Ketika sedang beristirahat, tiba-tiba Sultan Mughayat Syah melihat cahaya hijau dari arah timur. Sang Sultan segera menanyakan kepada penasihatnya mengenai cahaya itu. Sang penasihat pun tidak mengetahui perihal cahaya itu. Maka, diutuslah seorang prajurit kepercayaannya untuk menyelidiki cahaya itu. Ternyata, cahaya itu berasal dari tubuh Putri Hijau di Deli Tua.
Setibanya di perbatasan kerajaan, sang Sultan mengirim utusan untuk meminang sang Putri. Akan tetapi, sang Putri menolak lamaran tersebut. Mengetahui lamarannya ditolak, sang Sultan menjadi marah.
Tak lama kemudian, pecah peperangan. Karena wilayah Deli Tua dikelilingi oleh bambu berduri, prajurit Aceh menembakkan banyak uang di sekitar bambu. Melihat banyak uang, rakyat Deli Tua memotongi dan menebangi rumpun bambu berduri itu untuk mengambil uang. Akibatnya, pertahanan Deli Tua hancur.
Melihat keadaan, penguasa Deli Tua mengira jika mereka akan kalah. Ia pun berpesan kepada Putri Hijau bila sang Putri kelak ditawan, sebaiknya memohon agar dapat dimasukkan ke dalam keranda kaca. Sebelum tiba di Aceh, tubuhnya tidak boleh disentuh oleh Sultan Aceh. Setibanya, ia harus memohon agar rakyat Aceh membawa persembahan masing-masing sebutir telur ayam dan segenggam beras putih. Semua persembahan itu harus dibuang ke laut. Pada saat itu, Putri Hijau harus keluar dari keranda kacanya lalu memanggil nama Mambang Jazid. Setelah itu, sang Penguasa Deli Tua menghilang.
Setelah itu, sang Putri Hijau ditawan. Ia pun meminta syarat seperti yang dipesankan sang Penguasa Deli Tua. Sang Sultan mengabulkan permintaan itu. Di Aceh, kapal sang Sultan berlabuh di Tanjung Jambu Air. Sultan memerintahkan rakyatnya agar mengadakan upacara persembahan kepada Putri Hijau.
Seusai upacara, Putri Hijau keluar dari keranda kacanya. Sesuai pesan, Putri Hijau menyebutkan nama Mambang Jazid. Tiba-tiba, turun angin ribut dan hujan lebat. Halilintar dan gulungan ombak besar menyusul.
Tiba-tiba, muncul seekor naga raksasa dari dalam ombak dan langsung menuju kapal Sultan Aceh. Dihantamnya kapal itu hingga terbelah dua. Dalam keadaan itu, Putri Hijau kembali ke keranda kacanya sehingga ia dapat terapung di atas laut.
Sang Naga segera menghampiri keranda itu lalu dibawa ke Selat Malaka. Gerakan itu amat cepat, sehingga Sultan Aceh tidak dapat berbuat apa-apa. Ia pun menyadari kesalahannya. Ia tidak bisa memaksa orang lain jika orang itu memang tidak mau.
Pesan moral dari Dongeng cerita Aceh jaman dulu : Legenda Putri Hijau adalah jangan memaksakan kehendak kita kepada orang lain.
Referensi:
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja