Gemer adalah alat musik tradisional Kalimantan Timur yang digunakan dengan cara dipukul. Layaknya gendang lainnya, Gemer dibuat dari batang kayu yang pada bagian sisinya dilubangi dan kemudian ditutupi dengan kulit binatang untuk dijadikan tempat pukulannya. Meskipun orang Indonesia kebanyakan memandang semua alat musik pukul merupakan gendang, Gemer mempunyai 4 jenis yang bisa dibedakan berdasarkan bentu ukurannya yaitu: Prahi Gimar Tuuking tuat Pampong Gemer digunakan dengan cara dipukul menggunakan tangan dengan teknik tertentu agar dapat mengeluarkan pola irama tertentu. Alat musik tradisional Gemer biasa digunakan sebagai alat musik pengiring upacara adat atau tarian lokal. Sumber: https://alatmusik.org/alat-musik-tradisional-kalimantan-timur/
Jatung Utang adalah alat musik tradisional khas Kalimantan Timur. J atung utang digunakan dengan cara dipukul namun bisa dipukul pada 1 bagian saja karena alat musik ini mempunyai panjang yang bisa mencapai 3 meter dan diameternya 50 cm. Selain sama dengan gendang pada umumnya, Jatung utang mempunyai kemiripan seperti gambang dibuat dari kayu yang dirangkai dan diikat dengan tali dan pada setiap kayu yang disusun rapi tersebut mempunyai nada masing-masing dan bisa dimainkan dengan 2 tangan karena tangan memegang pemukul di tiap-tiap tangan. Alat musik tradisional ini menggunakan tanda atau isyarat pada penyelenggaraan acara seperti upacara-upacara dan tarian daerah. Cara menggunakan alat musik Jatung Utang ada 2 macam. Pertama alat musik ini di topang dengan kaki, di mana pemain duduk dengan kaki yang dibentangkan lurus dan Jatung diletakkan di atas kaki. Kedua dengan menggunakan cara duduk santai sambil menghadap alat musik tersebut. &n...
Uding merupakan alat musik tradisional Kalimantan yang dimainkan dengan cara dipukul dan mempunyai diameter yang berukuran 2 – 3 cm saja, panjangnya sampai 20 cm serta mempunyai rongga yang berisi bijih kayu pada bagian ujungnya. Alat musik tradisional ini jarang ditemui di suku-suku yang berada di pinggir pantai (dekat dengan laut), persebaran alat musik ini sendiri dipercaya menyebar lewat suku-suku yang sedang pindah lokasi. Untuk menggunakan alat musik ini memang sedikit unik, pemain memegang alat musiknya dengan dua jari lalu buka mulutnya seakan berkata “a”. Letakkan melintang pada mulut lalu petik ujungnya memakai jari tangan yang lain hingga bilahnya bergetar dan mengeluarkan suara. Untuk mengeluarkan suara yang merdu perlu latihan yang cukup untuk para pemain. Uding bisa digunakan solo ataupun dijadikan ansambel musik tergantung keinginan dari pemain. Sumber: https://alatmusik.org/alat-musik-tradisional-k...
“Gening” mempunyai arti “Bunyi”. Alat musik ini merupakan alat musik pukul yang digunakan penduduk suku Dayak sebanyak 8 buah, bahkan di suku Dayak Kenyah mencapai 12 buah Gening. Gening yang asli dibuat dari bahan kayu tetapi di beberapa daerah tertentu, seperti suku yang tinggal dekat dengan pantai yang pastinya sudah berinteraksi ke orang yang mulai mengenali pembuatan gong dari logam dan akhirnya suku Dayak satu dengan lain saling bertukar informasi. Gening dibuat dari sepotong kayu, kayu yang diperlukan adalah kayu sejeni Meranti (Kayu Meranti). Bentuk dari kayu ini bulat dan panjang seperti pohon tersebut. Hiasan pada Gening yang diukir biasanya motif daerah masing-masing, sekarang alat musik ini sudah ada yang dibuat dengan logam kuningan. Gening kayu sulit untuk ditemukan keberadaannya. Sumber: https://alatmusik.org/alat-musik-tradisional-kalimantan-timur/
Pada zaman dahulu, di wilayah Kabupaten Blitar ada sebuah kadipaten (Kabupaten) bernama Kadipaten Aryablitar. Adipati-nya (bupatinya) bernama Adipati Nila Suwarna. Adipati ini mempunyai seorang wakil bernama Ki Ageng Sengguruh. Ki Ageng Sengguruh pada mulanya sangat patuh dan setia pada Adipati Nila Suwarna. Isteri Ki Ageng Sengguruh yang bernama Nyai Ageng Sengguruh tidak suka pada kepatuhan dan kesetiaan suaminya. Apalagi Nyai Ageng Sengguruh sudah lama ingin menjadi permaisuri seorang adipati. Nyai Ageng Sengguruh merayu Ki Ageng Sengguruh agar mau merebut kekuasaan Adipati Nila Suwarna. Ki Ageng Sengguruh termakan rayuan Nyai Ageng Sengguruh. Dia menjadi manusia bermuka dua. Di depan Adipati Nila Suwarna, Ki Ageng Sengguruh selalu menampakkan kepatuhan dan kesetiaannya. Di belakang, Ki Ageng Sengguruh selalu menjelek-jelekkan Adipati Nila Suwarna. Ki Ageng Sengguruh juga berhasil merayu beberapa punggawa kadipaten untuk diajak menc...
Asal Usul Mbesat Jadi dari kata Mbes e Asat itulah kata MBESAT itu bermula dan berlaku terus sampai sekarang. Mengenai kutukan tersebut, kata orang tua, di Desa Krajan selalu ada saja gadis atau wanita cantik yang tidak menikah sepanjang hidupnya. Oke Sobat Sundul, semua itu hanyalah cerita dari generasi terdahulu. Tentang benar atau tidaknya pastinya dari kita semua yang hidup di jaman sekarang ini tidak ada yang tahu. Semoga saja cerita ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita semua tentang asal usul yang ada di Magetan ini. Sumber : http://soendoel.blogspot.com/2013/01/asal-usul-mbesat-krajan-magetan.html Copyright : Mbah Soendoel (Bila masih punya HATI sertakan link diatas bila CoPas tulisan ini atau berhadapan dengan Google DMCA)
Bukti tertua yang sampai kini ditemukan, tetang kehidupan bernegara bangsa kita berupa tugu-tugu batu, yang sering disebut yupa . Tugu-tugu batu itu ditemukan dekat Muara Kaman di tepi sungai Mahakam di daerah Kutai, Kalimantan Timur. Tugu-tugu batu tersebut merupakan paiagam yang ditulis dengan huruf Pallawa (India Selatan) dan bahasa yang dipergunakan adalah Sansekerta. Tulisan-tulisan pada tugu-tugu itu menceritakan, antara lain bahwa kira-kira tahu 400 Masehi di daerah Kutai itu ada sebuah kerajaan. Raja yang mula-mula memerintah Kutai ialah Kudungga. Kemudian pemerintahan atas negara itu diteruskan oleh putranya, bernama Aswawarman. Aswawarman mempunyai putra bernama Mulawarman. Pada zaman Raja Mulawarman itulah tugu-tugu tersebut didirikan atas perintahnya. Oleh karena itu, prasasti tersbut juga disebut sebagai Prasasti Mulawarman. Ada tujuah buah tiang batu dalam Prasasti Mulawarman. Isinya selain menceritakan silsilah raja di Kerajaan Kuta...
Bukti tertua yang sampai kini ditemukan, tetang kehidupan bernegara bangsa kita berupa tugu-tugu batu, yang sering disebut yupa . Tugu-tugu batu itu ditemukan dekat Muara Kaman di tepi sungai Mahakam di daerah Kutai, Kalimantan Timur. Tugu-tugu batu tersebut merupakan paiagam yang ditulis dengan huruf Pallawa (India Selatan) dan bahasa yang dipergunakan adalah Sansekerta. Tulisan-tulisan pada tugu-tugu itu menceritakan, antara lain bahwa kira-kira tahu 400 Masehi di daerah Kutai itu ada sebuah kerajaan. Raja yang mula-mula memerintah Kutai ialah Kudungga. Kemudian pemerintahan atas negara itu diteruskan oleh putranya, bernama Aswawarman. Aswawarman mempunyai putra bernama Mulawarman. Pada zaman Raja Mulawarman itulah tugu-tugu tersebut didirikan atas perintahnya. Oleh karena itu, prasasti tersbut juga disebut sebagai Prasasti Mulawarman. Ada tujuah buah tiang batu dalam Prasasti Mulawarman. Isinya selain menceritakan silsilah raja di Kerajaan Kutai, juga men...
Dayak Paser adalah salatu sub suku Dayak group Lawangan. Dalam group Lawangan ada dikenal Belian Bawo, konon asal muasal Belian ini adalah dari daerah Paser para Pembelian ini atau MULUNG dalam bahasa paser adalah imam-imam atau pendeta didalam kepercayaan Dayak Paser, dan ritual ini konon didapat dari alam atas, berikut ini adalah kisah legenda asal usul Belian Dayak Paser. Konon dahulu Indung Gilay Nining Langit di hulu nya sungai Biu memiliki dua orang anak laki-laki. Salah satu anaknya memperistrikan perempuan gaib bernama Dayang Spea yang kemudian mengajarkan Belian kepadanya dan masyarakat di Bawo Kendilo. Awalnya sewaktu anak dari Indung Gilay Nining Langit mancing ikan disebuah “loyu” (bagian sungai terdalam dan lebar) bernama Loyu Tuwengan di Sungai Biu hulu nya Kemerayon bertemu dengan seorang perempuan yang sangat canti k yang keluar dari dalam sungai lalu duduk disampingnya diatas batu. Orang Paser menyebut mahluk dalam rupa manusia yang keluar dari d...