JEMBATAN CIRAHONG Jembatan Cirahong berada di dua wilayah Kabupaten, membentang di atas Sungai Citandui, dimana bagian ujung utara berada di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, tepatnya di Desa Margaluyu, Kecamatan Manonjaya. Adapun bagian ujung selatan jembatan berada di Desa Panyingkiran, Kecamatan Linggamanik, Kabupaten Ciamis. Jadi, Jembatan Cirahong merupakan bangunan aset langsung yang dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis.
Jembatan ini merupakan jembatan pintas penghubung antara wilayah Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis di sebelah selatan. Selain berfungsi sebagai penyeberangan kendaraan dengan tonase terbatas, di bagian atas bangunan ini juga berfungsi sebagai lintasan kereta api.
Bentuk bangunan didominasi konstruksi besi baja setinggi 5 m dan lebar 3,5 m dengan model samping bentuk hiasan konstruksi jajaran genjang. Adapun panjang keseluruhan jembatan mencapai 200 m mengarah ke utara- selatan. Di bawah jembatan terdapat aliran sungai Citandui dengan kedalaman air 5 m dan ketika saat hujan mencapai 8 m dengan ukuran kedalaman sungai mencapai 35 m diukur dari landasan jembatan ke dasar sungai.
Di atas rel kereta api dilengkapi konstruksi terbuka bahan besi baja sebanyak 3 ruang. Konstruksi tersebut berfungsi sebagai areal penyelamat saat dilakukan perbaikan rel atau saat secara tiba-tiba kereta api melintas. Areal penyelamat ini memiliki dimensi tinggi 120 cm, lebar 80 cm, dan panjang 3 m. Bangunan seluas 700 m yang berdiri di atas lahan seluas 2.700 m tersebut, saat ini dimiliki dan dikelola oleh dua instansi. Struktur bagian bawah berbentuk jembatan dimiliki dan dikelola oleh Departemen Pekerjaan Umum, sedangkan struktur jalur rel kereta api dimiliki dan dikelola oleh PT. Kereta Api Indonesia.
Jembatan Cirahong dibangun oleh Bupati Ciamis, R.A.A. Kusumadiningrat, pada tahun 1900. Pada awalnya bangunan ini dirancang untuk menghubungkan Kerajaan Galuh dengan Kabupaten Sukapura (Kabupaten Tasikmalaya sekarang), yakni berupa jembatan dengan fungsi awal hanya untuk mempermudah jalur lintasan kedua wilayah tersebut. Oleh pemerintah Belanda, rencana tersebut diubah dan rancang bangung ditambah dengan fungsi ganda. Selain untuk lintasan kendaraan dan pejalan kaki, di atas bangunan jembatan juga dilengkapi sarana rel kereta api jalur selatan.
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.