Dalam kepercayaan Batak kuno, Boraspati ni Tano yang berwujud bengkarung (kadal tanah) adalah dewa penguasa tanah dan pemberi kesuburan, sedangkan Boru Saniang Naga adalah dewi penguasa air dan danau. Bagi masyarakat Batak yang agraris, tanah dan air merupakan dua unsur yang sangat penting untuk dijaga dan dihormati. Berbagai upacara dan ritual rutin diadakan untuk menghormati kedua dewa ini, khususnya menjelang masa tanam, panen, dan bahkan saat membuka huta (pemukiman) baru. Dalam konsep pembuatan patung, Boraspati Ni Tano dalam posisi sedang memandang Boru Saniang Naga hingga wajahnya tersipu. Rambut Boru Saniang Naga menjuntai menggambarkan gelombang air dan di dekatnya ada bentuk mirip seperti gelombang air yang dilambangkan sebagai Aek Natio (air yang jernih - gelombang air danau toba seperti rambut wanita). Base / Landasan Patung Boraspati Ni Tano - Boru Saniang Naga ini berupa plat motif-motif Batak yang berbentuk segitiga (analogi rumah tradisional Batak). Sejak dahul...
Menurut sumber yang diperoleh dari hasil ekspedisi Tim Survey Batakologi di Samosir, Situs Parhutaan Raja Isombaon (Rumahela) ditemukan pada tahun 2010 dan sampai pada Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak tahun 2024, Situs Parhutaan Raja Isombaon (Rumahela) tetap dijaga dan dirawat oleh Komunitas Rumahela. Ketika Tim Survey Batakologi mengunjungi acara festival yang diselenggarakan dari tanggal 1 Juli hingga tanggal 10 Juli 2024, pada tanggal 5 Juli diadakan acara Misa Inkulturasi yang diselenggarakan menurut Agama Kristen Katolik. Hal ini menjadi informasi yang menarik dimana perpaduan antara agama dan budaya berkolaborasi dalam perayaan suatu ibadah. Adapun Situs Parhutaan Raja Isombaon (Rumahela) berada di bagian timur Pusuk Buhit (Habinsaran) dan diyakini sebagai awal mula peradaban masyarakat Batak yang berasal dari keturunan-keturunan dari Raja Isombaon (anak kedua dari Si Raja Batak), sedangkan di bagian barat (Hasundutan) dihuni oleh keturunan dari Guru Tatea Bulan.