|
|
|
|
Angklung yang Mendunia #DaftarSB19 Tanggal 11 Feb 2019 oleh Anton . |
Angklung sendiri merupakan alat musik khas Jawa Barat yang terbuat dari bambu. Bambu yang digunakan sebagai bahan angklung adalah adalah bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen). Tiap nada yang dihasilkan berasal dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Kata "angklung" berasal dari bahasa sunda, dan terdiri dari dua suku kata, yaitu "angkleung-angkleung" yang berarti diapung-apung dan "klung" yang merupakan suara yang dihasilkan oleh alat musik tersebut. Dengan kata lain angklung berarti suara "klung"yang dihasilkan dengan cara mengangkat atau mengapung-apungkan alat musik itu.
Suara angklung dipercaya akan mengundang perhatian Dewi Sri (Nyi Sri Pohaci). Sang Dewi dipercaya membawa kesuburan terhadap tanaman padi para petani dan akan memberikan kebahagian serta kesejahteraan bagi umat manusia.
Angklung dikenal sebagai alat musik multitonal (bernada ganda). Setiap satu alat musik angklung hanya menghasilkan satu nada. Berbeda ukuran angklung yang digetarkan atau digoyangkan menghasilkan nada yang berbeda pula. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa pemain angklung untuk menghasilkan melodi yang indah untuk didengar. Seorang pemain angklung dapat sekaligus memainkan 2 atau 3 buah alat musik angklung.
Angklung yang selama ini digunakan sebagai alat musik pada dasarnya fungsinya hampir sama dengan alat-alat musik yang lain. Kunci nada pada alat musik angklung tidak ubahnya seperti alat musik piano atau organ yang selama ini kita ketahui. Hanya saja pada alat musik angklung bahan material penghasil suara terbuat dari bahan dasar bambu.
Jika kamu mengira angklung hanya memiliki satu jenis berarti kamu salah, karena angklung memiliki beberapa jenis yang mugkin belum semua orang mengetahuinya. Seriap jenis memiliki nada yang berbeda. Beberapa jenis angklung itu, seperti dilansir dari binasyifa.com adalah:
Angklung Kanekes Angklung kanekes ialah angklung nan dibuat di daerah Kanekes, yaitu seuah daerah di Baduy, Provinsi Banten. Orang-orang yang dapat dan berhak membuat angklung kanekes ini hanyalah orang-orang dari Baduy Dalam, yaitu orang-orang Kajeroan. Angklung ini dimainkan pada saat panen sawah atau juga menanam padi.
Angklung Padaeng Angklung padaeng ini dibuat oleh pencetus angklung itu sendiri, yaitu Daeng Sutigna. Angklung ini menggunakan nada diatonis. Oleh sebab itu, angklung ini dapat menghasilkan nada suara dari berbagai musik internasional dan modern, bukan hanya musik daerah saja. Angklung ini juga bisa dimainkan bergabung dengan ensembel lainnya seperti piano, gitar, drum, dan lain-lain. Angklung padaeng ini dibagi menjadi dua jenis yaitu angklung melodi dan angklung akompanimen. Angklung melodi ialah angklung yang terdiri atas dua tabung dengan disparitas nada satu oktaf. Sedangkan, angklung akompanimen ialah angklung yang dimainkan buat mengiringi lagu-lagu yang harmonis.
Angklung Toel Angklung toel ialah angklung yang dijejerkan secara terbalik dan diberi karet. Angklung ini ditemukan dan diciptakan oleh Yayan Udjo pada tahun 2008. Toel berarti sentuh. Jadi, pemakaian angklung ini hanya cukup disentuh lalu keluarlah nada-nada yang dihasilkan pada angklung ini.
Dan, bagi kalian yang masih awam dengan memegang, menggetarkan dan memainkan alat musik angklung, hal tersebut tidak boleh sembarang loh! Yuk simak cara yang benar di bawah ini:
⢠Posisi angklung adalah tabung yang tinggi berada di sebelah kanan pemain, dan yang kecil berada di sebelah kiri, dengan posisi lurus, tidak miring.
⢠Tangan kiri pemain memegang angklung pada bagian simpul atas angklung dan tangan kanan memegang angklung pada bagian bawah angklung. Posisi tangan kiri dapat menggenggam ke arah bawah maupun ke arah atas. Kedua tangan diharapkan dalam posisi lurus.
⢠Tangan yang bertugas menggetarkan angklung adalah tangan kanan, sedangkan tangan kiri hanya memegang angklung, tidak turut digerakkan. Gerakan tangan kanan adalah arah kanan ke kiri, dan gerakan dilakukan dengan cepat dari pergelangan tangan
⢠Apabila pemain memegang lebih dari satu angklung, maka angklung yang berukuran lebih besar ditempatkan lebih dekat dengan tubuh. Apabila ukurannnya cukup besar, angklung dapat kita masukkan ke dalam lengan pemain. Kalau kecil, angklung tetap dipegang dengan jari, tetapi harus tetap ada jarak antar angklung sehingga tidak saling bersinggungan.
Berikut beberapa cara atau teknik dasar cara bermain angklung:
Getaran panjang Angklung digerakkan panjang sesuai dengan nilai nada yang dimainkan, sehingga nada dimainkan secara sambung menyambung.
Staccato Angklung tidak digetarkan seperti biasanya, tetapi dengan cara dicetok, sehingga menghasilkan bunyi yang pendek. Biasanya cara memegang angklung untuk menghasilkan bunyi seperti ini adalah dengan sedikit memiringkan angklung dan tabung dasar kanan angklung dipukulkan ke tangan kanan.
Tengkep (dipegang dengan jari) Cara ini dimainkan dengan menahan atau menutup tabung kecil sehingga tidak ikut berbunyi. Getaran untuk cara ini tetap panjang dan disambungkan. Cara ini dilakukan jika ingin menghasilkan suara yang lebih halus.
Angklung sekarang ini sudah tidak lagi dipandang sebagai alat musik yang kuno ataupun ketinggalan zaman, melainkan sebagai alat musik tradisional khas Indonesia yang sudah mulai di kenal di dunia internasional. Hal ini terbukti, karena pada bulan november 2010, angklung dikukuhkan menjadi World Intangible Heritage oleh UNESCO, dengan begitu angklung dipatenkan sebagai "real" Indonesia. Dengan diakuinya angklung sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia oleh UNESCO membuat angklung tidak bisa direbut atau dicuri negara lain. Hal ini membuat angklung sebagai Truly Indonesia.
Sekarang ini memang sudah sedikit orang Indonesia yang mau mempelajari kebudayaan negaranya sendiri apalagi setelah musik-musik dari luar negeri masuk dan berkembang di Indonesia. Namun, kesenian angklung sudah mulai berkembang, dimulai dari seorang musisi yang berasal dari Jawa barat bernama Daeng Sutisna yang membuat komposisi beraneka ragam jenis musik dengan mengunakan alat musik angklung. Lalu tidak berhenti di sana, hal tersebut dilanjutkan oleh Saung Angklung Udjo.
Saung Angklung Udjo didirikan pada tahun 1966 oleh Udjo Ngalagena dan istrinya Uum Sumiati, dengan maksud untuk melestarikan dan memelihara seni dan kebudayaan tradisional Sunda. Berlokasi di Jalan Padasuka 118, Bandung Timur Jawa Barat Indonesia. Udjo Ngalagena adalah seorang seniman angklung yang berasal dari Jawa Barat. Lahir pada tanggal 5 Maret 1929. Sepeninggal Udjo Ngalagena pada tanggal 03 Mei 2001, Saung Angklung Udjo tetap diteruskan oleh para putra-putri Udjo Ngalagena sehingga Saung Angklung Udjo tetap ramai dengan pengunjung yang ingin menyaksikan keindahan kesenian tradisional daerah.
Di pusat kebudayaan ini musik angklung berkembang pesat, tidak hanya lagu-lagu tradisional saja yang bisa dibawakan dengan menggunakan angklung, tetapi juga beragam jenis musik lainnya, seperti rock, jazz, pop, country, dan banyak jenis musik lainnya. Dari perkembangan yang pesat ini dan keindahan melodi yang dipadu dengan tarian-tarian indah asli Indonesia ini banyak menarik minat wisatawan asing yang datang untuk melihat pertunjukan angklung di tempat ini. Lagu-lagu nasional dan daerah di Indonesia tetapi juga lagu-lagu dari belahan dunia lain.
Pertunjukan diadakan beberapa kali dalam sehari, pada pagi hari, siang hari, sore hari dan malam hari. Pertunjukan tersebut tidak hanya diisi dengan permainan angklung saja, tetapi juga diisi dengan tarian tradisional dan wayang golek. Para penonton tidak hanya dapat menikmati pertunjukan seni, namun para pengunjung juga bisa membeli produk alat musik bambu tersebut.
Antusiasme wisatawan asing yang datang ke tempat ini sangat membantu berkembangnya kebudayaan angklung di dunia internasional. Saat ini terhitung sudah ratusan kali Saung angklung Udjo mengadakan pementasan di luar negeri seperti di Australia, Belanda, Amerika Serikat , dan banyak negara lainnya. Selain itu, tidak hanya angklung yang dipentaskan di negara-negara tersebut, tetapi berbagai jenis tarian tradisonal juga diikutsertakan bahkan permainan permainan tradisonal dari Indonesia.
Menakjubkan, pementasan tersebut mendapatkan apresiasi dan antusias yang tinggi dari masyarakat di sana. Tidak jarang Saung Angklung Udjo mendapatkan undangan khusus langsung dari kedutaan besar negara-negara sahabat untuk melakukan pementasan di negaranya. Tidak hanya itu, saat ini banyak mahasiswa seni dari Perancis dan Amerika yang sengaja datang ke Indonesia untuk mempelajari budaya Indonesia secara lebih dalam lagi. Bahkan dari acara pertukaran pelajar pun banyak siswa-siswi dari berbagai negara sahabat yang berminat tinggi untuk datang dan belajar langsung kebudayaan Indonesia di Indonesia, tidak hanya angklung, tetapi juga tari-tarian tradisional, kerajinan tangan seperti, tembikar, dan batik, dan masih banyak kebudayaan lainnya.
Saung Angklung Udjo, sebagai salah satu pihak yang berhasil mendorong alat musik tradisional angklung sebagai warisan budaya tak benda (intangible cultural Heritage of Humanity) dari UNESCO pada tahun 2010 silam kembali menggelar acara Angklung Pride.
Angklung Pride tahun keenam ini kemarin digelar mulai 16 November hingga 27 November 2016 di Saung Angklung Udjo, Jalan Padasuka, Kota Bandung, Jawa Barat. Angklung Pride 6 adalah sebuah upaya agar gelar warisan budaya tak benda tidak dicabut kembali oleh UNESCO. Alasan dipilihnya bulan November sebagai bulan penyelenggaraan Angklung Pride adalah untuk memperingati pemberian gelar warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada tanggal 16 November 2010.
Sejak badan budaya PBB UNESCO menetapkan angklung sebagai warisan budaya asli dari Indonesia, angklung perlu dilestarikan dan diimplementasikan. Dengan cara menjaga, memelihara, melestarikan, dan meregenerasikan angklung ke seantero nusantara.
Salah satu bukti lain dari mendunianya alat musik angklung adalah dengan terbentuk sebuah kelompok orkestra angklung di Hamburg Jerman, dengan nama Angklung Hamburg Orchester. Grup tersebut merupakan grup angklung yang terdiri dari mahasiswa maupun murid-murid Indonesia di Hamburg.
Di sana, angklung tidak hanya dimainkan untuk lagu-lagu tradisional seperti Kicir-Kicir atau Manuk Dadali. Kombinasi lagu barat seperti Mission Impossible atau New York New York dengan alat musik angklung menghasilkan perpaduan modern-etnik.
Dilansir dari brilio.net, beginilah kesan warga negara asing saat mempelajari angklung. "Belajar angklung itu susah-susah gampang, saya suka dengan suara musik yang dihasilkan dari angklung. Sangat harmonis," ujar Smith, warga negara Jerman yang sudah mempelajari angklung selama beberapa tahun.
Pada pameran Indonesia Week di Osaka Jepang tahun 2016 lalu, bersamaan dengan acara tersebut diadakan pertunjukan Pesona 1.000 Angklung untuk Osaka pada tanggal 25-28 Agustus 2016. Pertunjukan tersebut diharapkan bisa menjadi ajang promosi wisata Indonesia ke dunia yang lain, sehingga minat wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia akan meningkat pada tahun-tahun berikutnya.
Mewakili salah satu dari sekian banyak kesenian nusantara, musik angklung telah menjadi kebanggaan rakyat Indonesia pada umumnya dan terlebih bagi warga Jawa Barat. Jiwa kebersamaan, persatuan, kekompakan yang terdapat dalam angklung merupakan representasi jiwa luhur bangsa Indonesia.
Dengan sekian banyak keunikan yang dimilikinya, angklung mampu memadukan warna keindahan musik dalam kokohnya jiwa persatuan secara universal di semua kalangan. Suatu kebanggaan bahwa angklung mampu mewarnai persahabatan antar negara.
Dengan dasar itulah Daeng Soetigna memperjuangkan instrumen angklung hingga akhir hayatnya, yang bercita-cita tidak lagi terbatas pada "memasyarakatkan angklung", tetapi juga "menduniakan angklung". Angklung hanyalah salah satu kebudayaan Indonesia yang berhasil mengangkat martabat bangsa di mata internasional, masih banyak kebudayaan lain yang mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
Nahasnya, Indonesia sebagai empunya angklung, belum serius menjaga dan melestarikan alat musik angklung ini. Salah satu contohnya adalah minimnya kepedulian masyarakat kita untuk melestarikan kawasan perkebunan bambu di wilayah Selatan Jawa.
Kini, perkebunan bambu berkualitas tersebut mulai beralih fungsi menjadi kebun pohon keras, seperti jati kebon dan albasiah. Akibatnya, para pengrajin angklung semakin kesulitan untuk mencari bambu berkualitas.
Di tengah minimnya kepedulian masyarakat Indonesia terhadap kekayaan budaya sendiri, yang rentan diklaim negara lain setiap saat, Handiman kini mulai merajut asa yang hampir terputus. Beberapa anak muda tengah membantunya untuk mengumpulkan pengetahuan tentang angklung dalam wadah berjuluk Relawan Bale Angklung Bandung. Bahkan, mereka memimpikan sebuah gedung pertunjukan angklung di Bandung, lengkap dengan sarana edukasi untuk masyarakat.
Usaha untuk menjaga dan melestarikan angklung lainnya dilakukan oleh Dr. Eko Mursito Budi, dosen Teknik Fisika ITB. Bersama mahasiswanya, beliau tengah mengembangkan Angklung Robot (KlungBot) untuk mempromosikan alat musik ini lebih luas lagi. Bahkan, dalam waktu dekat, beliau akan meluncurkan buku yang membedah angklung dari tinjauan sains.
Sokongan ini tentu membuat Handiman bisa tersenyum lega. Di tengah usahanya yang masih panjang ini, semoga beliau mampu merajut pengetahuan angklung untuk generasi muda Indonesia pada masa yang akan datang.
Ada hal-hal yang harus diperhatikan agar angklung tetap terjaga eksistensinya dan tetap berpredikat sebagai warisan budaya dunia. Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Nunung Sobari, angklung tidak boleh diproduksi secara massal. "Pembuatan angklung secara massal itu tidak mengedepankan kemampuan seni. Padahal angklung harus dibuat secara manual dengan kemampuan kreatif," katanya.
Selain itu manfaat angklung di tengah masyarakat harus senantiasa terlihat, angklung harus aktif untuk tampil pada berbagai pertunjukkan seni. Hal tersebut harus diupayakan bersama, baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
Disparbud Jawa Barat akan menggalakkan Gerakan Cinta Angklung (GCA). Gerakan ini berlangsung di salah satu kabupaten selama beberapa hari. Dalam kegiatan tersebut bukan hanya pagelaran yang dilakukan tapi juga ada workshop dan seminar.
Salah satu contoh memperkenalkan budaya daerah lain adalah dengan adanya Angklung Komunitas Anak yang ada di Pontianak Kalimantan Barat. Komunitas ini dibuat agar anak kecil dibina dari kecil untuk mencintai produk dari dalam negerinya sendiri. Karena kebudayaan Indonesia itu tidak hanya milik satu daerah saja, tetapi milik seluruh warga Indonesia, tanpa terkecuali. Hal itu dilakukan agar generasi muda tidak hanya mengenal kebudayaan daerahnya sendiri tetapi juga kebudayaan daerah lain. Sehingga masyarakat bisa lebih menghargai setiap kebudayaan yang ada di Indonesia.
Oleh karena itu begini pendapat Kevin Octavianus, mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) semester 3 dan Jeremy Keane, mahasiswa IKJ semester 5. Menurut mereka, kesenian Indonesia merupakan kesenian yang unik dan memiliki nilai positif tersendiri dibanding dengan kesenian negara lain.
Kesenian di Indonesia sendiri dinilai sudah mulai berkembang dari sisi pekerja seninya, sudah banyak karya-karya kreatif yang dikeluarkan. Permasalahanya kesenian di Indonesia kurang dihargai oleh masyarakat dan pemerintahnya sendiri, contohnya dari segi undang-undang tentang kesenian yang masih kurang diatur terutama mengenai hak cipta. Orang-orang masih suka menjiplak lagu seenaknya.
Pandangan masyarakat mengenai pekerja seni juga masih belum terbuka luas. Contohnya masih ada orang yang mengatakan bahwa "Kamu nggak akan sukses kalau jadi seniman, mau makan apa nanti?"
Terlepas dari semua itu kesenian di Indonesia sangat kaya dan beragam juga kreatif. Bahkan menurut mereka, kesenian Indonesia terutama angklung merupakan salah stu aset seni Indonesia yang kuat, menonjol, dan diakui serta diamati oleh warga negara asing.
Angklung pun sekarang menjadi alat musik khas Indonesia yang paling ikonik dan orang kenal saat ini. Untungnya mereka sebagai salah satu anak muda Indonesia masih sering melihat angklung dalam kehidupan sehari-hari. Karena di kampus IKJ sendiri ada banyak angklung dari berbagai tangga nada dan oktaf.
Mereka sendiri cukup mengerti cara memainkan alat musik tersebut meskipun jarang memainkannya. Sebagai mahasiswa di IKJ, khususnya sebagai mahasiswa kesenian mereka sangat angkrab dengan alat musik dari Jawa Barat tersebut karena alat musik tersebut cukup sering digunakan oleh mahasiswa IKJ untuk ujian ataupun untuk lomba-lomba antar kampus.
Meskipun demikian, mereka sendiri belum pernah melihat jika angklung dikolaborasikan dengan kesenian lain seperti pertujukan band atau teater. Tapi, menurut mereka angklung akan cocok jika dimainkan dengan genre lagu luar seperti pop atau ballad di luar dari lagu-lagu tradisional.
Mereka menganggap angklung pada zaman sekarang kurang diminati bahkan mulai dilupakan oleh kaum muda. "Kaum muda kurang bisa menerima atau mungkin kurang berminat mendengarkan musik khas Indonesia ini. Hanya beberapa penikmat khusus saja yang masih mendengarkan musik angklung saat ini. Mungkin karena kurangnya sosialisasi dan kurang dibudidayakan oleh pemerintah," kata mereka.
Oleh karena itu ke depannya mereka berharap agar pemerintah bisa lebih peduli terhadap kesenian Indonesia, Karena ini aset kita yang bisa dijual dan ditonjolkan keluar negeri. Supaya warga negara asing tahu bahwa Indonesia juga mempunyai musik khasnya sendiri, lalu diharapkan pemerintah dapat memperbanyak sosialisasi lewat media elektronik dan internet supaya memudahkan kaum muda yang belum mengenal kesenian Indonesia dapat lebih peduli terhadap keseniannya sendiri yang mulai meredup.
Dari pertanyaan yang sudah dilakukan di Instagram, lebih dari 70 persen mengerti cara memainkan angklung meskipun mereka beranggapan bahwa angklung sudah mulai dilupakan di zaman sekarang. Walaupun mengerti cara memainkannya, hanya 20 persen orang yang melihat angklung akhir-akhir ini. Sebanyak 75 persen dari mereka beranggapan bahwa angklung akan cocok jika dimainkan dengan genre lain di luar dari lagu-lagu tradisional. Tapi, hanya 42 persen dari mereka yang pernah melihat pertunjukan tersebut secara langsung. Tidak hanya itu, 80 persen dari mereka juga mengatakan bahwa angklung akan sangat cocok jika bisa dikolaborasikan dengan kesenian lain seperti band.
Sumber : https://student.cnnindonesia.com/edukasi/20180221104520-445-277661/angklung-alat-musik-indonesia-yang-sudah-mendunia
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |