Pakaian Tradisional
Pakaian Tradisional
Pakaian Tradisional Jawa Timur Banyuwangi
Pakaian Adat Pengantin Using Banyuwangi
- 8 April 2013 - direvisi ke 4 oleh Rossi_ullyl_azmi pada 8 April 2013


Berbicara tentang pakaian adat pengantin Osing Banyuwangi, cukup menarik. Apabila kenyataan tertumpu pada kenyataan yang sekarang. Tidak jauh berbeda dengan masyarakat lain, kendatipun sebagian besar masyarakat Osing berdomisili di daerah pedesaan, tetapi karena letak desa - desa yang banyak dihuni masyarakat Osing di daerah banyuwangi ini tidak terlalu jauh dari kota Banyuwangi, maka pengaruh modernisasi, utamanya yang berhubungan dengan adat perkimpoian dan pakaian pengantinnya telah masuk pula ke pedesaan. Gejala yang terlihat adalah adanya kecenderungan pengantin gaya Solo atau Yogyakarta. Keinginan ini tidak terlalu sulit diwujudkan karena banyak juru paes pengantin yang siap dengan pakaian tersebut.

Bila diperhatikan dengan seksama, bagian - bagian dari pakaian pengantin tradisional masyarakat Osing Banyuwangi menunjukkan adanya campuran antara pakaian pengantin Jawa, pakaian tradisional Madura, Bali dan luarJawa. Pengantin pria memakai kuluk seperti kuluk yang dipakai pengantin Jawa. Pengantin laki - laki atau perempuan dilengkapi dilengkapi dengan asesoris berupa gelang atau binggel seperti yang digunakan oleh para wanita dari masyarakat Madura. Asesoris untuk hiasan kepala pengantin wanita bentuknya mirip dengan pakaian penari Bali. Baik pengantin pria ataupun wanita mengenakan kain sarung pelekat yang dibuat dari bahan sutera baik berasal dari Bugis Makasar maupun dari Samarinda. Jelas bahwa pakaian asli pengantin tradisional Masyarakat Osing Banyuwangi sebagai hasil dari peminjaman kebudayaan.

Sisi lain yang tidak kurang menariknya adalah terjadinya kesepakatan sebagai upaya melakukan perubahan dari busana pengantin tradisional tersebut. Karena sesuatu sebab, beberapa orang yang merasa punya tanggung jawab terhadap masalah kebudayaan, khususnya kebudayaan Banyuwangi, telah berhasil menciptakan pakaian pengantin tradisional masyarakat Osing Banyuwnagi. Cara yang dilakukan adalah memodifikasi pakaian pengantin yang pernah ada di lingkungan dengan menghilangkan bagian - bagian yang dirasakan sudah ketinggalan jaman, misalnya meninggalkan kebiasaan memakai kaca mata hitam baik untuk pengantin pria maupun pengantin wanita.

Gagasan memodifikasi pakaian pengantin tradisional masyarakat Osing Banyuwangi merupakan penemuan baru dan sebagai penambah pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan maksud mengangkat martabat masyarakat Osing Banyuwangi sekaligus sebagai upaya lebih memasyrakatkan salah satu hasil budaya masyrakat Banyuwangi, yaitu berupa batik tulis dengan motifnya yang khas disebut motif gajah holing. Pakaian pengantin tradisional masyarakat Osing Bnayuwangi ini cukup baik bila dilihat dari segi motivasinya, terutama bagi masyarakat Bayuwangi pada umumnya. Tetapi dari sisi lain, sebenarnya merugikan, karena secara tidak sengaja telah menghilangkan sesuatu yang cukup unik sebagai ciri khas dari masyarakat Osing itu sendiri yaitu suatu masyarakat yang memiliki budaya campuran, akan kabur karena salah satu bukti yang dapat dilihat dengan jelas di antaranya adlah mengamati pakaian pengantin tersebut.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline