Kreco adalah jajanan khas Jawa Timur yang berbahan dasar keong sawah. Ketika orang tua penulis masih kecil, kreco adalah jajanan yang populer dan mengasyikkan. Mengemil kreco saat itu mungkin dapat dibandingkan dengan mengemil kwaci jaman sekarang. Kuah kelapanya yang segar memberi penawar terhadap panasnya Surabaya. Mengulik si keong untuk mengeluarkan isi perutnya juga merupakan pengalaman taktil yang seru. Seiring dengan berjalannya pembangunan, kreco dan habitatnya semakin tersisih. Kini, kreco kadang dapat ditemui dijual oleh penjual yang biasanya bertempat di daerah-daerah pinggir kota yang masih banyak sawahnya. Kalau kamu beruntung, kamu bisa bertemu penjual-penjual ini berjualan naik sepeda di pinggir Jalan Kertajaya, Kalimas, atau Jalan Lingkar Timur (MERR). Kalau sedang tidak ada yang berjualan, kamu bisa mencoba mencari bahan dasarnya sendiri di pasar yang terdekat, seperti Pasar Genteng, Pasar Keputran, Pasar Pucang, Pasar Soponyono, atau lainnya. Kalau keong sawah sudah kaudapat, jangan langsung kaukudap. Masak dahulu. Begini caranya.
250 gr kreco (besusul/keong sawah) 6 sdm parutan kelapa
5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 7 buah cabe rawit (bisa digantikan dengan 3 buah cabe besar untuk opsi tidak pedas) 1/2 sdt ketumbar 2 ruas jari kunyit 1 ruas lengkuas garam kaldu bubuk/penyedap rasa
Bersihkan kreco sampai bersih, sikat kulit luarnya.
(tips) Rendam di air semalaman (saat kreco masih hidup) agar kotoran di dalam tubuhnya keluar.
Rebus kreco.
Haluskan bawang merah, bawang putih, kemiri, cabe, ketumbar, dan sedikit garam.
Iris kunyit dan lengkuas.
Tumis bumbu sampai harum lalu masukkan kedalam rebusan kreco.
Tambahkan parutan kelapa, garam, dan kaldu bubuk/penyedap rasa.
Koreksi rasa sesuai selera.
Sajikan kreco saat panas.
(tips) Untuk mendapat bagian dalam kreco, cangkang dapat dipecahkan dulu menggunakan alat makan. Bisa juga isi perut dicongkel menggunakan tusuk gigi atau instrumen lainnya.
Resep keluarga
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.