Kalau tidak, nona, karena bulan, sayang Tidaklah bintang, ya nona, tidaklah bintang ya nona meninggi hari Kalau tidak, nona, karena tuan, sayang Tidaklah kami, ya nona, tidaklah kami, ya nona sampai kemari Sirih kuning, nona, batangnya ijo, nona Yang putih kuning, ya nona, yang putih kuning, ya nona memang sejodo Ani-ani, nona, bukannya waja, sayang Dipakailah anak, ya nona, dipakailah anak. ya nona patah tangkainya Kami nyanyi, nona, memang sengaja, sayang Lagunya asli, ya nona, lagunya asli, ya nona pusaka lama Sirih kuning, nona, lagi ditampin, nona Kami menyanyi, ya nona, kami menyanyi, ya nona mohon berhenti Sumber: http://www.lagu-daerah.com/2015/06/lirik-lagu-daerah-dki-jakarta.html
Takdir tak dapat aku pungkiri terserah Tuhan Khalikul Bahri Hanya kerjaku sepanjang hari merangkai madah di sanubari Aku menyanyi anda menari aku bersuara anda gembira Tetapi anda tak pernah m'rasa dalam menyanyi jiwa tersiksa Sumber: http://www.lagu-daerah.com/2015/06/lirik-lagu-daerah-dki-jakarta.html
Lenggang lenggang kangkung kangkung di Kebon K’lapa Lenggang lenggang kangkung kangkung di Kebon K’lapa Nasib sungguh beruntung punya kekasih suka tertawa Nasib sungguh beruntung punya kekasih suka tertawa Lenggang lenggang kangkung kangkung dari Semarang Lenggang lenggang kangkung kangkung dari Semarang Nasib tidak beruntung punya kekasih direbut orang Nasib tidak beruntung punya kekasih direbut orang Sumber: http://www.lagu-daerah.com/2015/06/lirik-lagu-daerah-dki-jakarta.html
Rotan adalah jenis senjata tradisional Betawi yang digunakan pada permainan Seni Ketangasan Ujungan, termasuk kategori senjata alat pemukul. Disinyalir dari Seni Ujungan inilah awal beladiri berkembang. Pada masa awal terbentuknya Seni Ketangkasan Ujungan, rotan yang digunakan mencapai panjang 70-100cm. Pada ujung rotan disisipkan benda-benda tajam seperti paku atau pecahan logam, yang difungsikan untuk melukai lawan. Pada perkembangannya rotan yang digunakan hanya berkisar 70-80cm, selanjutnya paku dan pecahan logam di ujung rotanpun tidak lagi digunakan untuk pertandingan yang sifatnya hiburan, rotan jenis ini dipakai hanya ketika berperang menghadapi musuh sesungguhnya. Tubuh lawan yang menjadi sasaranpun dibatasi hanya sebatas pinggang ke bawah, utamanya tulang kering dan mata kaki. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/03/senjata-tradisional-betawi-jakarta/
Piso Punta adalah senjata tajam jenis tusuk, dengan panjang sekitar 15-20cm. Senjata ini lebih berfungsi sebagai senjata pusaka yang menjadi simbol strata sosial pada waktu itu, karena senjata tajam ini tidak pernah digunakan untuk bertarung. Di Jawa Barat mungkin dikenal sebagai Kujang, namun Kujang lebih variatif dari segi bentuk dan motif ciung. Senjata pusaka yang dianggap paling “berisi”. Pisau ini hanya dimiliki oleh kaum elit dan merupakan senjata pusaka Betawi yang paling mulia. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/03/senjata-tradisional-betawi-jakarta/
Senjata tradisional masyarakat Betawi yang bentuknya hampir mirip badik. Merupakan pisau sang Hulun atau rakyat biasa. Pisau ini disebut juga badi-badi. Di samping itu pisau raut merupakan salah satu ciri khas pada Pengantin Dandanan Rias Bakal Pria Adat Betawi. Senjata ini disematkan pada bagian tengah baju dan ditahan dengan ikat pinggang. Letaknya cenderung ke sebelah kanan dengan dihiasi bunga melati yang dironce indah. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/03/senjata-tradisional-betawi-jakarta/
Beliung adalah sejenis kapak dengan mata menyilang kearah gagang pegangan, umumnya digunakan sebagai perkakas untuk membuat kayu. Beliung Gigi Gledek merupakan jenis kapak dengan mata kapak terbuat dari batu, merupakan teknik pembuatan senjata sisa peninggalan zaman batu baru di Betawi yang masih tersisa antara abad 1-3M. Beberapa tokoh yang diketahui pernah menggunakan ini sebagai senjata andalannya adalah Batara Katong (Wak Item) dan Salihun pemimpin kelompok Si Pitung. Beliung digunakan Salihun sebagai sarana dalam melakukan aksi perampokan maupun pelarian dengan memanjat pagar tembok. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2015/03/senjata-tradisional-betawi-jakarta/
Dilihat dari bentuknya, rumah tradisional Betawi memperlihatkan pengaruh arsitektur luar, seperti Eropa, Cina, dan Arab. Hal ini terlihat dari bentuk pintu, jendela, lubang angin, dan ornamen-ornamen lain. Kendati demikian, bentuk arsitektur lokal juga tidak ditinggalkan, salah satunya adalah bentuk rumah panggung. Kalaupun bukan rumah panggung, lantai rumah dibuat lebih tinggi dari tanah. Seperti layaknya daerah lain di Indonesia, suku Betawi juga memiliki rumah adat yang sangat unik. Ada dua jenis rumah adat Betawi. Yang pertama adalah Rumah Bapang atau sering disebut Rumah Kebaya. Ciri khas rumah ini adalah teras rumahnya yang luas, disanalah ruang tamu dan bale atau kursi tempat santai pemilik rumah berada, dengan gaya bangunan semi terbuka hanya di batasi pagar setinggi 80 cm. Lisplank rumah kebaya diukir dengan ornamen segitiga berjajar (gigi balang). Di bagian tengah sebagai ruang tinggal tertutup dinding, di luarnya merupakan teras terbuka dikelilingi pagar karawang rend...
Rumah adat betawi ini bernama Rumah Gudang, berbentuk persegi panjang yang memanjang dari depan ke belakang. Atap rumahnya tampak seperti pelana kuda atau perisai, dan di bagian muka rumah terdapat atap kecil yang berfungsi sebagai penahan tempias hujan atau cahaya matahari. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2014/01/rumah-adat-jakarta/