tari
78 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Arsitektur Mandar, Sulawesi Barat
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Sulawesi Barat

Usaha pelestarian dan pengembangan kebudayaan nasional tidak dapat dipisahkan dari upaya pendataan dan pengungkapan unsur-unsur kebudayaan pada suku-suku bangsa yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia karena merupakan sumber yang potensial bagi terwujudnya kebudayaan nasional. Arsitektur tradisional merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sebagai proses adaptasi manusia (dalam hal ini suku bangsa) terhadap lingkungan alam dan lingkungan sosial, serta sistem kepercayaan mereka.   Sumber: Faisal, Faisal  (2008)  Arsitektur Mandar, Sulawesi Barat.  Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta. ISBN 9786028099134 http://repositori.kemdikbud.go.id/7464/

avatar
Monica91
Gambar Entri
Cerita Rakyat Mandar ( Karake’ lette )
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sulawesi Barat

Dahulu kala kerajaan Balanipa, Mandar, Sulawesi Barat tengah dilanda petaka. Bala tentara kerajaan Gowa menyerang dengan jumlah pasukan yang besar. Sementara Balanipa hanya memiliki sedikit pasukan perang mengingat Balanipa hanyalah kerajaan kecil yang selama ini hidup dengan damai, tanpa ada peperangan. Setelah melalui berbagai musyawarah, diputuskanlah untuk diadakan sayembara agar para pemuda bersedia menjadi prajurit. Kelak jika kemenangan sudah di tangan, mereka akan mendapatkan hadiah yang tidak sedikit jumlahnya. Pengumuman segera disebarkan ke seluruh pelosok negeri. Semua pemuda di wilayah Balanipa ikut ambil bagian. Tak hanya tertarik pada hadiah yang dijanjikan, mereka juga tergerak untuk membela tanah airnya dari serangan musuh. Di suatu kampung, di lereng gunung, tinggallah seorang laki-laki setengah baya yang cacat kakinya sehingga tidak bisa berjalan. Dia juga ingin mengikuti sayembara itu. Para pemuda di sekitarnya tertawa mengejek. Mereka mengatakan bahwa tidak mung...

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
Asal Muasal Tari Patuddu
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sulawesi Barat

Sulawesi Barat atau disingkat Sul-Bar termasuk provinsi yang masih tergolong baru di Pulau Sulawesi, Indonesia. Provinsi yang dibentuk pada tanggal 5 Oktober ini sebagian besar dihuni oleh suku Mandar (49,15%) dibanding dengan suku-bangsa lainnya seperti Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (1,59%) dan lainnya (19,15%). Maka tidak heran jika adat dan tradisi suku Mandar lebih berkembang di daerah ini. Salah satu tradisi orang Mandar yang sangat terkenal adalah tradisi penjemputan tamu-tamu kehormatan baik dari dalam maupun luar negeri. Penyambutan tamu kehormatan tersebut sedikit berbeda dari daerah lainnya. Para tamu kehormatan tidak hanya disambut dengan pagar ayu atau pengalungan bunga, tetapi juga dengan Tari Patuddu. Zaman sekarang, tarian ini biasanya dimainkan oleh anak-anak Sekolah Dasar (SD) dengan menggunakan alat tombak dan perisai yang kemudian diiringi irama gendang. Oleh karena itu, Tari Patuddu yang memperagakan tombak dan perisai ini disebut juga tar...

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
Si Cantik Samba Pari dari Tanah Mandar
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sulawesi Barat

Pada zaman dahulu di pesisir Mandar, berdiri sebuah kerajaan yang kaya raya karena hasil bumi yang melimpah. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang zalim dan sewenang-wenang. Sehingga kekayaan alam tersebut hanya melimpah kepadanya serta kerabat sang raja. Sementara masyarakatnya makin hari semakin terpuruk karena hidup miskin. Mereka tak bisa menikmati hasil buminya lantaran didera pajak yang tinggi oleh sang raja. Kebengisan sang raja semakin lengkap sebab dia juga dikenal suka mengambil paksa perempuan muda untuk dijadikan sebagai permaisuri. Padahal dia telah memiliki tiga belas permaisuri. Akibatnya gadis-gadis lebih banyak mengurung diri di dalam rumah, takut suatu saat diculik oleh sang raja. Rakyat yang jenuh dengan kezaliman raja berusaha melakukan perlawanan. Namun, semua itu sia-sia. Sang raja dikenal sakti. Ia juga dikelilingi prajurit-prajurit yang tangkas dan langsung berhasil menggulung setiap upaya pemberontakan. Akhirnya banyak masyarakat yang lari menggunak...

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
Paummisang, kakek pemakan tebu dari tinambung
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sulawesi Barat

PADA zaman dahulu di daerah Tinambung Mandar, Sulawesi Barat, hidup seorang kakek sebatang kara di sebuah rumah sederhana di tengah-tengah kebunnya. Saban hari si kakek menghabiskan waktu untuk menanam sayur-sayuran, umbi-umbian, jagung, tebu, dan kelapa. Karena keuletan dan ketelitian dalam merawat tanamannya, sehingga hasilnya pun cukup melimpah. Kakek itu memiliki hobby yang aneh. Hampir tiap hari dia minum air tebu tanpa lebih dulu memerasnya. Ia memilih langsung mengigiti batang tebu yang telah dikupas kulitnya. Kemudian mengunyahnya hingga tinggal ampas. Kemudian ampas tebu tersebut ia kumpulkan di ruang tengah rumahnya. Sehingga menggunung di dalam rumahnya. Akibat kebiasaan tersebut, orang kampung memanggilnya Kanne Paummisang, yang artinya dalam bahasa Mandar, Sulbar, kakek yang suka menumpuk ampas tebu di rumahnya. Di mata penduduk, Kanne Paummisang dikenal sebagai orang yang ramah, baik hati, dan dermawan. Hasil kebunnya yang melimpah tak pernah dinikmati sendiri, mel...

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
Legenda I karake Lette Hadapi Kerajaan Gowa
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sulawesi Barat

DAHULU kala Kerajaan Balanipa, Mandar, Sulawesi Barat tengah dilanda petaka. Kerajaan ini diserang oleh Kerajaan Gowa dengan jumlah pasukan yang besar. Sementara Balanipa hanya memiliki sedikit pasukan. Kala itu Balanipa hanyalah kerajaan kecil yang selama ini hidup dengan damai. Raja (Mara’dia) Balanipa lantas memutuskan melakukan sayembara agar para pemuda bersedia menjadi prajurit. Kelak jika menang, mereka akan mendapatkan hadiah. Pengumuman segera disebarkan ke seluruh pelosok negeri. Membuat semua pemuda tertarik untuk ikut ambil bagian. Termasuk di kalangan pemuda di suatu kampung, di lereng gunung. Di sana tinggal seorang laki-laki setengah baya yang cacat kakinya bernama I Karake’lette, yang dalam bahasa Mandar artinya si kaki rusak. Dia juga ingin mengikuti sayembara. Para pemuda di sekitarnya lantas tertawa mengejek karena tidak mungkin lelaki tua yang cacat mengikuti sayembara. Para peserta sayembara adalah pemuda yang juga to barani (sebutan bagi pemberani di Mandar...

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
Kisah di balik bahasa koneq-koneqe, pengaruh Bugis di tanah mandar
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sulawesi Barat

Polewali Mandar, Sulbarkita.com--Nama bahasa ini sekilas terdengar menarik: koneq-koneqe. Walau banyak dipakai warga di sekitar Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar, sejatinya bahasa ini bukan asli Mandar. Melainkan, dipengaruhi oleh Suku Bugis yang banyak tinggal di wilayah itu, dan ini berkaitan dengan sejarah panjang masa lalu di masa Kerajaan. Seperti apa kisahnya? Ahli sejarah Mandar, Darmawan Mas’ud, seperti dikutip dari kompadansamandar.or.id menjelaskan, dulunya ada kampung bernama Cempalagi, yang kebanyakan penduduknya adalah orang Bugis. Cempalagi adalah nama gunung di pesisir teluk Bone, Sulawesi Selatan. Tepatnya di Desa Mallari, Kecamatan Awangpone, sekitar 14 km. Suatu hari, terjadi perebutan kekuasaan antara kakak-beradik yang mengincar tahta raja. Sang kakak yang dikenal tinggi hati, konon tak terima karena warga cenderung mendukung si adik yang dikenal baik hatinya. Ia bahkan berniat membunuh adik kandungnya sendiri. Tensi menegang, hingga akhirnya s...

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
Pakkacaping tobaine
Alat Musik Alat Musik
Sulawesi Barat

Marayama, ahli permainan musik tradisional khas suku mandar yakni “kacaping”. Di mandar, sebutan bagi pemain kecapi perempuan ialah Pakkacaping tobaine, Marayama menjadi kebanggaan Sulawesi Barat sebab ia telah melestarikan kesenian yang hampir punah ini.

avatar
Widra
Gambar Entri
Vova Sanggayu
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Sulawesi Barat

Ijo adalah anak laki-laki yang tinggal bersama neneknya yang bernama Tupu di Kampung Tanjung Babia, Mandar Pattae. Sejak umur lima tahun, Ijo sudah ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya ke Pulau Borneo. Disebabkan umurnya yang masih kecil dan belum bisa mengingat apa-apa saat itu, Ijo tidak pernah menanyakan keberadaan ayah dan ibunya kepada Nenek Tupu. Walaupun Ijo hanya tinggal berdua dengan neneknya, ia tidak pernah merasakan kesepian. Begitu pun dengan Nenek Tupu, perempuan tua ini merasa bahagia hidup dengan cucu kesayangannya itu. Rumah tempat tinggal Nenek Tupu dan Ijo dikelilingi oleh pepohonan yang ditanam sendiri oleh Nenek Tupu, seperti pisang, singkong, pepaya, ubi jalar, dan lainnya. Setiap kali hendak memasak, Nenek Tupu tinggal memetik sayur yang tumbuh di sekeliling rumahnya. Di kebunnya yang lain, Nenek Tupu juga punya beberapa batang pohon kelapa dan pohon cokelat. Orang-orang sekitar mengenal Nenek Tupu sebagai petani pohon karena Nenek Tupu seorang yang gemar m...

avatar
Widra