Gembus merupakan makanan yang terbuat dari singkong dengan bentuk bulat seperti donat
Seni pertunjukan yang menampilkan penari laki-laki berdandan selayaknya perempuan
Sate ayam dengan menggunakan tusuk lidi 2 buah lidi bersebelahan RM/Toko yang Menyediakan : Sate Ayam Martawi Rumah Makan Alamat: Jl. Brigjend. Katamso No.56, Sidanegara, Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah 53212 Telepon: (0282) 535576
Tari Orek - orek merupakan jenis tari pergaulan, yaitu tarian berpasangan laki-laki dan perempuan yang mempunyai maksud untuk mempererat hubungan pergaulan. Tari ini mempunyai maksud untuk mewujudkan rasa syukur setelah adanya panen raya.
Konon Tari Gambyong tercipta berdasarkan nama seorang penari jalanan (tledhek) yang bernama si Gambyong yang hidup pada zaman Sinuhun Paku Buwono IV di Surakarta (1788-1820). Sosok penari ini dikenal sebagai seorang yang cantik jelita dan memiliki tarian yang cukup indah. Tak heran, dia terkenal di seantero Surakarta dan terciptalah nama Tari Gambyong. Tarian ini merupakan sejenis tarian pergaulan di masyarakat. Ciri khas pertunjukan Tari Gambyong, sebelum dimulai selalu dibuka dengan gendhing Pangkur. Tariannya terlihat indah dan elok apabila si penari mampu menyelaraskan gerak dengan irama kendang. Sebab, kendang itu biasa disebut otot tarian dan pemandu gendhing.
Naskah ini menceritakan tentang lakon wayang purwa tentang usahaDewi Srikandi untuk mempelajari ilmu dan cara memanah (senjata panah) kepada Arjuna. Dalam katalog Induk Naskah-naskah Nusantara jilid 1 Museum Sonobudoyo Yogyakarta, bercerita wayang purwa lakon Srikandhi Maguru Manah yang disadur dan dikembangkan dalam bentuk tembang macapat. Ceritera diawali dengan Prabu Jungkungmardeya yang berhasil menaklukan Prabu Jayasukendra dari Paranggubarja. Prabu Jungkungmardeya menjadi raja di Paranggubarja, Patih Jayasukendra tetap menjadi patih dengan nama Jayasudarga. Jungkungmardeya melamar Srikandhi lewat Patih Jayasudarga. Lamaran diterima oleh Prabu Drupada, tetapi Srikandhi tidak bersedia menjadi isteri Jungkungmardeya. Pada suatu malam Srikandhi meninggalkan istana, mengembara ke hutan. Dalam pengembaraan itu Srikandhi bertemu dengan Arjuna. Arjuna berhasil mengalahkan Jayasudarga dan Jungkungmardeya, kemudian kawin dengan Srikan...
Kurang rasanya jika melewati jalur pantai utara Rembang, tetapi tidak menikmati sate srepeh Bu Slamet. Makanan khas Rembang itu bisa didapatkan di rumah makan yang berada di kawasan Pecinan Rembang. Lokasinya di Jalan Dr Wahidin Nomor 9, hanya sekitar 100 meter dari jalur pantai utara Rembang. Warung sate srepeh Bu Slamet menempati sebagian bangunan toko sepeda tertua di Rembang, “Sampoerna”. Pada bangunan berarsitektur China itu, suasana warung Jawa sangat kentara lantaran terdapat satu set pikulan sate, bangku panjang, dan anglo atau tungku masak yang terbuat dari tanah merah berbahan bakar arang. Di warung perpaduan China-Jawa itulah sate srepeh tersaji. Sate tersebut unggul karena keunikan bentuk, resep, dan sajian. Keunikannya dari segi tampilan adalah sate srepeh berbentuk pipih. Satu tusuk berisi tiga potong daging ayam yang diiris tipis-tipis. Tidak mengherankan jika setelah dibakar dan disajikan, tepian daging itu sedikit terbakar, tetapi gurih. Unik...
Pathol adalah olahraga gulat tradisional yang berasal dari Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Konon permainan Pathol telah ada sejak jaman Majapahit, yang awalnya merupakan acara sayembara untuk mencari kesatria terbaik yang bisa menjaga pelabuhan Tuban yang pada waktu itu ramai oleh perompak dan penyamun. Gerakan-gerakan pathol kemudian diadaptasi dan dikembangkan oleh pemuda dan masyarakat setempat hingga akhirnya tumbuh menjadi olahraga yang digemari dan bahkan dijadikan kesenian tradisional. Gulat pathol yang umumnya digelar di pesisir pantai ini sering diselenggarakan setiap menjelang purnama atau pada hari-hari khusus misalnya bertepatan dengan upacara sedekah laut.
Ritual popokan (lempar lumpur) merupakan tradisi sedekah desa untuk menghormati pendiri desa setelah berhasil mengusir harimau dan keselamatan warga setempat. Dengan membawa berbagai sesaji dan replika harimau, ratusan warga Desa Sendang, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang mengarak menuju areal persawahan untuk melakukan ritual popokan atau saling lempar lumpur. Tradisi ini sudah dilakukan warga sejak ratusan tahun silam sejak pendirian desa. Ritual ini sebagai wujud syukur atas keberhasilan pendiri desa yang berhasil mengusir harimau yang akan mengganggu warga dengan melempar dengan lumpur. Setelah menyiapkan berbagai sesaji dan melakukan doa, replika harimau yang sudah dipersiapkan dimasukkan ke persawahan untuk dilempar lumpur. Setelah berhasil mengusir harimau, warga kemudian menggelar pesta dengan saling melempar lumpur. Ratusan warga, tua dan muda saling serang menggunakan lumpur. Ada kepercayaan warga setempat bila terkena...