seperti yang kita ketahui bahwa negara Indonesia yang kita cintai ini terdiri dari berbagai suku, golongan dan ras yang berbeda-beda. salah satu faktor yang menyebabkan keberagaman ini adalah perbedaan daerah dari tempat tinggal masyarakat Indonesia itu sendiri. masyarakat Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke, maka tidak heran jika negara yang kita cintai ini memiliki berbagai budaya yang berbeda-beda dengan asal daerah yang berbeda pula. terkait dengan hal tersebut, saya akan membahas salah satu budaya yang ada di kota Tangerang yang menjadi tempat tinggal saya yaitu berupa makanan. mungkin dalam hal ini, ada sedikit perbedaan isi artikel saya dengan yang lainnya yang berkaitan dengan makanan, karena makanan yang akan saya bahas ini berupa penembah rasa yang kerap kali dipakai dan menjadi ciri khas dari masyarakat kota Tangerang.
mungkin ada beberapa dari kita yang belum mengetahui kecap khas kota Tangerang yang sangat terkenal serta disukai oleh masyarakat setempat. sebagian besar dari masyarakat Tangerang terdiri dari suku Cina Benteng yang sangat menyukai kecap untuk mereka gunakan sebagai tambahan perasa ketika makan nasi atau makan makanan lainnya. oleh karena itu, tidak heran jika nama kecapnya adalah kecap "Benteng SH". kecap ini awalnya dibuat oleh seorang nenek yang sangat merahasiakan resep dari pembuatan kecap itu sendiri, akan tetapi seiring berjalannya waktu resep itupun diturunkan kepada anak cucunya. pembuatan kecap ini dilakukan disebuah pabrik yang berada di daerah Pasar Lama, kota Tangerang.
hitam pekat, kental dan manis, seperti itulah wujud fisik dan rasa dari kecap manis khas kota Tangerang ini. bahan baku kecap ini juga seperti pada umumnya yaitu terbuat dari campuran kedelai hitam dan gula merah yang membuat warna kecap manis menjadi warna hitam kecoklatan dan hitam legam. namun mesikpun memiliki warna seperti itu, kecap ini menyimpan rasa manis yang membuat masyarakat kota Tangerang merasa ketagihan untuk menambahkan kecap ini pada setiap makanan yang mereka makan.
sewaktu saya tinggal di Tangerang, sebagian besar teman saya berasal dari suku Benteng asli yang sangat menyukai rasa dari kecap Benteng SH ini. menurut mereka jika tidak menambahkan kecap ini ke dalam makanannya, ada rasa yang kurang. bahkan mungkin beberapa orang yang bukan berasal dari suku Benteng akan merasa heran dan rasanya tidak cocok bagi mulut mereka jika menambahkan beberapa makanan yang memang seharusnya tidak perlu untuk ditambahkan kecap.
jadi bagi masyarakat Tangerang khususnya dari suku Benteng, kecap ini sangat berperan penting bagi mereka sebagai penambah rasa dalam berbagai makanan. sekian artikel dari saya yang berasal dari kota Tangerang, terimakasih. #OSKMITB2018
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja