Hok Tek Bio, bangunan klenteng bagi etnis Tionghoa ini terletak di Jalan Pemotongan Nomor 3, kawasan Pasar Wage, Purwokerto Timur. Penamaan klenteng ini berasal dari “Hok Tek Tjeng Sin”, Dewa Bumi yang menjadi tuan rumah klenteng, dan “Bio” yang bermakna tempat atau kuil. Klenteng Hok Tek Bio telah didirikan sejak tahun 1831, tapi bangunan yang ada saat ini merupakan hasil pemugaran tahun 1987. Pendirian Klenteng Hok Tek Bio diinisiasi oleh masyarakat etnis Tionghoa yang mayoritas berdagang hasil bumi di area Pasar Wage. Mereka berkeyakinan bahwa dibutuhkan tempat ibadah sebagai ungkapan syukur atas rezeki yang diberikan. Oleh sebab itu, tuan rumah bagi klenteng ini dipilih Hok Tek Tjeng Sin, dewa yang bertugas menjaga bumi dalam kepercayaan Konghucu. Pengelolaan Klenteng Hok Tek Bio diserahkan kepada organisasi kepengurusan klenteng, yang salah satunya ialah Ibu Maryati (atau I’i Maryati) selaku bagian tata usaha. Menurut penuturan Ibu Maryati, ketua pertama dari klenteng ini ada...
Di daerah Desa Ngreden Kabupaten Klaten terdapat makanan khas yang biasa disebut Legondo. Legondo di Desa Ngreden biasanya diperjualbelikan kepada orang-orang yang mengunjungi makam Ki Ageng Perwito yang juga berada di Desa Ngreden. Biasanya, para peziarah pasti akan membeli legondo sebagai oleh-oleh atau tanda bahwa mereka telah sampai ke makan Ki Ageng Perwito. Tak hanya para peziarah, legondo juga dibeli oleh orang-orang yang lewat atau sekadar mampir. Ki Ageng Perwito sendiri merupakan seorang keturunan Kerajaan Demak, tepatnya anak ke empat dari Sultan Trenggono. Ki Ageng Perwito awalnya mempunyai nama Pangeran Prawoto. Saat Kerajaan Demak runtuh dan pusat pemerintahan berpindah ke tangan Sultan Hadiwijaya, Pangeran Prawoto pun juga ikut pindah ke Pajang. Setelah itu, ada peristiwa babat alas yang dilakukan oleh Danang Sutowijaya, Pangeran Prawoto pun menyusul, tetapi justru bertemu dengan Sunan Kalijaga. Kemudian Pangeran Prawoto diminta untuk tinggal di daerah delanggung yan...
Kota Surakarta tidak hanya dikenal akan keberagaman budayanya tetapi juga kaya akan kuliner khas yang memanjakan lidah. Beragamnya kuliner tersebut yang menjadi daya tarik wisata bagi para wisatawan dari berbagai daerah baik domestik atau luar negeri. Salah satu kuliner atau makanan khas Surakarta yang menjadi warisan budaya dan mungkin sudah tidak asing lagi adalah selat solo. Selat solo menjadi makanan khas Surakarta yang terdiri dari daging olahan yang biasanya di cincang, sayuran pelengkap seperti potongan wortel, buncis, daun selada, tomat, acar timun, mayonaise, dilengkapi pula dengan kentang rebus, kentang goreng, telur rebus, dan disajikan dengan kuah berwarna coklat bercita rasa manis gurih yang segar. Sehingga selat solo ini memiliki kandungan nutrisi yang pas dan seimbang antara protein, karbohidrat, mineral, dan lainnya yang baik untuk tubuh. Selat solo merupakan salah satu makanan modifikasi dari budaya barat di masa lampau yang disesuaikan dengan cita rasa dan selera...
Bingung mau nongkrong malam di mana kalau lagi di Purwokerto? Mungkin, Menara Pandang Teratai bisa jadi solusinya! Menjadi ikon terbaru bagi kota Purwokerto, Menara Pandang Teratai terletak di Jalan Bung Karno, Kedungwuluh, Purwokerto Barat. Dengan ketinggian mencapai 117 meter, kamu akan disuguhkan dengan pemandangan malam Kota Purwokerto yang menakjubkan. Selain itu, kamu juga bisa menikmati warna-warni lampu LED yang menghias tubuh menara dan puncak teratainya. Eits , tapi buat kamu yang mau berkunjung saat siang hari juga nggak perlu khawatir, kamu justru akan disuguhi hamparan sawah yang membentang. Nah , Menara Pandang Teratai sendiri sudah diresmikan sejak satu tahun yang lalu, tepatnya 27 April 2022, oleh Bupati Kabupaten Banyumas, Ir. Achmad Husein. Jadi, ikon ini masih terbilang baru dan cocok buat dikunjungi bagi kamu yang mau datang ke Purwokerto. Nggak perlu ketar-ketir, tiket masuk menara juga terbilang cukup terjangkau loh . Kamu cukup membayarkan Rp20.000...
Orang Jawa memiliki prinsip hidup yaitu prasaja yang berarti hidup yang sederhana, jujur, terus terang, dan apa adanya. Prinsipnya adalah kehidupan harus dijalani secara pas atau dapat berarti bahwa tidak berlebihan maupun berkekurangan. Hidup prasaja ini dilihat dari perilaku, sikap, dan cara bertutur kata. Kuliner juga termasuk dalam prinsip tersebut, salah satunya yaitu kuliner cabuk rambak yang dapat ditemui di Kota Solo. Cabuk rambak ini menggunakan bahan-bahan dan penyajian yang begitu sederhana sesuai dengan konsep hidup prasaja tersebut. Cabuk rambak adalah salah satu makanan tradisional khas Solo. Cabuk rambak terdiri dari kata cabuk dan rambak. Cabuk adalah saus yang dibuat dari wijen putih dan parutan kelapa yang disangrai sampai kering sehingga menghasilkan cita rasa yang tidak terlalu pedas dan sedikit gurih. Bumbu kering ini dapat bertahan lama dan ketika akan dihidangkan hanya perlu ditambahkan air sampai kental. Rambak adalah kerupuk kulit kerbau atau sapi....
Apa yang teman-teman biasanya lakukan setelah shalat Idul Fitri? Biasanya, di Klaten terdapat tradisi ujung yang dilakukan setelah pulang dari sholat Idul Fitri. Tradisi ujung ini biasanya di daerah lain direpresentasikan sebagai sungkeman antara yang muda kepada yang tua. Tradisi ujung ini sebagai salah satu ajang silaturahmi dan saling mengunjungi di hari Idul Fitri. Orang yang dikunjungi adalah orang tua, kerabat, teman, dan orang-orang yang dihormati seperti kyai dan guru. Makna dari tradisi ujung adalah sebagai wujud penyesalan dan permintaan maaf atas segala perbuatan maupun perkataan buruk oleh yang muda kepada yang tua begitu pula sebaliknya. Biasanya, selain bermaaf-maafan, si tuan rumah juga akan memberikan fitrah atau THR, memberikan wejangan atau sekadar bercerita soal kehidupan, dan menyuguhkan makanan ringan maupun berat seperti ketupat, opor, sate, sambel goreng ati, sop serta lontong sayur. Tradisi ujung ini ternyata berawal dari tradisi sungkeman yang dilakukan s...
Tradisi nyadran yang masih lestari dan eksis dimasyarakat Jawa khususnya. Nyadran berasal dari bahasa sansekerta Sraddha yang artinya keyakinan. Dalam arti yang lain nyadran yaitu ruwah Syakban merujuk pada pelaksanaan yaitu ruwah (kalender Jawa) atau bulan Syakban (kalender hijriah) bulan sebelum bulan ramadhan. Tradisi nyadran ini juga dilakukan oleh masyarakat dusun bakalan yang terletak di Boyolali Jawa tengah. Tradisi ini dilakukan pada bulan ruwah atau Syakban ke 15 tepat 2 Minggu sebelum masuk bulan ramadhan. Acara nyadran diawali dengan datang kekuburan dusun bakalan dengan membawa makanan seperti nasi ,ayam Ingkung, sambel goreng ,kerupuk dan lainnya. Masyarakat berkumpul dengan membawa makanan ke kuburan. Berkumpul di halaman atau parkiran kuburan setelah berkumpul bersama maka akan dilakukan doa bersama , setelah doa masyarakat saling berbagi dan makan bersama disitu. Setelah selesai makan masyarakat akan pulang kerumahnya masing masing dan membuka rumah bagi siapa saja...
Makanan tradisional di setiap daerah cukup beragam. Kendati bahan dasar dan proses pembuatannya hampir sama, namun penyebutannya bisa saja berbeda. Salah satu makanan tradisional yang cukup banyak ditemukan di daerah-daerah khususnya di Pulau Jawa adalah getuk. Getuk merupakan makanan ringan yang umumnya terbuat dari singkong atau ketela pohon (Andryan 2012). Cara pembuatan getuk ini biasanya cukup sederhana. Getuk dapat ditemukan di pasar-pasar tradisional. Di Grobogan terdapat salah satu jenis getuk yang dinamakan getuk alus, beberapa orang juga menyebutnya sebagai getuk sapah. Getuk alus ini berbahan dasar singkong yang ditaburi dengan kelapa. Bahan baku singkong cukup mudah didapatkan di area Grobogan, karena banyak petani di Grobogan yang menanam singkong, entah itu menanami seluruh ladang dengan singkong ataupun hanya di pinggiran tanaman lainnya. Singkong merupakan salah satu bahan makanan sumber karbohidrat, tak heran jika pada zaman dahulu singkong dijadikan makanan utam...
Perayaan Hari Raya Idul Fitri dilakukan dengan berbagai cara, bahkan berbeda di tiap daerah. Mulai dari bentuk dan cara merayakan hingga makanan yang disajikan berbeda-beda. Di Jawa Tengah sendiri yang kental dengan budaya Jawa memiliki beberapa tradisi di Hari Raya Idul Fitri yang terdapat unsur-unsur budaya Jawa. Salah satu tradisi yang cukup terkenal dan masih dilestarikan hingga kini adalah Bodo Kupat. Ketupat memang sudah tidak asing pada Hari Raya Idul Fitri. Namun, jika umumnya ketupat disajikan ketika Hari Raya Idul Fitri yakni 1 Syawal, berbeda dengan tradisi di wilayah Grobogan. Grobogan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa Tengah. Terdapat tradisi Bodo Kupat atau juga disebut sebagai Bodo Kecil, yakni tradisi memasak dan menyajikan ketupat pada tanggal 7 Syawal, atau H+7 lebaran. Jadi, kebanyakan masyarakat Grobogan memasak ketupat tidak di hari H lebaran, namun di H+7 lebaran. Ketupat atau Kupat tidak menjadi satu-satunya hidangan yang dimasak di Bodo Kupat,...