masyarakat adat
767 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Rumah Jojong
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Sumatera Utara

Rumah Jojong. Jojong berarti menara rumah. Rumah Jojong maksudnya adalah rumah yang menggunakan menara. Menara ini ditempatkan ditengah-tengah bubungan atap rumah yang melengkung. Sedangkan kedua ujung bubungan diberi hiasan tanduk kerbau. Sebuah mahkota ditempatkan pada bagian teratas dari menara. Jenis rumah inilah yang dinamakan rumah adat, dan yang berhak menempati rumah ini adalah raja dan keluarga dekatnya. Sebuah Rumah Adat masyarakat Pakpak memperlihatkan bagian-bagian bangunan dan hiasan luar, antara lain sebagai berikut. Tanduk Kerbau; Susuk Mpinat; Dilah Paying; Gajah Dompak; Jengger; Empat Bengbeng Hari; Melmelen Bonggar; Tarum; Nderpih; Melmelen; Pandak/Tiang Binangan; Ardan; Tabal Melmelen; dan Rancang Adapun gambaran umum dari Rumah Adat Sopo Jojong adalah antara lain sebagai berikut. Ditengah-tengah ruangan dibuat dapur, dan tiap-tiap kelompok mempunyai tungkunya sendiri. Sejajar dengan tungku di sebelah atas dibuat para-para y...

avatar
Hokker
Gambar Entri
Hansung (Hiong)
Ornamen Ornamen
Sumatera Utara

Hansung atau Hiong merupakan bejana untuk mengambil air dari sumber air (sumur, pancuran atau sungai), dan sekaligus tempat penyimpanannya. Hansung atau Hiong terbuat dari bambu besar dengan ruas buku yang panjang. Kadang-kadang kulit luarnya dibuang, tetapi kadang-kadang tidak. Kulit yang tidak dibuang sering dihiasi dengan tulisan atau ukiran mitis. Selain untuk menampung dan menyimpan air, Hansung atau Hiong digunakan juga untuk menampung air aren yang dikenal dengan tuak. Bagi masyarakat suku Batak Karo, bejana ini dibieri nama Kitang. Sumber : https://www.obatak.id/2015/05/peralatan-rumah-batak-pada-zaman-dahulu.html

avatar
Hokker
Gambar Entri
Mortua Raja Doli dohot Anakna
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sumatera Utara

Adong ma najolo sada halak, na morgoar Mortua Rajadoli, sada do anakna. Dung magodang anakna i, disuru ma ibana mangoli, alai ndang olo. Alai dung sai didasdas anakna i, so olo, didok amana i ma sipaingotna songon on: ”Ale amang! Ndang hatingkian pambahen ni Debata, atik andor najolo-jolo tos, manang punggur na jolo-olo madabu; molo tung disuda ni hosangkon nama ho asa mangoli, sai ingot damang ma hatangkon: So tung mangoli damang tu boru ni nambura maduma, manang tu boru ni nambura mamora; ai ia ro halak na pogos morsali tu halak na songon i, molo salpu sadari padan panggarar ni porutang i di utangna; manigor so tartaon do pangkuling ni i. Na pisdo mata ni i di na pogos, jala na lea do rohana di na dangol. Ai songon i do pangalaho ni jolma, naung sian gambo i gabe tardarat, muba do talmis ni porhata-hatana. Asa molo tung mangoli damang sogot, oli ma boru ni raja naung leleng manang pinompar ni na mora hian. Ai tung sura pe pogos pomiahapan di nasida. sai na tureture do i morpangalaho...

avatar
As.bookmark
Gambar Entri
Ulos Ragi Hidup
Motif Kain Motif Kain
Sumatera Utara

Secara umum Ulos Ragi Hidup dapat dipakai pada acara adat Batak baik upacara suka dan duka. Pada jaman dahulu dipakai juga untuk “mangupa tondi” (mengukuhkan semangat) seorang anak yang baru lahir. Ulos ini juga dipakai oleh suhut si habolonan (tuan rumah). Ini yang membedakannya dengan suhut yang lain, yang dalam versi “Dalihan Na Tolu” disebut dongan tubu (satu marga). Konon Ulos Ragi Hidup menunjukkan status sosial dan ekonomi seseorang, dulu hanya raja-raja dan masyarakat menengah keatas yang memakainya. Dalam system kekeluargaan orang Batak. Kelompok satu marga ( dongan tubu) adalah kelompok “sisada raga-raga sisada somba” terhadap kelompok marga lain. Ada pepatah yang mengatakan “martanda do suhul, marbona sakkalan, marnata do suhut, marnampuna do ugasan”, yang dapat diartikan walaupun pesta itu untuk kepentingan bersama, hak yang punya hajat (suhut sihabolonan) tetap diakui sebagai pengambil kata putus (putusan terakhir). Jadi dengan menggunakan Ulos Ragi Hidup menjadi satu p...

avatar
Hokker
Gambar Entri
DALIHAN NATOLU SEBAGAI FALSAFAH HIDUP MASYARAKAT BATAK TOBA DALAM MENJALIN KEKERABATAN
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Negara Indonesia terdiri dari suku bangsa yang memiliki adat dan kebiasaan yang berbeda-beda. Budaya dan masyarakat tidak dapat dipisahkan karena masyarakat sebagai pendukung dan pelaku kebudayaan tidak dapat hidup sendiri-sendiri melainkan saling ketergantungan satu sama lain. Hal inilah yang berlaku dalam kebudayaan Batak yang memiliki falsafah Dalihan na tolu sebagai patron utama dalam menjalani kehidupan. Suku Batak terdiri dari lima rumpun besar. Batak Toba adalah salah satu rumpun yang memegang teguh adat istiadat sebagaimana akan dikaji dalam artikel ini sesuai konsep falsafah Dalihan na tolu. Namun, pada masa kini banyak generasi muda yang tidak mengetahui apa itu Dalihan na tolu, Sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya seolah terlupakan dan tidak berarti. Oleh sebab itu artikel ini bertujuan untuk menerangkan nilai-nilai yang terdapat pada falsafah Dalihan na tolu, agar menumbuhkan rasa kecintaan terhadap budaya bagi generasi muda Suku Batak Toba yang menjadi bagian...

avatar
Yohanesmanullang
Gambar Entri
Mangongkal Holi: Budaya Unik dari Suku Batak Toba untuk Menghormati Leluhur
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Sumatera utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kebudayaan yang beragam, kekayaan suku-suku serta adat istiadat di dalamnya. Provinsi ini menjadi jendela yang memperlihatkan betapa kaya dan indahnya warisan budaya Indonesia dengan keberagaman budaya yang ada dan selama ini telah hidup bersama kehidupan masyarakat di sana. Suku Batak, yang terdiri dari kelompok etnis Toba, Karo, Simalungun, Angkola, Mandailing, dan Pakpak merupakan salah satu suku terbesar dan paling terkenal di provinsi Sumatera Utara. Setiap etnis dalam suku batak ini tentunya memiliki kebudayaan masing-masing yang sangat khas dan menarik untuk diketahui orang banyak. Salah satunya adalah tradisi “Mangongkal Holi” yang merupakan salah satu tradisi unik masyarakat Suku Batak Toba. Mangongkal Holi adalah salah satu tradisi membongkar kembali makam (udean) orang yang sudah lama meninggal untuk diambil sisa tulang-belulang (holi-holi) dan dipindahkan ke tugu (tambak). Ini merupakan salah satu bu...

avatar
Haha_sosmasyinfo2023
Gambar Entri
Pangir Harambir Sitonggitonggi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sumatera Utara

Pangir Harambir Sitonggitonggi merupakan minuman khas Pulau Samosir yang dibuat dari bahan dasar Jeruk Purut, Air Kelapa, Pemanis (Gula atau Madu), dan Telur Ayam Kampung Mentah). Menurut sumber yang kami terima dari Abang Sepwan Sinaga (Pegiat Budaya Batak Toba), minuman ini biasanya disajikan dalam upacara ritual adat, dan disarankan untuk hasil yang lebih maksimal dalam pembuatan dan pengolahan minuman Pangir Harambir Sitonggitonggi, Sitonggitonggi-nya (rasa manisnya) sebaiknya menggunakan madu murni.

avatar
Batakologi
Gambar Entri
Patung Boraspato Ni Tano - Boru Saniang Naga
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Sumatera Utara

Dalam kepercayaan Batak kuno, Boraspati ni Tano yang berwujud bengkarung (kadal tanah) adalah dewa penguasa tanah dan pemberi kesuburan, sedangkan Boru Saniang Naga adalah dewi penguasa air dan danau. Bagi masyarakat Batak yang agraris, tanah dan air merupakan dua unsur yang sangat penting untuk dijaga dan dihormati. Berbagai upacara dan ritual rutin diadakan untuk menghormati kedua dewa ini, khususnya menjelang masa tanam, panen, dan bahkan saat membuka huta (pemukiman) baru. Dalam konsep pembuatan patung, Boraspati Ni Tano dalam posisi sedang memandang Boru Saniang Naga hingga wajahnya tersipu. Rambut Boru Saniang Naga menjuntai menggambarkan gelombang air dan di dekatnya ada bentuk mirip seperti gelombang air yang dilambangkan sebagai Aek Natio (air yang jernih - gelombang air danau toba seperti rambut wanita). Base / Landasan Patung Boraspati Ni Tano - Boru Saniang Naga ini berupa plat motif-motif Batak yang berbentuk segitiga (analogi rumah tradisional Batak). Sejak dahul...

avatar
Batakologi
Gambar Entri
Situs Parhutaan Raja Isombaon (Rumahela)
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sumatera Utara

Menurut sumber yang diperoleh dari hasil ekspedisi Tim Survey Batakologi di Samosir, Situs Parhutaan Raja Isombaon (Rumahela) ditemukan pada tahun 2010 dan sampai pada Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak tahun 2024, Situs Parhutaan Raja Isombaon (Rumahela) tetap dijaga dan dirawat oleh Komunitas Rumahela. Ketika Tim Survey Batakologi mengunjungi acara festival yang diselenggarakan dari tanggal 1 Juli hingga tanggal 10 Juli 2024, pada tanggal 5 Juli diadakan acara Misa Inkulturasi yang diselenggarakan menurut Agama Kristen Katolik. Hal ini menjadi informasi yang menarik dimana perpaduan antara agama dan budaya berkolaborasi dalam perayaan suatu ibadah. Adapun Situs Parhutaan Raja Isombaon (Rumahela) berada di bagian timur Pusuk Buhit (Habinsaran) dan diyakini sebagai awal mula peradaban masyarakat Batak yang berasal dari keturunan-keturunan dari Raja Isombaon (anak kedua dari Si Raja Batak), sedangkan di bagian barat (Hasundutan) dihuni oleh keturunan dari Guru Tatea Bulan.

avatar
Batakologi