Di desa Buttu –Batu, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang provinsi Sulawesi Selatan terdapat sebuah goa yang terletak di gunung Buttu Teang. Gowa tersebut menyimpan kisah kelam percintaan sepasang muda mudi yang bernama Ronggan dan Manggan. Kisahnya di ceritakan turun temurun dari generasi ke generasi. Yang tersisa di goa tersebut hanyalah keranda berisi tulang belulang mayat mereka.
Alkisah, ratusan tahun lalu hiduplah seorang gadis cantik bernama Ronggan. Sebagai gadis desa yang ayu dan belum juga menginjak usia baligh, Ronggan tinggal di rumahnya bersama kedua orang tuanya. Ia hanya sesekali keluar rumah jika ada hal penting dan mendesak yang harus ia kerjalan.
Seperti biasa, Ronggan menenun kain diatas rumahnya ketika kayu yang ia gunakan untuk meluruskan benang terjatuh dari rumah panggungnya. Sontak ia turun dari rumah dan mengambil kayu tersebut. Saat itulah Ronggan dilihat oleh pemuda sebelah rumah bernama Manggan yang terpesona oleh kecantikannya.
Mengetahui tinggal seorang gadis rupawan tidak jauh dari rumahnya, Manggan sering datang dan ‘nangkring’ di sekitar rumah Ronggan. Menggoda anak gadis yang cantik rupawan itu. Bak gayung tersambut, Ronggan juga tertarik pada Manggan, namun Ia hanya bisa tersipu malu setiap kali digoda oleh anak muda itu.
Suatu ketika, Manggan bertingkah usil dan menaruh buah berwarna merah di tempat duduk Ronggan. Buah tersebut dikenal dengan nama ‘salipe’ oleh masyarakat kampung. Bentuknya sebesar biji jagung dan mengeluarkan cairan berwarna merah. Tanpa sadar, Ronggan duduk diatas salipe yang membuat bekas merah di pakaiannya. Sambil bergurau Manggan menggoda Ronggan “kamu sudah haid ya, itu ada bekas darah di pakaianmu. Berarti kamu sudah bisa dinikahkan”. Menyadari ada noda darah di pakaiannya, wajah Ronggan memerah. Ia sangat malu dan lari masuk ke rumahnya. Tak bisa menahan rasa malu, Ronggan mengambil pisau dan tanpa ragu bunuh diri.
Kejadian tersebut sangat disesali oleh Manggan. Ia sama sekali tak bermaksud menyakiti Ronggan. Kelakuan usilnya ternyata membawa gadis yang dicintainya mati bunuh diri. Dengan perasaan menyesal, Manggan mendatangi keranda Ronggan yang diletakkan di goa dekat gunung. Ia masuk kedalam keranda dan ikut mengakhiri hidup di samping mayat gadis yang dicintainya.
Sekarang, goa tempat mayat mereka beserta kerandanya dikenal dengan nama “lo’ko na Rongggan Manggan” yang tersisa sekarang hanyalah tulang belulang beserta keranda mereka yang menjadi saksi bisu kebenaran kisah cinta Ronggan dan Manggan yang tidak berakhir bahagia.
(seperti yang dituturkan oleh Ibu)
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.