Nasi Liwet Solo Nasi liwet solo merupakan kuliner tradisional dari solo yang sangat populer. Bahkan kepopuleran dari nasi liwet solo menjadikannya sebagai salah satu wisata kuliner yang digemari di kota Solo. Sehingga, untuk menemukan nasi liwet di Solo bukanlah hal yang sulit.
Makanan tradisional Nasi liwet Solo merupakan beras yang dimasak dengan santan dan kaldu ayam yang menjadikan nasi liwet memiliki aroma yang khas dan rasa gurih. Nasi liwet biasa dihidangkan bersama sayur papaya atau jipang yang dimasak pedas. Sebagai pelengkap dalam nasi liwet juga ditambahkan aneka lauk yang juga dapat dipilih sesuai dengan selera masing-masing orang seperti : telur rebus, daging ayam yang di suwir, areh (semacam bubur gurih dari kelapa), hati/ampela ayam yang direbus, tahu tempe bacem. Dalam penyajiannya, nasi liwet mempunyai ciri khas yaitu dengan daun pisang yang dipincuk dan juga tidak jarang kita temui hingga saat ini sendoknya pun juga bisa menggunakan potongan daun pisang yang dilipat.
Menurut sejarah, dimasa lalu, setiap hari Kamis malam, Keraton Surakarta biasa menyajikan jenang lemu dan sega liwet untuk keperluan ritual. Dalam ritual tersebut sega liwet yang disajikan di keraton saat itu adalah sego gurih, yaitu nasi yang dimasak dengan santan. Sega liwet tersebut dibagikan kepada orang-orang yang lewat di depan Kori Kamandungan (pintu gerbang keraton). Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat mulai membuat sendiri masakan tersebut dan tidak hanya membuatnya pada hari kamis malam saja.
Dalam budaya masyarakat Jawa, nasi liwet atau sego gurih telah menjadi kelengkapan yang sering kali digunakan dalam upacara atau ritual. Budaya tersebut berlangsung secara turun temurun sehingga tidak jarang kita menemui acara-acara masyarakat Jawa di Kota Solo yang masih menggunakan nasi liwet atau sego gurih. Bagi orang Jawa, nasi liwet atau sego gurih yang seringkali ditampilkan dan disajikan dalam acara merupakan symbol dari harapan agar tercapainya suatu tujuan tertentu.
Kuliner tradisional nasi liwet bersama kelengkapannya memiliki filosofi tersendiri dalam membentuk simbol tertentu. Simbol-simbol tersebut bermakna sesuai dengan harapan dari orang atau kelompok orang yang menyelenggarakan acara ataupun ritual. Fungsi ganda terdapat dalam simbol yang terdapat dalam nasi liwet yang mana memiliki fungsi untuk memaknai dalam acara sesuai dengan tujuan dari suatu acara atau ritual dan juga memiliki fungsi untuk merangsang mereka yang hadir dalam acara atau ritual tersebut agar bersikap sesuai dengan makna simbol yang terdapat dalam nasi liwet atau sego gurih dalam acara tersebut.
Referensi : Saeroji, Amad & Wijaya, Deria Adi. (2017). Pemetaan Wisata Kuliner Khas Surakarta. Krisnawati, Inti. (2022). Nasi Liwet Solo, Kuliner Tradisional dengan Keunikan Sejarah, Budaya dan Filosofi.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja