Ondel-Ondel merupakan salah satu kesenian khas Betawi yang memiliki filosofi sebagai lambang kekuatan yang memiliki kemampuan memelihara keamanan dan ketertiban, tegar, berani, tegas, jujur dan anti manipulasi. Namun, sebelum dikenal sebagai kesenian khas Betawi, Ondel-Ondel adalah penolak bala atau kesialan. Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Tampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.
Layaknya manusia, Ondel-Ondel juga memiliki jenis kelamin. Biasanya, wajah Ondel-ondel laki-laki berwarna merah dengan alis hitam tebal. Tidak hanya itu, matanya pun dibuat melotot, ditambah dengan kumis dan senyuman yang menyeringai akan tetapi terlihat ramah. Wajah tersebut dibuat dengan maksud menimbulkan kesan semangat dan keberanian. Ada pula yang menganggapnya sebagai simbol kekuatan jahat dan sangar.
Sedangkan wajah Ondel-Ondel perempuan berwarna putih, bermata hitam sayu, alis hitam melengkung, bulu mata lentik, bibir merah, telinga bergiwang atau beranting anting dan jidatnya bermahkota. Ondel-Ondel perempuan juga memiliki mata yang besar, namun tidak melotot. Mulutnya pun tersenyum manis dengan riasan gincu. Itu dianggap sebagai simbol kekuatan baik dan kesucian.
Selain dari wajah, Ondel-Ondel juga bisa dibedakan dari pakaiannya. Ondel-Ondel laki-laki biasanya akan menggunakan baju adat berwarna gelap, sedangkan Ondel-Ondel perempuan menggunakan warna cerah polos atau dengan motif kembang-kembang.
Menurut UU No. 5 tahun 2017 pasal 5 tentang pemajuan kebudayaan, terdapat sepuluh objek pemajuan kebudayaan meliputi: a. Tradisi lisan; b. Manuskrip; c. Adat istiadat; d. Ritus; e. Pengetahuan tradisional; f. Teknologi tradisional; g. Seni; h. Bahasa; i. Permainan rakyat; dan j. Olahraga tradisional.
Dalam hal ini, kebudayaan ondel – ondel Betawi ini termasuk kedalam objek seni pemajuan kebudayaan dikarenakan ondel – ondel merupakan sebuah seni yang di pertunjukan bagi masyarakat Betawi. Namun, seperti yang telah disebutkan pada UU no. 5 tahun 2017 pasal 11 ayat 2, bahwa: 1) Identifikasi keadaan terkini dari perkembangan Objek Pemajuan Kebudayaan di kabupaten/kota; 2) Identifikasi Sumber Daya Manusia Kebudayaan, lembaga Kebudayaan, dan pranata Kebudayaan di kabupaten/kota; 3) Identifikasi sarana dan prasarana Kebudayaan di kabupaten/kota; 4) Identifikasi potensi masalah Pemajuan Kebudayaan; dan 5) Analisis dan rekomendasi untuk implementasi Pemajuan Kebudayaan di kabupaten/kota.
Jika ondel -ondel ini dikaitkan dengan pasal 11, maka keseluruhannya adalah bahwa kesenian Betawi ini melibatkan masyarakat yang berpotensi dan memiliki kompetensi dalam pemajuan kebudayaan daerah. Pada ayat 2 mengenai identifikasi bahwa kesenian ondel – ondel kini masih banyak dijumpai oleh masyarakat di kampung-kampung dan telah menjadi sesuatu yang lumrah jika ditemukan di jalan raya. Mengenai sumber daya manusia kebudayaan, kesenian ondel - ondel membutuhkan keterampilan yang unik dalam menciptakan boneka manusia yang luar biasa ini. Kesenian ondel – ondel juga digunakan sebagai sarana pendamping upacara adat atau hanya sekedar hiburan dalam pesta rakyat Betawi.
sumber: http://www.setubabakanbetawi.com/mengenal-8-ikon-kebudayaan-betawi/
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.