Salah satu seni tari yang cukup populer dari Indonesia timur adalah Tari Yospan. Pada materi kesenian kali ini, kita akan mengenal tentang Tari Yospan khas Papua yang unik dan menarik. Tari Yospan adalah salah satu tari tradisional Papua yang merupakan perpaduan dari Tari Yosim dan Tari Pancar yang sama-sama tari tradisional dari Papua. Tari Yosim merupakan tari gembira yang berasal dari daerah Sarmi dan Biak. Sedangkan Tari Pancar adalah tarian yang berasal dari daerah Biak, yang mengungkapkan rasa gembira. Penggabungan dua tarian ini membuat Tari Yospan jadi tarian yang sangat populer.
Seperti Apa Tari Yospan? Tari Yospan merupakan tarian tradisional yang terkenal khususnya di kalangan pemuda Papua. Tarian ini merupakan tarian pergaulan yang sering dilakukan para muda-mudi Papua. Seperti yang sudah disebutkan, tarian Yospan merupakan perpaduan dua tari tradisional. Karena merupakan gabungan dari dua tarian, gerakan dari Tari Yospan tergolong akrobatik yang diambil dari Tari Pancar. Jadi, tidak mengherankan kalau tarian ini sangat populer bagi para pemuda Papua yang masih lincah. Selain itu, tarian ini juga dilakukan dengan pola lantai yang terus mengalami perkembangan. Umumnya pola lantai dari tarian ini dimulai dari dua barisan yang kemudian akan berkembang menjadi formasi diagonal, melingkar, formasi silang, tukar tempat, dan lainnya. Perubahan posisi ini pun bisa berbeda-beda dengan berbagai kreasi dari para penari.
Gerakan Tari Yospan Dikutip dari Kompas.com, Ada beberapa ragam gerak dari Tari Yospan yang akan dilakukan para penari. Pertama adalah gerak seka yang dilakukan dengan penari berjalan ke depan. Saat berjalan, para penari akan menunduk sambil menghentakkan kaki. Lalu gerakan kedua adalah gerak pacul tiga yang dilakukan dengan melenggangkan maju tiga langkah dan berhenti dengan membuang kaki ke samping dan depan. Gerakan ketiga adalah gerak gale-gali yang dilakukan penari dengan melenggang maju empat langkah dengan berakhir gerak kaki diseret di atas tanah. Gerakan keempat adalah gerakan jef penari dengan mengangkat kaki kanan bergantian dengan kaki kiri. Gerakan kaki ini dilakukan dengan hitungan empat kali lalu kembali mulai dari awal lagi. Kelima merupakan gerakan pancar dengan maju ke depan tiga langkah, di langkah ketiga dilakukan dengan meloncat dan mendaratkan kedua kaki. Di antara semua gerakan itu, akan ada gerakan sela yang disebut sebagai gerakan yosim dengan mengikuti perubahan gerak satu dengan yang lain.
Iringan dan dan Properti Tari Yospan Tari Yospan jadi tari yang menarik bukan hanya karena gerakannya tapi juga iringan dan properti yang digunakan. Tarian ini akan dilakukan dengan iringan gitar enam senar, ukulele, stem bas, dan tifa. Alat musik itu dimainkan dengan membawakan lagu populer yang berbahasa Papua. Jadi, lagu yang dimainkan sebagai pengiring bisa berbeda-beda. Sedangkan properti yang digunakan adalah kostum yang dilengkapi dengan hiasan kepala, gelang, kalung, hingga wajah dan badan yang dilukis. Lukisan pada wajah dan badan biasanya akan sesuai dengan budaya setempat. Dari penjelasan ini teman-teman jadi mengenal Tari Yospan yang merupakan tarian populer dari Papua yang penuh semangat dan kegembiraan.
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.