Buncisan merupakan nama salah satu kesenian lokal setempat yang dipentaskan dalambentuk seni pertunjukan di wilayah persebaran budaya Banyumasan. Pemain seni Buncisan terdiri dari 8 orang pemain yang melakukan tarian sambil bernyanyi sekaligus menjadi musisinya. Adapun nyanyian yang dibawakan oleh para pemain adalah lagu-lagu tradisional Banyumasan. Para pemain dalam pertunjukannya membawa alat musik angklung beralas slendro, masing-masing membawa satu buah alat musik yang berisi satu jenis nada berbeda, enam orang diantaranya memegang alat bernada 2 (ro) 3 (lu) 5 (ma) 6 (nem) 1 (ji tinggi) dan 2 (ro tinggi), dua orang yang lain memegang instrumen kendhang dan gong bumbung. Dalam membangun sajian musikal masing-masing pemain menjalankan fungsi nada sesuai dengan alur balungan gending. Dari alat-alat musik yang demikian mereka mampu menyajikan gending-gending Banyumasan. Buncisan di Banyumas memiliki beberapa karakter dan salah satu karakter Buncisan tersebut dapat dijumpai di desa...
Situs Watu Guling terdapat di Desa Datar, Kec. Sumbang di sebelah selatan pemakaman umum Desa Datar. Dinamakan situs Watu Guling, menurut cerita masyarakat setempat karena batu tersebut berasal dari pegununggan daerah selatan yang ditendang oleh Bima dan jatuh berguling guling dan berhenti di daerah yang datar yang kemudian dinamakan Desa Datar. Sebenarnya situs tersebut merupakan tempat pemujaan arwah nenek moyang pada zaman prasejarah yang pada awalnya merupakan punden berundak yang berorientasi ke arah utara selatan mengarah kepada gunung Slamet, dan diyakini sebagai tempat bersemayamnya para arwah nenek moyang. Akan tetapi karena pengaruh alam dan ketidaktahuan masyarakat setempat, teras pertama dan kedua sudah tidak ada dan langsung menuju teras ketiga. Peninggalan yang terdapat pada situs tersebut antara lain: Batu Menhir 2 buah dengan ukuran masing masing tinggi 137 cm dan garis tengah 42 cm. Batu Lumpang (pecah dan hilang 1/5 bagian) 1 buah dengan ukuran tinggi 25 cm...
Banyumas mempunyai latar belakang keberagaman dan toleransi yang sangat kuat. Selain mempunyai ikatan sejarah yang panjang dengan peradaban awal di Pulau Jawa. Tradisi itu masih berlangsung dan dipelihara hingga kini. Di Desa Klinthing, Kecamatan Somagede, Banyumas, masih terdapat komunitas dan tradisi Hindu yang berdampingan dengan harmonis dengan masyarakat sekitar. Sebuah bangunan Pura sebagai tempat beribadah agama Hindu masih berdiri dan menjalankan aktivitasnya dengan rukun, tenang dan damai. Tradisi serta atraksi yang menyertainya juga masih terpelihara dengan baik seperti Tawur Agung Kasanga. Tawur Agung Kesanga adalah rangkaian kegiatan karnaval seni budaya dan ogoh-ogoh memperingati Hari Raya Nyepi. http://dinporabudpar.banyumaskab.go.id/read/29555/tawur-agung-kasanga-klinthing-somagede#.X0c7b8gzbIU
Dukuh Sidomulyo desa Deles ditemukan cagar budaya berupa Arca Ganesha, fragmen segiempat, yoni, fragmen ogif dan kemuncak. Arca Ganesha telah dipindahkan ke Museum Jawa Tengah Ranggawarsita Semarang untuk dilestarikan. https://pariwisata.batangkab.go.id/?p=2&id=23
Desa Sibebek kecamatan Bawang ditemukan banyak cagar budaya. Beberapa cagar budaya dilestarikan di sebuah kuncup yaitu fragmen nandi, 4 buah kemuncak, dan yoni. Penemuan lainnya yang berupa fragmen nandi dipindahkan ke kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Batang untuk dilestarikan. sumber: https://pariwisata.batangkab.go.id/?p=2&id=28
Situs Pejanten berada di dukuh Pejanten, desa Rejosari Barat, kecamatan Tersono. Di desa ini banyak ditemukan benda cagar budaya berupa arca Ganesha dengan ciri bentuk khas antropolis (menuju bentuk aslinya), fragmen Nandi, Yoni, fragmen batu bata merah, relief dharmacakra, dan masih banyak lagi. https://pariwisata.batangkab.go.id/?p=2&id=36
Di situs Kepokoh terdapat benda cagar budaya berupa prasasti dan yoni. Prasasti Kepokoh memiliki dua sisi. Salah satu sisi terdapat bulan sabit dan sisi lainnya memuat 6 baris tulisan yang menerangkan tentang Sima atau tanah perdikan. sumber: https://pariwisata.batangkab.go.id/?p=2&id=34
Di desa Silurah kecamatan Wonotunggal terdapat peninggalan cagar budaya berupa arca Ganesha, arca Siwa, dan yoni. Diperkirakan dibuat pada abad ke IX. sumber: https://pariwisata.batangkab.go.id/?p=2
Apitan adalah acara tradisional yang rutin dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Trongso. Apitan merupakan salah satu bentuk upacara sedekah bumi yang dilakukan dengan tujuan untuk merayakan panen padi yang dianggap merupakan berkah dan pemberian Yang Kuasa. sumber: https://disporabudpar.grobogan.go.id/category/kebudayaan/