Alat Musik
Alat Musik
Boleh daerah asal atau manapun Jawa Tengah Surakarta
Cultural Digitization in Indonesia Paper
- 4 Mei 2023

Cultural digitization is a term used to describe the process of converting any kind of audio, visual, or written material into digital format. This process is becoming increasingly popular in Indonesia, as it allows for wider access to the nation's cultural heritage. Additionally, cultural digitization also presents an opportunity to preserve deteriorating materials and protect them from being lost permanently.

The preservation of Indonesia's cultural heritage through digitization is crucial for the recognition and identity of Indonesian people, especially among younger generations and the global community. By digitally preserving Indonesia's cultural heritage, it can be more easily shared and studied by people worldwide. Furthermore, cultural digitization can also propel Indonesia's economic development. As a growing number of people become interested in Indonesian culture, cultural digitization creates new opportunities for industries such as tourism and education. Academicians and heritage practitioners in Indonesia have already begun to embrace the potential benefits of digital media for preservation, communication, and research of cultural heritage.

To further advance cultural digitization in Indonesia, it is essential to establish standardized metadata systems and preservation metadata schemas. Ngulube (2017) emphasizes the importance of conducting a literature review to develop a conceptual definition based on shared meaning and describe theories used to explain the phenomenon of cultural digitization.Cultural digitization in Indonesia has emerged as a critical tool for preserving the nation's rich cultural heritage, promoting its identity and economic growth.

The importance of cultural digitization in Indonesia cannot be overemphasized as it enables wider access to the nation's cultural heritage and also presents an opportunity to preserve deteriorating materials. Moreover, cultural digitization also plays a significant role in promoting Indonesia's identity and economic growth, particularly through tourism and education. Academics and heritage practitioners have already started recognizing the potential benefits of cultural digitization in Indonesia, such as preservation, communication, and research.

Going forward, it is crucial for Indonesia to establish standardized metadata systems and preservation metadata schemas to further advance cultural digitization. Through the use of digital technologies, cultural organizations and institutions can enhance access to Indonesia's rich cultural heritage while preserving deteriorating materials. This not only benefits Indonesians but also enables people worldwide to share and study the nation's cultural heritage. Additionally, Ngulube highlights the importance of conducting a literature review to develop a conceptual definition based on shared meaning and describe theories used to explain cultural digitization.

Consequently, it is necessary to invest in cultural digitization projects that engage the collaboration and participation of various stakeholders. This will require a significant amount of resources that can be allocated by cultural institutions or the government in the upcoming period to successfully achieve digitization, preservation and valorization of cultural heritage in Indonesia. By investing in cultural digitization projects that engage various stakeholders, Indonesia can ensure the successful digitization, preservation and valorization of its rich cultural heritage.

Furthermore, the development of digital-based learning in Indonesia highlights the country's commitment to improving its education system by improvising and advancing it through innovative teaching techniques that meet the current needs of the digital age. It is crucial for Indonesia to continue promoting the development and utilization of digital-based learning media. In light of Indonesia's commitment to preserving and promoting its cultural heritage, as well as advancing its education system through digital innovation, it is imperative for the government and other relevant stakeholders to continue to invest in digital technologies that can benefit the citizens of Indonesia.

This investment will promote social and economic growth, as Indonesia continues to transition into a digital era. To effectively preserve and advance cultural digitization, it is crucial to establish standardized metadata systems and preservation metadata schemas. Standardized metadata systems and preservation metadata schemas will enable efficient organization, retrieval, and long-term preservation of digital cultural heritage. Metadata play a vital role in the long-term preservation of digital objects, and it is essential to identify the correct metadata that may help retrieve specific objects from the archive after preservation.

In addition, cultural digitization also has significant implications for theories of globalization and cultural change.The increasing globalization of the world demands a shift in attitudes towards cultural preservation and representation. Through proper digitization and preservation of cultural heritage, countries like Indonesia can improve their representation on a global scale while also promoting cross-cultural understanding and appreciation.

Reference:

Sari, E. A. (2020). Cultural Digitization in Indonesia: A Literature Review. Jurnal Ilmu Budaya, 4(1), 39-52. This article provides an overview of the current state of cultural digitization in Indonesia, discussing the challenges and opportunities faced by cultural institutions in the country.

Prabowo, H. A., & Setiawan, M. A. (2020). Digital Heritage Preservation in Indonesia: Challenges and Opportunities. Journal of Digital Information Management, 18(6), 289-296. This article focuses on the preservation of Indonesia's digital heritage, highlighting the importance of developing strategies to protect the country's rich cultural heritage in the digital age.

Rahmat, I. (2021). Mapping the Digital Culture Ecosystem in Indonesia. Journal of Cultural Heritage Management and Sustainable Development, 11(1), 14-28. This paper examines the digital culture ecosystem in Indonesia, exploring the ways in which cultural institutions, government agencies, and other stakeholders are working to promote cultural digitization and preserve Indonesia's cultural heritage for future generations.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline