Lampit semacam tikar yang terbuat dari jalinan rotan dipasang sejajar, dan tikar-tikar lain dianyam dari rotan kasar, kulit pohon atan pandan. Orang Punan membuat tikar tidur dengan motif hitam-putih.
Anjat adalah tas yang terbuat dari anyaman rotan dan memiliki 2 atau 3 tali. Anjat digunakan untuk membawa barang-barang ketika bepergian. Anjat ini berukuran sedang sehingga tidak dapat memuat banyak barang. Anjat ini tidak memiliki penutup, tetapi memiliki tali yang bila ditarik akan menutup sehingga bagian atasnya akan mengerucut/menutup. Untuk ukuran yang lebih besar meskipun dibuat dengan bahan yang sama biasa disebut dengan keranjang. Keranjang memiliki diameter bawah sekitar 50cm dan diameter atas 70cm dengan tinggi sekitar 70cm dan tidak memiliki tutup pada bagian atasnya.
Tari ini asal mulanya memiliki hubungan dengan seni tari dalam Kerajaan Singosari dan Kediri, namun gerak tari dan irama gamelan yang mengiringinya sedikit berbeda dengan yang terdapat di Kerajaan Singosari dan Kediri. Sedangkan cerita yang dibawakan dalam tarian ini tidak begitu banyak perbedaannya, demikian pula dengan kostum penarinya. Tari Topeng Kutai terbagi dalam beberapa jenis sebagai berikut: 01. Penembe 02. Kemindhu 03. Patih 04. Temenggung 05. Kelana 06. Wirun 07. Gunung Sari 08. Panji 09. Rangga 10. Togoq 11. Bota 12. Tembam Tari Topeng Kutai hanya disajikan untuk kalangan kraton saja, sebagai hiburan keluarga dengan penari-penari tertentu. Tarian ini juga biasanya dipersembahkan pada acara penobatan raja, perkawinan, kelahiran dan penyambutan tamu kraton.
Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura memiliki Baju Adat yang hanya di pakai oleh kalangan bangsawan Kutai yaitu Takwo Setempik. Baju Takwo Setempik ini adalah merukan baju Adat Kutai yang di pakai oleh Bangsawan Kutai. Baju Takwo Setempik ini berfungsi atau biasa di gunakan untuk menghadiri upacara Bepacar dalam adat Perkawinan Kutai. Khusus untuk laki - lakinya Baju Takwo Setempik di sebut juga Jas Kutai, dan seiring perkembangannya Baju Takwo Setempik ini sering di pasangkan dengan baju Takwo penuh perempuan.
Pakaian adat Kutai yang menunjukkan perbedaan yang mencolok dengan pakaian adat suku-suku lain di Kalimantan Timur ialah baju takwo. Dahulu, baju takwo adalah pakaian kaum bangsawan atau busana para penari saat mengikuti upacara adat. Akan tetapi kini, masyarakat banyak pun mengenakan baju takwo sebagai busana pengantin. Saat upacara pernikahan berlangsung, mempelai wanita memakai baju takwo. Bentuk baju takwo mirip jas tutup tapi berleher tinggi. Di bagian depannya diimbuhkan sepotong kain, disebut jelapah, yang menutup bagian tengah dada dari bawah leher hingga pinggul. Di bagian pinggir kiri dan kanan jelapah diimbuhkan lima pasang kancing, sedang pada bagian lehernya dipasang dua buah kancing. Baju takwo kerap dibuat dari kain katun, linen, atau beludru. Paduannya adalah kain panjang biasanya bermotif parang rusak yang bagian sisinya diberi ornamen berupa rumbai-rumbai keemasan. Kain panjang ini dipakai hingga menutup mata kaki dan dibebatkan sedemikian rupa se...
Di dalam acara adat perkawinan Kutai, ada salah satu prosesi yang yang di sebut dengan acara mandi - mandi Pengantin. Dalam upacara mandi - mandi penganti adat Kutai tersebut putra putri Keraton memakai Baju Adat Kutai yang yaitu Baju Sakai. Baju Sakai adalah baju Adat Kutai yang di pakai oleh putra putri keraton, yang fungsinya untuk upacara mandi - mandi pengantin Adat Kutai. Baju Sakai mempunyai keunikan dan keanggunannya tersendiri, khususnya untuk busana yang di kenakan oleh perempuannya. Dengan model design kebaya lengan panjang dan pada bagian bawahannya memakai Tapeh Badong, ciri khas batik Celup Kutai, memakai kalung tiga susun dan memakai kembang goyang tiga cabang, di atas sanggul yang bernama Tapak Langit yang dililit bunga melati dan juga memakai Tajok mawar. Untuk menyeimbangkan dalam perkembangannya, maka di buatlah busana Sakai laki - laki juga, yang mana dulunya hanya ada busana Sakai untuk per...
Kerajaan Kutai Kartanegara memiliki Baju Kebesaran Pengantinny yaitu baju Anta kusuma lebih di kenal dengan Kutai Kuning yang dulu hanya boleh di kenakan oleh kalangan bangsawan, sedangkan kalangan rakyat biasa tidak di perbolehkan memakainya. Baju Anta Kusuma tersebut biasanya di dampingi dengan Baju Pengapit yang hanya untuk mendampingi atau menggampit pengantin yg telah memakai Baju Anta Kusuma dalam kegiatan adat perkawinan naik pengantin atau resepsi pernikahan. Dengan membawa peralatan adat yang sesuai dengan adat upacaranya, biasanya mereka yang memakai Baju Penggapit duduk di samping pengantin yng memakai baju Anta Kusuma. Penggapit Perempuaan dan penggampit laki - laki memiliki tempat kedudukannya yang telah di tentukan, untuk penggampit perempuan berada di samping pengantin perempaun sedangkan penggapit yang laki - laki berada di samping penganti laki - laki.
Pakaian daerah kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura yang sudah menjadi seragam PNS di tenggarong saat bekerja di kantor setiap hari kamis, setelah mendapatkan ijin dari sultan Kutai Kartanegara. Baju Miskat di gunakan sebagai baju biasa sehari - hari dan mencerminkan budaya melayu dan sebaimana fungsinya di pakai untuk upacara adat khusus dan dalam perkembangannya sekarang ini baju miskat di jadikan baju dinas Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, yang khusus di pakai pada hari kamis. Selain itu, Bupati Kutai Timur (Kutim) Ismunandar juga berencana akan merubah penggunaan baju batik yang biasa di pakai pegawai pemkab Kutim pada hari kamis, dengan baju Miskat. Perubahan ini bertujuan untuk melestarikan pakaian tradisional Kutai. Baju Miskat ini memiliki keunikan tersendiri di samping baju adat kutai lainnya, dengan bentuk design mirip baju dari Korea. Ini menunjukkan bahwa perkembangan budaya p...
Dalam acara adat perkawinan memiliki acara khusus naik mintuha, dalam acara ini pengantin mengenakan Baju Kutai Setengah. Baju kutai Setengah atau di sebut juga Tenu Kutai Setengah adalah baju pengantin kebesaran Kutai Kartanegara juga, tetapi di pakai dalam acara khusus Naik Mintuha . Di dalam adat perkawinan Kutai Kartanegara di kenal juga istilah naik Mintuha yang mana kedua pengantin mendatangi rumah orang tua pengantin pihak laki - laki yang di temani orang tua pengantin pihak wanita. Kedatangan kedua mempelai beserta rombongannya disambut dengan ritual adat naik mintuha, yang mana semua di tandai mengharap restu kedua orang tua dan ridho Allah SWT sehingga menjadi rumah tangga yang sakinah, mawadah, warohmah. Baju Kutai Setengah ini memakai riasan kepala dari Baju Antakusuma tetapi memakai busana dari Kustim atau Kutai Hitam dan untuk bawahannya memakai Tapeh Alang, tetapi tidak memakai Tapeh Pasak...