Sinpia (sumber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
Sop Kepiting Papua (sumber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
Strutebas (sumber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
Telur Bebek Sambal Laut Timor (sumber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
Tengiri Jayawijaya Papua (sumber: E-book Mahakarya 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia)
Lumpur Manis merupakan sebutan lumpur yang berasal dari Merauke, Papua yang dianggap sebagai pengobatan alami warisan turun temurun Orang Marind. Bukan sembarang lumpur, keberadaannya ditandai oleh masyarakat pada lokasi-lokasi dengan ciri-ciri tertentu. Cara mendapatkan lumpur manis hanya bisa di daerah rawa yang cukup luas dan yang paham lokasi paling tepat adalah perempuan. Lokasi paling bagus biasanya ditandai masih adanya batang pohon yang tertancap di tepian rawa. Lumpur tersebut dipercaya oleh leluhur Orang Marind untuk mengobati diare. meskipun dinamakan lumpur manis, rasanya tidaklah manis. Lumpur ini dalam bahasa lokal disebut ndave yang biasa ditemukan di kayu roboh. Tetapi, katanya, tak semua lumpur dekat kayu roboh mengandung lumpur manis ini. Masyarakat biasanya mengambil lumpur lalu bungkus dengan kulit kayu (orang Kampung Wasur sebut kayu bus), atau melaluica sp . Lumpur dibawa pulang ke kampung dan dijemur terlebih dahulu. Setelah kering, dipotong-pot...
Masjid ini terletak di Jl Hi Rafana, memiliki luas tanah 12.588 meter persegi. Luas bangunan mencapai 1.512 meter persegi. Masjid ini dapat menampung 200 jamaah. Ciri khas masjid ini adalah terdapat empat tiang kuning penyangga di dalam masjid. Masjid ini memiliki satu kubah besar yang didominasi warna putih dan kubah kecil yang berada di sekitarnya berwarna hijau. Masjid ini dibangun pada 1505. Ketika itu, Islam disebarkan oleh imam besar Habib Rafana yang kini diabadikan sebagai nama jalan menuju masjid tersebut. Makamnya terletak di atas bukit Pulau Saonek, Raja Ampat. Dia dikuburkan bersama istri-istrinya dan kucing peliharaan kesayangannya Sumber : https://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/12/05/p0hdzj313-3-masjid-bersejarah-di-tanah-papua
Fort Du Bus merupakan benteng pertama pasukan Hindia Belanda yang berdiri di Papua. Berdiri pada 24 Agustus 1828. Berdirinya benteng ini menandai dimulainya koloni Hindia Belanda di Papua. Nama benteng ini diambil dari nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berkuasa saat itu, L.P.J. Burggraaf du Bus de Gisignies. Meskipun daerah Papua sudah sejak tahun 1823 dianggap oleh pemerintah Belanda sebagai bagian dan tanah jajahan Belanda di Kepulauan Nusantara, kekuasaan pemerintah jajahan itu baru sungguh-sungguh terwujud di Papua pada akhir abad ke-l9. Segera setelah pendirian benteng pertama ini, hubungan antara pihak Belanda dan penduduk pribumi ditentukan dalam surat-surat perjanjian. Surat perjanjian ini ditandatangani oleh Raja Namatote, Kasa (Raja Lokajihia), Lutu (Orang Kaya di Lobo, Mewara dan Sendawan). Mereka diangkat sebagai kepala di daerah masing-masing oleh Belanda dengan diberi surat pengangkatan sebagai kepala daerah, berikut tongkat kekuasaan berkepala perak. S...
Helai Mbai Hote Mbai adalah tradisi masyarakat Kampung Abar di Distrik Ebungfau, Kabupaten Jayapura, Papua. Ia terletak di bagian selatan Danau Sentani. Ke kampung ini, perlu waktu sekitar 15 menit dengan perahu motor dari Dermaga Yahim. Tradisi Helai Mbai Hote Mbai dilakukan dimana satu keluarga makan papeda dari satu sempe sebagai tanda ikatan kekeluargaan. Helai adalah sebutan lain untuk sempe , mbai berarti satu, hote adalah wadah ikan. Tradisi ini diharapkan memperkuat ikatan kekeluargaan, persaudaraan dan persahabatan. Hal ini sesuai dengan sempe yang umumnya bermotif ban ( yalu) sebagai simbol tali persaudaraan. sumber : http://www.mongabay.co.id/2018/10/04/tradisi-makan-papeda-gunakan-sempe/