Indonesia dikenal sebagai negara dengan suku bangsa terbanyak di dunia, menurut sensus BPS tahun 2010 total ada 1.340 suku di Indonesia. Dari banyaknya dan beragamnya suku bangsa di Indonesia, tentu saja masing-masing dari mereka memiliki simbol atau ciri khas yang sangat melekat. Salah satu bentuk simbol atau lambang dari suatu budaya seringkali dituangkan dalam bentuk gaya arsitektur bangunan. Dalam artikel ini akan dibahas tentang Gaya Arsitektur Sunda yang memiliki ciri khas dan filosofi yang sangat 'Go Green'.
Sejak zaman dulu, Orang Sunda dikenal sebagai suku yang berorientasi terhadap alam, segala sesuatu yang diambil, diolah, digunakan semuanya dari alam, dan harus dikembalikan ke alam. Filosofi ini tercermin dari Bentuk/Gaya Arsitektur Sunda yang seluruh bagian bangunannya berasal dari alam. Rumah Adat Sunda umumnya berbentuk rumah panggung dengan umpak(alas) batu, tiang-tiang kayu, dinding bilik bambu, lantai papan, dan atap yang terbagi dua yaitu : suhunan panjang dan suhunan jure yang terbuat dari ijuk.
Umpak/alas dari batu berbentuk balok yang semakin atas semakin meruncing digunakan sebagai pondasi, biasanya batu-batu ini sedikit ditancapkan ke dalam tanah agar bangunan tetap kuat. Batu-batu umpak ini diletakkan disetiap sudut pinggiran rumah serta bagian-bagian lainnya yang membutuhkan penopang seperti bagian tengah atau bagian sekat antara ruangan utama dan kamar tidur. Dengan adanya umpak ini tentu saja rumah yang dibangun memiliki kolong, kolong ini oleh masyarakat sunda digunakan sebagai tempat untuk menyimpan alat-alat seperti cangkul dll, atau sebagai kandang dari hewan peliharaan. Anak-anak Sunda zaman dulu pun tentunya sering menjadikan bagian kolong ini sebagai tempat bermain dan mencari undur-undur.
Setelah umpak/alas diletakkan/ditancapkan pada posisinya, tiang-tiang kayu digunakan sebagai 'tulang' dan dilapisi bilik anyaman bambu sebagai dinding rumah serta papan sebagai lantai. Biasanya rumah-rumah sunda hanya memiliki satu pintu, memiliki makna yaitu ketika kita dilahirkan ke dunia, kita akan kembali lagi ke tempat yang sama. Bagian utama rumah biasanya hanya ruang tengah(utama), kamar tidur, dapur, dan teras luar di bagian depan rumah.
Bagian terakhir adalah atap, diberbagai budaya atap seringkali menjadi ciri khas yang sangat melekat pada budaya tertentu, termasuk budaya sunda. Bentuk atap dari Rumah Adat Sunda adalah atap berbentuk segitiga dengan kemiringan tertentu yang pinggirnya disambung dengan atap miring dengan kemiringan yang lebih landai. Contoh paling terkenal dari atap jenis ini adalah Gedung Aula Barat dan Timur ITB yang sangat khas, perpaduan arsitektur Sunda dan Belanda. Hanya saja atap yang digunakan pada rumah-rumah sunda lebih sederhana dari atap Gedung Aula Barat dan Timur ITB.
Semua desain arsitektur sunda sesuai filosofi kehidupan masyarakat sunda, bahwa kehidupan terbagi dari tiga : buana larang, buana panca tengah, buana nyungcung. Dimana buana panca tengah adalah pusat dari kehidupan, pusat alam semesta. Diartikan sebagai bagian utama bangunan yang terdiri dari ruang utama, kamar tidur, dan dapur. Orang Sunda memosisikan manusia sebagai pertengahan dari alam semesta. Buana larang adalah bagian bawah/bumi, umpak sebagai pondasi bangunan secara prinsip berfungsi memisahkan bangunan dari tanah/bumi. Dan buana nyungcung merepresentasikan langit, berhubungan erat dengan manusia dengan Gustina(Tuhannya). Tiang rumah adalah pemisah secara keseluhuran antara ruangan dalam bangunan dari atap dan tanah, oleh karena itu tiang-tiang bangunan tidak boleh secara langsung bersentuhan dengan tanah, tetapi dengan alas umpak yang terbuat dari batu.
#OSKMITB2018
OSKM ITB 2018
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja