Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah
Asal Mula Ikan Duyung
- 28 Januari 2017 - direvisi ke 4 oleh Bangindsoft pada 24 September 2024
Konon, dahulu kala di daerah Sulawesi Tengah, hidup sepasang suami istri dengan tiga orang anak. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka mencari nafkah dengan mencari ikan di laut. Mereka juga menanam sayuran di ladang. Sebelum ayahnya pergi ke ladang, biasa mereka sarapan pagi bersama.
 
Di suatu pagi, seperti biasa sebelum ayahnya pergi ke ladang, mereka makan bersama. Kebetulan persediaan ikan keluarga tersebut cukup banyak sehingga tidak akan habis dalam satu kali makan. Sang Suami meminta istrinya agar menyisakan ikan untuk makan sepulang ia bekerja nanti.
Menjelang siang, si anak bungsu kelaparan karena seharian bermain. Ibunya kemudian memberikan sepiring nasi dengan lauk ikan. Selesai makan, si bungsu masih merasa lapar dan meminta tambah. Sang Ibu melihat cadangan lauk ikan tinggal sedikit. Ia juga teringat dengan pesan suaminya agar menyisakan lauk ikan untuk makan sepulang kerja. Namun Si Bungsu terus merengek minta tambah makan. Akhirnya Sang Ibu memberikan semua lauk ikan kepada anak bungsunya.
Petang harinya, ayah mereka pulang dengan kondisi perut lapar karena seharian berkerja. Ia meminta istrinya untuk menyediakan makan.
“Istriku, mana ikan yang kamu sisihkan tadi. Aku sangat lapar.” tanya suaminya pada istrinya.
“Aduh maaf, tadi Si Bungsu sudah habiskan. Dia kelaparan habis berlarian kesana kemari.” jawab istrinya.
“Apa? Bukannya sudah aku bilang untuk menyisihkan lauk ikan.” suaminya berteriak marah.
Istrinya menjelaskan bahwa ikan tersebut dimakan oleh anaknya sendiri tapi Sang Suami tetap tidak terima dan terus memarahi istrinya. Karena terus-menerus dimarahi, Sang Istri sangat sedih kemudian menangis. Ia sudah tidak tahan dengan kelakuan suaminya yang sering marah-marah. Ia berpikir untuk pergi saja dari rumah.
Di suatu malam saat semuanya tengah tidur lelap, Sang Istri keluar dari rumah lalu bergegas pergi menuju laut. Keesokan harinya, Sang Suami beserta anak-anaknya mencari-cari Sang istri. Mereka berteriak-teriak memanggil  ibu mereka tapi tidak ada jawaban. Anak-anak kemudian pergi keluar mencari di pinggir pantai sambil terus memanggil-manggil ibunya.
“Anak-anakku, aku disini.” jawab ibunya. Ternyata ibu mereka berada di laut. Mereka sangat senang karena berhasil menemukan ibunya. Ibu mereka kemudian memberikan kepada mereka banyak ikan untuk dibawa pulang ke rumah sebagai lauk makan mereka. Anak-anak kemudian mengajak ibu mereka agar mau pulang ke rumah. Tapi Sang Ibu menolak karena sudah tidak tahan dengan kelakuan suaminya. Akhirnya anak-anak pulang membawa banyak ikan tanpa berhasil membawa ibunya pulang.
Sesampainya di rumah, anak-anak menyampaikan pada ayahnya bahwa mereka menemukan ibu mereka di laut. Mereka juga menyampaikan pada ayahnya bawa mereka membawa banyak ikan pemberian ibunya. Sang ayah menyuruh anak-anak untuk memanggang ikan tersebut untuk lauk makan. Sang ayah nampak sedikitpun tidak perduli dengan Sang Ibu.
“Setelah makan, sisakan ikan-ikan itu untuk lauk makan nanti siang.” kata ayahnya.
Saat siang, sang Ayah pulang dan makan siang bersama anak-anaknya. Anak-anak meminta pada ayahnya untuk menyisakan ikan-ikan tersebut untuk ibunya. Tapi ayahnya menolak dengan alasan ibunya tidak menyisakan ikan buatnya.
“Ayah, sisakan ikan sedikit untuk ibu.” ujar salah satu anak saat makan siang.
“Buat apa menyisakan ikan untuk ibu kalian? Dulu ibu kalian juga tidak menyisakan ikan buat aku.” jawab sang Ayah dengan ketus. Mendengar jawaban tersebut anak-anak menjadi sangat sedih. Ayah mereka sama sekali tidak perduli dengan Ibu.
Keesokan harinya, anak-anak kembali pergi ke laut mencari ibunya. Seharian mereka berjalan-jalan di pinggiran pantai dengan memanggil-manggil ibu mereka tapi tidak berhasil menemuinya. Kemudian terdengar suara memanggil mereka.
“Anak-anak kemarilah aku ibumu.” sebuah suara memanggil mereka.
Anak-anak segera mencari sumber suara. Ketika berhasil menemukannya, mereka sangat terkejut karena sekujur tubuh sang Ibu dipenuhi sisik ikan. Mereka segera pergi menjauh karena merasa itu bukan ibu mereka.
“Tidak, ibu kami tidak bersisik.” kata si bungsu yang paling dekat dengan ibunya.
Melihat kenyataan tersebut, sang Ibu menjadi sangat sedih. Tubuh sang ibu telah berubah menjadi ikan duyung. Sementara anak-anaknya pergi sambil terus mencari dan memanggil-manggil ibunya, sang Ibu segera kembali ke dalam laut. Sang Ibu memutuskan tak akan pernah kembali lagi ke rumahnya.
 

Sumber: caritasato

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline