kemudian rapal mantera ditutup dengan shalawat Nabi, sebagai bentuk rahmat (keselamatan).
Maka seseorang yang didalam jiwanya telah mengerti hakikat sejati dari ilmu Kulhu Sungsang ini, maka tiada lagi ketakutan kepada makhluk halus. Ketika dalam perenungan ritual Patigeni, dalam gelapnya ruangan, terpancarlah NUR (cahaya) gaib yg menyelimuti diri, seperti lentera yang cahayanya menyilaukan, hingga membuat silau mata makhluk halus, santet, tenung dst, akhirnya terjungkirlah (sungsang) tidak mengena sasaran.
Sebenarnya Ajian Kulhu Sungsang ini tidak berdiri sendiri, masih harus dilengkapi dengan 3 ajian Kulhu lainnya. Karena merupakan satu benteng yang saling terkait. Dan mempunyai posisi pada lapisan-lapisan tersendiri yang tidak bisa dibolak-balik. Namun penjabaran dari saya cukupkan sekian saja. Monggo para ahli dan pinisepuh berkenan memberikan pencerahannya.
Mohon maaf kepada para sesepuh dan pinisepuh ahli mantera apabila saya salah dalam menjabarkan. Semata-mata merupakan hasil dari kajian pribadi saya selama pengembaraan ngelmu. Nuwun
sumber: http://ilmusakti.com/sejarah-ilmu-kulhu-sungsang.html
#SBJ
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja