|
|
|
|
Paca Goya - Kalaodi - Maluku Utara Tanggal 16 Mar 2018 oleh Oase . |
Masyarakat Kampung Kalaodi, Kota Tidore, Maluku Utara, memiliki ritual ucap syukur nikmat alam dari Sang Kuasa usai panen. Tradisi ini disebut Paca Goya atau pesta pasca panen, mirip dengan Hari Raya Nyepi di Bali, semacam istirahat dari beragam aktivitas. Selama tiga hari masyarakat berhenti beraktivitas baik ke kebun atau pekerjaan lain. Mereka juga membersihkan tempat-tempat yang dianggap keramat seperti bukit dan gunung.
Paca Goya jika ditarik ke pemahaman kekinian serupa upacara menjaga alam. Tradisi ini, diyakini memiliki kekuatan mistik berhubungan dengan alam, ritual masyarakat yang melalui para pemangku adat.
Paca dalam bahasa Tidore bermakna ‘menyapu atau membersihkan’. Goya dari kata Goi berarti ‘sesekali berkunjunglah ke sana’. Atau bermakna tempat keramat dan sekali-kali harus dikunjungi. Upacara ini dipimpin sowohi atau pimpinan adat.
Di Kalaodi, ada pemerintahan di bawah negara, ada pemangku adat yang dipimpin seorang sowohi. Sowohi menjadi tokoh paling berpengaruh karena mengendalikan aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan dan prosesi adat. Tokoh Sowohi sangat dihargai masyarakat. Sowohi berperan penting terutama dalam penyelenggaraan ritual adat.
Paca Goya dilakukan berdasarkan niatan warga setempat. Dilakukan sehabis musim panen besar cengkih atau pala. Awalnya, ketika masyarakat masih menanam padi ladang, pesta adat usai panen padi. Setelah tak ada lagi tanam padi, Paca Goya jika ada niatan masyarakat usai memanen cengkih dan pala, pelaksanaan tergantung niat masyarakat.
Dalam Paca Goya, ada acara disebut legu dou atau syukuran antar lembah. Dalam upacara ini, ada permintaan yang disampaikan pada penjaga alam. Melalui Paca Goya, warga yang akan membuka lahan menyampaikan permohonan izin pada penjaga lembah. Yang dilakukan bukan percaya tetapi upaya memuliakan penjaga alam.
Tradisi Paca Goya memiliki makna penting bagi masyarakat Kalaodi yaitu mempertemukan warga yang telah berpencar ke berbagai tempat. Biasanya, mereka hadir kala ada kesempatan, terutama mereka yang merantau ke Ternate, Halmahera hingga Papua. Setiap orang Kalaodi yang merantau pasti diberitahu keluarga jika akan upacara adat. Mereka datang jika punya waktu.
Dalam menjaga alam, warga memiliki tradisi tak merusak dan tak mengambil berlebihan. Bagi mereka tabu merusak atau menebang pohon sembarangan. Bagi pelanggar akan kena bobeto. Bobeto ini sumpah adat yang sudah berjalan turun menurun. Sumpah diucapkan bobato adat atau pemimpin adat (sowohi). Bobeto semacam fatwa atau perjanjian oleh lembaga adat di Kalaodi. Warga menaati, sebagai hukum yang tak melanggar. Bunyi bobeto dalam bahasa Tidore, yakni “nage dahe so jira alam, ge domaha alam yang golaha so jira se ngon.” yang artinya ‘siapa merusak alam, nanti dirusak alam’.
Bobeto dipegang kuat masyarakat Kalaodi. Dalam tradisi setempat, ada kepercayaan tak bisa menebang atau merusak pohon-pohon tertentu karena diyakini bisa kena dampak buruk seperti sakit. Ada juga lembah dan bukit tak bisa dirusak karena diyakini ada penjaga. Para tokoh adat mempertahankannya semata-mata menginginkan alam terawat dan terjaga.
Sumber:
http://www.greeners.co/berita/flora-dan-fauna-indonesia-merdekakah-perubahan-iklim-dan-deforestasi/3/
http://www.mongabay.co.id/2016/10/09/begini-tradisi-masyarakat-kalaodi-menjaga-alam/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |