Kain lurik dengan motif garis-garis vertikal memanjang merupakan salah satu nama besar yang lahir dari salah satu kecamatan di sudut Kabupaten Klaten yang bernama Pedan. Dulu menurut cerita, lurik menjadi salah satu primadona. Industri Lurik Pedan pernah sangat berjaya kala itu, sekitar tahun 1950an hingga akhirnya terpuruk karena serbuan kain-kain dengan warna memikat serta murah. Setelah beberapa masa terpuruk, kini lurik mulai menggeliat. Program Lurikisasi yang diusung Pemkab Klaten dengan mengeluarkan kebijakan agar karyawan Pemkab Klaten mengenakan lurik Pedan sebagai seragam pada hari Kamis tentu saja bukan hanya bisa mengangkat kembali nama lurik, tapi juga potensi ekonomi lokal. Kain Lurik Pedan dibuat dengan menggunakan bahan benang katun yang ditenun dengan alat tenun tradisional (ATBM). Sedangkan untuk proses pewarnaan dimulai dari benangnya, sehingga setelah benang ditenun sempurna maka warna kain depan dan belakang adalah sama. Corak-corak dari lurik sendiri cende...
Pekalongan memang khas dengan batiknya, tapi jangan lupakan juga mengenai masakan khas daerah ini. Sego megono. Nasi yang dibumbui dengan urap nangka itu memang cukup populer, bisa dibilang, inilah nasi uduknya Pekalongan. Bahan sayur Megono sendiri berasal dari nangka muda yang cincang halus kemudian diberi bumbu khas urap yang pedas gurih, dan bisa juga ditambahkan dengan sambal tauco yang sedap dan tempe yang berbalut santan. Selain itu, kita juga bisa menikmati megono dari berbagai macam bahan dasar sayur. Walaupun sebenarnya, megono dibuat dari nangka muda yang khas. Banyak masyarakat Pekalongan yang membuat sayur megono dari berbagai macam sayur namun dengan bumbu yang sama enak dan nikmat. Beberapa sayur seperti rebung bambu, kacang panjang, labu, pepaya muda, atau tempe dan bahan-bahan lain sesuai selera. Sego Megono ini sajikan dengan harga yang terjangkau. Seporsi nasi megono komplit bisa dibeli sekitar Rp 3.500, – sampai Rp 4.500,-&...
Berbicara tentang Pekalongan, pasti akrab dengan sego megono ataupun batiknya. Namun, jangan lupakan kuliner khas kota ini yang satu ini juga, Pindang Tetel. Dilihat dari penampilan, pindang tetel ini memang terlihat kurang menarik. Warna coklat kehitaman yang mendominasi sepintas hampir sama dengan rawon. Tetapi beda, kalau rawon lebih pekat dan kental sedangkan pindang tetel lebih encer. Pindang tetel ini terbuat dari daging sapi yang dipotong atau ditetel menjadi ukuran yang kecil. Warna coklat kehitaman yang ada pada pindang tetel dikarenakan bumbu kluwak yang digunakan dalam pembuatan. Penggunaan kluwak ini yang membuat rasa pindang tetel semakin gurih dan nikmat. Selain kluwak, bumbu makanan khas Pekalongan ini juga terdiri atas bawang merah, bawang putih,cabai merah, kecap, terasi, ketumbar, merica, dan garam. Kemudian, bumbu-bumbu tersebut, dihaluskan bersama lengkuas, salam, dan serai untuk menghilangkan bau amis pada daging. Dalam penyajiannya, pindang tete...
BATIK SIDO DRAJAT Batik Sido Drajad atau Drajat dipakai oleh besan ketika upacara pernikahan. Cara pemakaian batiknya juga memiliki nilai pendidikan tersendiri. Bagi anak-anak, batik dipakai dengan cara sabuk wolo. Pemakaian jenis ini memungkinkan anak-anak untuk bergerak bebas. Secara filosofi, pemakaian sabuk wolo diartikan bebas moral, sesuai dengan jiwa anak-anak yang masih bebas, belum dewasa, dan belum memiliki tanggung jawab moral di dalam masyarakat. Ketika beranjak remaja, seseorang tidak lagi mengenakan batik dengan cara sabuk wolo melainkan dengan jarit. Panjang jarit yang dipakai memiliki arti tersendiri. Semakin panjang jarit, semakin tinggi derajat seseorang dalam masyarakat, dan semakin pendek jarit, semakin rendah pula strata sosial orang tersebut dalam masyarakat. Bagi orang dewasa, pemakaian batik memiliki pakem yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki, wiru diletakkan di sebelah kiri. Sedangkan pada perempuan, wiru diletakkan...
Dijuluki Kota Batik, pekalongan memiliki batik dengan corak yang khas dan variatif, yaitu batik tradisional yang motif utamanya berupa tumbuhan pada bahan dasar kain bewarna putih, serta batik modern yang merupakan campuran dari berbagai motif. Untuk melihatnya, bisa mengunjungi museum batik yang berada di jalan Jetayu Pekalongan. Menempati gedung kuno peninggalan kolonial Belanda, museum ini mengoleksi batik Pekalongan dari tahun 1800an hingga sekarang, selain juga batik keraton dan batik dari seluruh Nusantara. Di museum ini juga bisa belajar membatik dengan bimbingan dari para instruktur. sumber: pesonaIndonesia/Jawatengah
Dalang Jemblung merupakan jenis kesenian rakyat yang berbentuk teater tutur yang terdapat di daerah Banyumas. Di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur terdapat suatu tradisi mengadakan kegiatan “macapatan”, yaitu membaca atau menyampaikan “sastra lisan” dalam bentuk “tembang” (nyanyian). Dalam perkembangannya “macapat” ini berubah menjadi “Maca kanda”, yaitu menyampaikan/membaca sastra lisan yang berbentuk prosa, ceritera. Teater tutur ialah bentuk ungkapan/kesenian dengan cara dituturkan, diceriterakan dengan dinyanyikan pada mulanya hanya oleh satu orang. Kemudian dalam perkembangannya teater tutur dimainkan oleh beberapa orang menurut kebutuhan. Dalam pelaksanannya teater tutur sering diiringi oleh “tabuhan” (iringan musik tradisional), yang berupa:suling, siter atau gendang/terbang. Dalang jemblung merupakan teater tutur yang spesifik Banyumassan, tidak dii...
Batik Solo Sido Asih Secara filosofis Sidoasih memiliki makna kehidupan manusia yang penuh dengan kasih sayang. Melambangkan kehidupan yang harmonis untuk mencapai kentraman dunia maupun di akhirat. Makna dari motif Batik Solo yang satu ini merupakan harapan agar manusia memiliki rasa saling menyayangi dan mengasihi antar sesama. Motif Sidoasih sama dengan motif Batik Solo kebanyakan yang juga dikenakan pada upacara perkawinan. Sidoasih biasanya menjadi busana malam pengantin. Motif ini mengandung doa agar kehidupan rumah tangga pasangan tersebut selalu dipenuhi dengan kasih sayang, saling mencintai, dan keromantisan. Disisi lain, batik Solo sido asih memiliki bentuk geometris berpola segi empat. Motif ini memiliki arti keluhuran. Dengan menggunakan motif ini berarti pengguna mengharapkan kebahagiaan hidup. Motif Sido asih dikembangkan setelah masa pemerintahan SISKS PB IV di kerajaan Surakarta.
Batik truntum menggambarkan cinta yang bersemi kembali. Hal itu bermula pada sejarah ketika batik jenis truntum ini pertama kali diciptakan. Sekitar tahun 1749–1788 M, seorang permaisuri bernama Ratu Kencono atau Ratu Beruk, merasa diabaikan oleh suami karena kesibukan dan sebab ia harus memerhatikan selir barunya. Ratu Kencono yang merupakan permaisuri Paku Buwono III Surakarta Hadiningrat itu, mendekatkan diri pada Sang Pemberi Hidup pada suatu malam. Hingga datanglah sebuah gagasan. Katakanlah semacam inspirasi. Ia melihat langit yang cerah dan bertabur bintang, dan kerlip bintang itulah yang menemani kesepiannya. Ia pun mencium harum bunga tanjung berjatuhan di kebun persinggahannya sebagai bagian dari ide. Ia terus berupaya mendekatkan diri pada Tuhan sambil mulai membuat karya batiknya demi mengisi kekosongan. Membatik baginya seperti halnya berdzikir. Selang berapa lama kemudian, sang raja menemukan permaisurinya tengah membatik sebuah kain yang indah. Hari demi...
Pewarna alam merupakan warna-warna yang diperoleh dari bahan-bahan alam, tumbuh-tumbuhan yang direbus. Warna-warna batik yang diperoleh dari warna alami biasanya tidak secerah warna-warna batik yang didapat dengan pewarna dari industri warna kimia. Beberapa tumbuhan yang sering digunakan dalam batik di kawasan Pekalongan antara lain: Jalawe, Secang (warna merah), Tingi (warna merah), Tegeran (warna kuning), Indigo (warna biru), Piksa (warna merah). Warna-warna tersebut biasanya diperkuat warnanya dengan bahan-bahan seperti Tunjung, Kapur, Tawas.