Ritual Etu atau Tinju Tradisional erupakan upacara ritual pertanian yang diselenggarakan setiap tahun berdasarkan pada peputaran bulan atau dalam perspektif upacara ritual pertanian suatu pesta dengan kultur bulan yang mengikat suatu masyarakat dalam tradisi yang teratur berdasarkan peredaran bulan purnama dalam setahun. Upacara Etu meliputi beberapa tahap upacara dengan kegiatan dan waktu yang ditentukan. Setelah tiba waktu yang ditetapkan, Upacara Etu dilaksanakan tahap demi tahap sampai mencapai puncaknya pada waktu Etu. Maksud dan tujuan dari Upacara Etu ini adalah:
Upacara ini diselenggarakan di tempat khusus yakni:
Sebelum upacara ini dimulai pihak penyelenggara upacara harus mempersiapkan tanggal upacara dan mempersiapkan teknis acara dan penyambutan tamu. Pihak penyelenggaran sebagai tuan rumah wajib mempersiapkan :
Maka berbagai rangkaian upacara dapat dilaksanakan. Dimulai dari acara pembukaan yang ditandai dengan tinju yang dilaksanakan secara simbolis oleh kedua orang tua. Kedua orang tua berpakaian lengkap kecuali sebagai pengganti kepo (alat tinju) diganti dengan tongkat jagung. Seusai acara simblois ini, para hadirin mulai memadati atau mengelilingi Loka Melo (arena) dengan berdebar menantikan pasangan yang akan masuk. Suasana semakin semarak oleh Melo (nyanyian) dengan pantun-pantun yang dibawakan oleh kedua kubu yang disebut Fedha Melo. Namun para petinju yang sudah mempersiapkan diri beberapa hari atau minggu sebelumnya menyamaar duduk dibarisan penonton. Pantun-pantun yang dibawakan sambil menari oleh kedua kubu semakin menghangatkan suasana serta mebakar semangat para petinju. Dari proses mencari, mendapatkan, mengenakan busana seta bertinju semuanya ditandai oleh irama lagu yang dibawakan oleh para Fedha Melo. Pada saat bunyi musik mengiringi nyanyian dan pantun silih berganti ini mengisyaratkan bahwa Melo yang berarti petinju masih dicari tahap ini disebut tahap Joro. Ketika Melo sudah memakai pakaian tinju maka berlangsunglah Etu. Kedua sike (pemegang) yang bertidak sebagai pengendali harus mampu bergerak lincah mengikuti gerak maju atau gerak mundur petinju. Kedua seka haruslah orang berpengalaman dalam tinju dan memiliki ketangkasan yang tinggi. Tidak ada ketentuan waktu berapa lama untuk sepasang petinju betarung. Biasanya saat kedua petinju saling menyerang selalu terjadi rangkul merangkul lalu diceraikan. Selain itu pemberhentian dapat terjadi atas keputusan para petinju sendiri atau sike. Pemberhentian dari para petinju sendiri dapat terjadi apabila salah seorang petinju merasa tidak mampu menantang lawan tinjunya atau apabila penantangnya adalah teman atau saudaranya. Untuk mengatakan berhenti salah satu kubu mengangkat tangan sebagai tanda berhenti di hadapan kubu lawannya.
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang