Pada zaman dahulu terdapat seorang saudagar kaya berasal dari daratan Cina yang bernama Dampo Awang. Dia merupakan seorang pedagang yang menjual berbagai permata dan barang barang antik serta juga seorang penggiat ajaran Kong Hu Cu. Dia ingin pergi kesuatu tempat untuk mengajarkan ajaran Kong Hu Cu dengan cara mengarungi laut dan samudera menggunakan kapal dagangnya bersama dengan seluruh pasukan yang ia bawa dari daratan Cina. Akhirnya setelah sekian ratus proses perjalanan, tibalah sang saudagar di tanah pulau Jawa bagian Timur.
Dampo Awang sangat senang akan daerah itu karena semua masyarakat disitu menerimanya atas keramahan yang ia berikan pada mereka, sehingga dia bermaksud untuk berlabuh disana dan menetap sambil membagikan ajaran yang dibawanya. Ditengah masa masa penyebaran agamanya, terdengar lah nama Sunan Bonang ditelinga Dampo Awang. Dimana ia mendapat kabar bahwa sang Sunan Bonang ini merupakan pemeluk suatu ajaran lain (Islam) yang juga sedang menyebarkan ajarannya. Hingga pada suatu saat Dampo Awang bertemu dengan Sunan Bonang dipinggir pantai Jawa ketika sedang mengurusi barang dagangannya. Pada saat pertemuan pertama kali itu, Dampo Awang sudah memperlihatkan sikap kurang baik pada Sunan Bonang dengan menyapa secara tidak hormat. Dia menganggap bahwa Sunan Bonang hanyalah orang biasa yang tidak pantas menganggu misinya menyebarkan agama Kong Hu Cu.
Dampo Awang takut jika ajaran yang selama ini dia ajarkan akan hilang dan digantikan dengan ajaran agama islam. Dampo Awang sudah terbiasa dengan orang awam di jawa sehingga dia dapat berbahasa daerah ( Jawa ) dengan baik. Dia merasa bahwa masyarakat di daerah itu hanya boleh menganut ajaran yang ia berikan. Muncullah dalam benak Dampo Awang untuk menyingkirkan keberadaan dari Sunan Bonang dari tanah Jawa. Ia pun kemudian menyusun rencana bersama seluruh pasukannya di kapal dagangnya. Namun nampaknya sebagian besar pasukannya masih tidak mengetahui apa maksud dari Dampo Awang menyerang si Sunan Bonang ini. Tapi Dampo Awang bersikeras bahwa si Sunan Bonang ini harus disingkirkan karena dianggap menyebarkan ajaran sesat.
Rencana demi rencana pun tersusun. Para pasukan siap melanjutkan rencana yang telah dilbuat. Ketika Sunan Bonang mau mendirikan Salat Ashar, Dampo Awang ingin mecelekai Sunan Bonang. Dia menyuruh pengawalnya untuk menaruh racun ke air putih dalam kendi yang berada diatas meja. Setelah selesai shalat Sunan Bonang menuju ke meja makan. Dampo Awang mengira bahwa Sunan Bonang akan meminum air dalam kendi tersebut. Tetapi dugaan Dampo Awang keliru, sebenarnya Sunan Bonang mau mengaji. Gagal lah rencana awal Dampo Awang untuk mencelakai Sunan Bonang.
Hari demi hari telah berlalu, setiap waktu shalat Sunan Bonang mengumandangkan adzan dan shalat, setelah shalat Sunan Bonang mengaji diteras rumahnya. Setiap orang – orang yang lewat di depan rumahnya dan mendengar suara Sunan Bonang saat mengaji dan adzan menjadi kagum akan ayat – ayat alllah. Kemudian banyak penduduk menjadi pemeluk agama islam. Lama – kelamaan pengikut sunan semakin banyak. Mereka beralih menjadi pengikut agama Islam yang dianut oleh Sunan Bonang.
Tidak lama kemudian, Dampo Awang pun mendengar peristiwa tersebut hingga dia sangat murka pada Sunan Bonang karena pengikutnya semakin berkurang diambil olehnya. Lalu Dampo Awang mengirim pasukannya untuk menjemput Sunan Bonang di kediamannya. Mula – mula Sunan Bonang menolak untuk ikut dijemput, namun atas rasa iba pada pada pasukan Dampo Awang maka ikutlah dia menuju kediaman Dampo Awang, dimana jika Sunan Bonang tidak ikut mereka akan dihukum pancung. Akhirnya Sunan Bonang pun ikut dalam perjalanan menuju kediaman Dampo Awang. Saat Sunan Bonang tiba di kediaman Dampo Awang, Dampo Awang menyambutnya dengan ramah. Namun dibelakang dari keramahan dan kebaikannya tersebut Dampo Awang telah merencanakan sesuatu pada Sunan Bonang. Dampo Awang menyuguhi Sunan Bonang dengan buah – buahan segar, makanan enak, minuman lezat, dll. Sunan Bonang tidak menaruh curiga sedikitpun kepada Dampo Awang, padahal Dampo Awang berniat mencelakainya. Saat ditengah perjamuan makan bersama, tiba – tiba Dampo Awang meminta agar Sunan Bonang meninggalkan daerah itu. Tetapi Sunan Bonang menolak permintaan Dampo Awang karena dia sudah berniat untuk mengajarkan agama Islam didaerah yang ia tempati sekarang. Dampo Awang murka dan tidak terima mendengar ucapan Sunan Bonang yang baru saja diucapkannya tadi. Lalu Dampo Awang menyuruh pasukannya untuk menangkan dan membunuh Sunan Bonang, tetapi dengan waktu yang sangat singkat Sunan Bonang dapat mengalahkan para pasukan dari Dampo Awang. Dampo Awang pun terpaksa mundur kembali ke Negaranya setelah dikalahkan dan diusir dari tanah Jawa oleh Sunan Bonang. Ia tidak diapaapakan oleh Sunan Bonang kali ini dan hanya diminta meninggalkan pulau Jawa.
Dampo Awang tidak terima akan kekalahannya. Dia kembali ke negaranya untuk menyusun stategi dan kekuataan baru. Beberapa tahun kemudian, Dampo Awang kembali lagi ke tanah jawa sambil membawa pasukan yang lebih banyak dari sebelumnya. Ia masih berniat untuk menghancurkan Sunan Bonang dan semua pengikutnya serta kembali lagi mengambil hati para warga sehingga ia bisa menyebarkan agamanya lagi. Pada saat sampai di tanah Jawa, dia kaget sekali karena semua penduduk didaerah itu sudah menganut agama Islam ajaran Sunan Bonang. Dampo Awang kemudian bergegas mencari Sunan Bonang di kediamannya. Dampo Awang tidak bisa menahan amarahnya ketika dia sudah bertemu dengan Sunan Bonang sehingga dia langsung menyerang Sunan Bonang lebih dulu tetapi dengan singkat Sunan dengan ilmunya bisa mengalahkan Dampo Awang dan pasukannya. Kemudian setelah dikalahkan dan tidak berdaya, Dampo Awang diikat didalam kapalnya, kemudian Sunan Bonang menendang kapalnya hingga seluruh bagian kapal tersebar dimana-mana. Sebagian dari bagian kapal yang hancur terapun dilaut, dan sebagian ada yg terdampar di pinggir pantai. Dampo Awang menyebutnya “ Kerem ( Tenggelam ) “ sedangkan Sunan Bonang menyebutnya “ Kemambang ( Terapung ) “. Kemudian lama – kelamaan masyarakat mengucapkan Rembang yang berasal dari kata Kerem dan Kemambang. Akhirnya di daerah itu dinamakan Rembang yang sekarang menjadi salah satu Kabupaten yang ada di Jawa Tengah. Jangkarnya sekarang ada di Taman Kartini sedangkan Layar kapal berada dibatu atau biasanya sering disebut “ Watu Layar “ dan kapalnya dikabarkan menjadi Gunung Bugel yang ada di kecamatan Pancur karena bentuknya menyerupai sebuah kapal besar dan diatas Gunung ada sebuah makam konon disana merupakan makam Dampo Awang.
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.