Tersebutlah ada orang bernama Pak Sabar dan Bu Sabar. Keadaan mereka sangat miskin. Pada suatu hari berembuklah ia dengan isterinya untuk meminjam uang buat makan kepada sauda ranya yang bernama Bu Mellas.
Pak Sabar berkata : ”Coba dik, pinjam uang kepada Bu Mellas, untuk menyambung hidup kita. Keadaannya cukup!” Bu Sabar berangkat. Setelah sampai di rumah
Bu Mellas ia pun berkata : ”Ada apa Bar, kau datang ke sini?”
Bu Sabar menja wab : ”Dik, saya telah beberapa hari tidak makan, saya ingin pinjam uang seratus atau dua ratus saja!”
Bu Mellas memberikan nya : ”Inilah, seratus saja!”
Bu Sabar terus pulang. Di tengah jalan ia bertemu dengan orang membawa anjing diseret-seret. Orang itu ditegur oleh Bu Sabar, katanya : ”Ah, akan kau bawa ke mana anjing itu, mengapa kau Seret?”
”Ya, anjing ini akan saya buang karena tak dapat menjaga rumah. Ia hanya makan saja.” ”Aduh kasihan kak, akan saya beli saja.” ”Akan kau beli berapa?” ”Akan saya beli seratus rupiah.” ”Ya sudah bawalah!”
Bu Sabar terus pulang. Setelah sampai di rumahnya Pak Sabar bertanya : ”Kau datang dik, mana uangnya, mengapa kau bawa anjing ini?”
”Ya kak, saya kasihan pada anjing ini, ia diseret, karena itu saya beli.”
Keduanya tertekun sabar walaupun selalu kekurangan. Kemudian anjing itu diletakkan di bawah langgarnya, tidak makan tidak minum, hanya menggonggong saja.
Pak Sabar menyuruh isterinya untuk meminjam lagi uang kepada Bu Mellas. Bu Sabar berangkat dan diberi pinjaman lagi seratus rupiah.
Di tengah jalan ia bertemu dengan orang yang sedang menyeret kucing. Bu Sabar bertanya : ”Akan kau apakan kucing itu?” ”Kucing ini akan . saya buang, karena sering mencuri ikan!” ”Sudahlah, jangan kau buang, akan kubeli seratus rupiah saja!” Kucing tadi lalu diserahkan kepada Bu Sabar. Bu Sabar membawa pulang kucing itu.
Pak Sabar menanyakan lagi tentang uang yang dipinjamnya dari Bu Mellas. Bu Sabar menjawab bahwa uangnya sudah dibelikan kucing. Keduanya tertekun sabar.
Pada suatu malam Bu Sabar membangunkan Pak Sabar supa ya mengantarkannya ke tempat kencing tidak jauh dari langgar nya. Sebelum keluar dari serambinya ia melihat sebuah benda bersinar bulat. Bu Sabar berkata kepada Pak Sabar : ”Bar, apa itu ?” Benda itu diambil oleh Bu Sabar. Pak Sabar menjawab : ”Oh, ini mungkin yang disebut benda ajaibnya kucing (Gumalana Kucing)”. ”Oh, ya mungkin”. ”Marilah kita coba, bagaimana keajaibannya ?” Sesudah itu dicoba menyusunnya dengan keme nyan. Apakah yang terjadi ? Setelah Pak Sabar minta uang dan emas maka keluarlah uang dan emas yang sangat banyak. Kedua nya merasa senang dan riang.
Beberapa lama kemudian Bu Sabar ingin benda semacam itu lagi, supaya Pak Sabar memakainya juga. Timbullah niatnya untuk menyuruh membuat benda itu pada tukang emas Akhmad. Terjadi lah musyawarah di antara mereka. Akhirnya benda tadi dibuat contohnya untuk disuruh buat pada tukang emas.
Bu Sabar berangkatlah ke tukang emas Akhmad. Di sana timbul pembicaraan tentang ongkos dan waktu selesainya. Akhmad dapat membuat benda yang serupa apabila dibayar lima puluh ribu ru piah dan selesai dalam satu minggu. Bu Sabar pulang. Kira-kira satu minggu kemudian Bu Sabar pergi mengambil benda tersebut. Hatinya merasa senang karena cita-citanya terkabul. Di rumahnya ia memberitahukan kepada Pak Sabar, katanya : ”Bar, ini benda nya, sekarang kita sudah sama-sama mempunyainya” Apakah yang terjadi ? Setelah benda itu mereka coba diuji keajaibannya, disuruh mengeluarkan uang emas. Tetapi ternyata tetap tak keluar apa-apa. Kedua-duanya merasa bingung dan susah karena benda yang asli ditukar oleh Akhmad, yang disimpan dan yang tiruan diserahkan kepada Bu Sabar.
Dalam keadaan bingung ini kucing mengintai dibalik pintu, kejadian yang menimpa majikannya diperhatikannya. Kemudian ia datang pada anjing, seraya berkata : ”Hai anjing, apakah kau tidak tahu bahwa majikanku dalam keadaan susah?” Anjing menjawab : ”Tidak Cing !’ ”Benda ajaibku diambil Akhmad, saya ingin me nolongnya karena itu kau harus membantu !” Anjing diajak ke rumah Akhmad. Anjing disuruh menunggu di halaman dan kucing masuk ke kolong toko Akhmad. Tiba-tiba ada seekor tikus melom pat dekat kucing. Kucing segera menangkap tikus itu, katanya : ”Mati kau tikus, mati sekarang !” ”Ah, apa cing ?” ”Sudah ja ngan bicara lagi, pokoknya mati kau sekarang.” ”Maaf kawan, jangan kaubunuh aku, aku akan membantumu jika kau mau.” ”Ya, kau akan kumaafkan asal kau dapat melubangi peti Akhmad itu ; karena di dalamnya berisi benda milikku, ajaklah kawanmu, nanti aku akan masuk !” Tikus menjawab :”Ya !” Tikus terus masuk mengajak kawan-kawannya melubangi peti tersebut.
Setelah berlubang tikus memberitahukan hal itu kepada kucing. Kucing lalu datang pada anjing, katanya : ”Kau sekarang meng gonggong supaya Akhmad keluar dan aku bisa masuk ke dalam peti itu !” Anjing dengan suara keras lalu menggonggong, sehingga Akhmad bangun dan keluar mengambil tongkat mengusir anjing tadi. Kucing masuk mengambil benda ajaibnya lalu dibawa pulang.
Di tengah jalan anjing menjemput kucing, katanya : ”Bagai mana cing, sudah dapat kauambil ?” Kucing menjawab : ”Sudah , mari kita pulang !” Setelah sampai di seberang sungai anjing tidak mau berjalan. Ia berkata pada kucing : ”Kucing, tentu kamu saja yang dipuji nanti, sedang saya tidak, justru itu saya minta agar benda itu kauserahkan !” ”Jangan, nanti jatuh. Kalau kau menye berang mulutmu menganga, kalau jatuh ke dalam sungai bagaimana?”
”Tidak, tidak saya jatuhkan !” Kucing memberikan benda itu. Ketika mereka menyeberang sungai, benda tadi dijatuhkan ke sungai oleh anjing. Kucing marah : ”Anjing, kau kurang ajar, cela ka kau ini !” Anjing terus naik dan lari kencang, malu dan takut pada kucing. Kucing mencari akal. Akhirnya ia diam di bawah daun-daunan. Tiba-tiba seekor belekok sedang mencari ikan. Ku cing menangkap belekok. Katanya : ”Mati kau, jangan mengharap kau hidup lagi sekarang !”
Belekok merintih kesakitan : ”Maaf, maaf kucing. Janganlah kau bunuh aku, segala permintaanmu akan kupenuhi !” ”Ya, kau bisa hidup asal benda bulat dalam air itu kau ambilkan!” Dengan rasa gembira belekok menyelam ke dalam air mengambil benda itu. Setelah diperolehnya, terus diserahkan kepada kucing. Kucing mengucapkan terima kasih : ”Ya, atas bantuanmu sa ya ucapkan terima kasih. Kau boleh bebas sekarang !” Kucing terus pulang menyerahkan benda tersebut kepada majikan nya, yaitu Pak Sabar dan Bu Sabar. Mereka sangat gembira sekali. Pada waktu itu mereka sedang duduk di serambi. Setiap harinya kucing selalu dipuji dan disanjung-sanjung, sedang anjing tidak kembali lagi ke rumah majikannya.
Sumber: https://play.google.com/books/reader?id=gJkACwAAQBAJ&pg=GBS.PA56
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja