Mihing merupakan penangakap ikan yang dianggap memiliki kekuatan magis.
Mihing dibuat dari bermacam-macam jenis kayu. Masing-masing mempunyai makna khusus dalam bahasa Dayak Ngaju disebut ngguang,dumah,palus,tuntang tame. Artinya, berkunjung datang,masuk,ke dalam.
Kayu untuk bahan mihing adalah:
1. Kayu tabulus, hakikatnya silakan (palus);
2. Kayu Tate, hakikatnya masuk (tame);
3. Kayu Kaja, hakikatnya datang (dumah);
4. Kayu Banuang, hakikatnya berkunjung (ngguang);
5. Kayu Marakuwung, hakikatnya Mihing adalah terpat yang disukai;
6. Bambu paligkau, hakikatnya benda atau binatang harus datang ke mihing;
7. Uei paka atau uei banturung atau uei tapah, hakiaktnya benda atau binatang hanya datang ke mihing saja;
8. Uei anak, hakikatnya benda atau binatang yang masuk ke mihing seperti anak kecil yang penurut.
Menurut legenda suku Dayak Ngaju, alat ini dibuat pertama kali oleh Bowak. Dia di culik oleh orang dari alam khayangan, dan di sana ia melihat benda tersebut dibuat dan dipakai untuk mendatangkan harta benda. Dari pengalaman tersebut, Bowak lantas membuatnya dengan fungsi berbeda, yakni untuk mendatangkan harta benda dan menangkap ikan di sungai. Dulunya, mihing sering dipasang di Sungai Kahayan.
Pembuatan dan penggunaan mihing memiliki tabu sendiri. Antara lain, selama membuat mihing tidak boleh berbicara kurang sopan atau berselisih faham. Perempuan dilarang melihat atau memasuki bagian dalam mihing, karena ikan bakal engan masuk, dan menurut kepercayaan dapat mengakibatkan keguguran atau meninggal dunia saat melahirkan.
Saat mengambil ikan juga tidak boleh menyebabkan ikan terluka dan mengeluarkan darah. Sebab, ikan lain diopercaya tidak akan datang dan masuk mihing karena mencium bau darah sesama ikan.
Sumber: Museum Balanga, Palangkaraya.
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang