|
|
|
|
Asal Muasal Rujak Cingur Khas Surabaya Tanggal 06 Aug 2018 oleh OSKM_16718334_Muhammad Satrio_Athiffardi_Prasiddha. |
Asal Muasal Rujak Cingur Khas Surabaya
Rujak cingur, atau yang dikenal juga sebagai rujak uleg, merupakan makanan khas dari daerah Jawa Timur khususnya dari wilayah asalnya, Surabaya. Yang membedakan rujak cingur dari rujak-rujak lain seperti rujak juhi, rujak soto, dan rujak buah adalah rujak cingur biasanya terdiri dari terdiri dari potongan mulut sapi, irisan beberapa jenis buah seperti timun, kerahi (sejenis timun khas Jawa Timur), bengkuang, mangga muda, nanas, kedondong, kemudian ditambah lontong, tahu, tempe, bendoyo, cingur, serta sayuran seperti kecambah/taoge, kangkung, dan kacang panjang. Semua bahan tadi dicampur dengan saus atau bumbu yang terbuat dari olahan petis udang, air matang untuk sedikit mengencerkan, gula merah, cabai, kacang tanah yang digoreng, bawang goreng, garam, dan irisan tipis pisang biji hijau yang masih muda (pisang klutuk).
Rujak cingur ini biasanya disajikan dengan 2 cara yang berbeda, yaitu cara biasa yang menyajikan semua bahan-bahan yang disebutkan di atas, lalu cara "matengan" yang hanya menyajikan bahan-bahan pada rujak cingur yang sudah matang, seperti tahu/tempe goreng, lontong dan sayuran yang telah digodok (direbus). Kesamaan dari kedua penyajian tersebut adalah keduanya disajikan dengan bumbu dan saus yang sama.
Berdasarkan cerita rakyat yang tersebar di daerah Jawa Timur, keberadaan rujak cingur berawal dari zaman dahulu kala di Masiran, bertahtalah Raja Firaun Hanyokrowati. Pada hari ulang tahunnya, beliau memanggil seluruh juru masak istana untuk menyediakan masakan spesial untuk dirinya, namun tidak ada yang cocok di lidah selain masakan dari seorang juru masak bernama Abdul Rozak yang menyajikan Raja Firaun sebuah masakan yang dibungkus dengan daun pisang. Sebagai penghargaan atas masakannya yang berhasil memuaskan lidah sang Raja, Abdul Rozak ditawari sebuah kapal laut yang mewah dan sebidang tanah, serta diangkat menjadi kepala juru masak istana. Namun, Abdul Rozak menolak tawaran tersebut dan hanya menerima hadiah kapal laut tersebut untuk mengembara. Abdul Rozak pun mengembara dan tiba di Tanjung Perak, Surabaya dan menyebarkan resep tersebut. Karena kesulitan mendapatkan cingur (bagian mulut) unta di daerah Surabaya, Abdul Rozak pun menggunakan alternatif berupa cingur sapi yang ternyata rasanya lebih nikmat. Masyarakan di Surabaya pun berdatangan ke Abdul Rozak untuk mencicipi rujak tersebut. Karena warga sulit mengucapkan kata 'rozak', jadi mereka menamakan masakan ini 'rujak cingur'.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |